Oleh: Sutan Aji Nugraha
Penulis adalah Pengamat Politik Tinggal di Cirebon
MENDEKATI kemerdekaan tujuh puluh sembilan tahun dan riwayat pergerakan Indonesia! Lamanya dunia pergerakan Indonesia mengalami turun naiknya gelombang perjuangan rakyatnya. Zaman berjalan terus dan melahirkan zaman-zaman baru dalam pergaulan hidup, dan perubahan-perubahan zaman itu diiringi pula oleh perubahan-perubahan. Begitu pula dengan keadaan semangat perjuangan rakyat jelata dan kedudukan politik pergerakan kemerdekaan kita.
Politik yang berarti masa yang akan datang, adalah motornya segala pekerjaan yang ditujukan kepada sesuatu maksud. Dalam pengertian perjuangan kita menuntut kemerdekaan dan perbaikan nasib tidaklah sempurna perjalanannya (reformasi), jika tidak pula dibantu oleh ekonomi rakyat jelata (naiknya U$$ terhadap Rp). Politik dan ekonomi haruslah sejalan. Riwayat dan pergaulan hidup telah menyatakan dan membuktikan bahwa dua soal tersebutnya bagi kita, yaitu politik dan ekonomi tidaklah dapat terpisah walaupun perubahan masyarakat itu berlaku dengan cepat, orde lama, orde baru, reformasi hingga saatnya tiba kepada revolusi kembali.
Maka tiap-tiap perubahan itu sendiri mengartikan bahwa revolusi ekonomi berarti revolusi politik begitupun sebaliknya. Perubahan organisasi ekonomi baru pun tidak boleh tidak menimbulkan juga perubahan baru dan keadaan dan kedudukan politik.
Kemerdekaan politik ditujukan untuk merubuhkan kapitalisme dan imperalisme dunia, adalah berarti juga selangkah maju dalam tingkat pergaulan dalam kalangan rakyat jelata. Politik adalah syarat yang terpenting, pangkat dan kodrat dari segala perbuatan dan ditunjang pula oleh ekonomi, dengan demikian barulah berarti berhasil perjuangan kita dalam merubahn masyarakat kapitalisme dan kolonial ini.
Masyarakat Indonesia ini, sebagai telah diketahu adalah dipengaruhi oleh kapitalisme dan imperalisme dunia dari masa ke masa, seperti saat sekarang ini yang terjadi, yakni krisis politik dan ekonomi.
Oleh karena itu, dalam setiap zaman berlangsung akan disadari oleh kaum pergerakan sosialis yang sejati insyaf terhadap krisis kapitalisme dunia ini. Mereka menghukum dan menentang keras sketsel kapitalisme dan politik imperalistisnya dengan begitu hebatnya. Sehingga seharusnya berusaha menyusun barisan kaum baru yang progressif dan revolusioner guna melangsungkan perjuangannya secara pertempuran antara kaum proletar dan kaum kapitalistis dengan konco-konconya.
Memberikan pencerdasan kepada rakyat jelata bahwa kapitalisme tidak mampu mensejahterakan rakyatnya sebagaimana yang dimaksudkan. Juga mereka menentang bahaya pergerakan fasistis yang hendak menyeburkan dirinya dalam pergulatan antara proletar dan kapitalis sehingga kembali ke dalam penghidupan sketsel-sketsel di bawah tirani sang raja absolute. Sebagaimana yang dimaksudkan ialah menimbulkan diktator kaum bordjuis, fasis dan dengan topeng “sosialisme” mereka (kaum kapitalis) hendak mengambil keuntungan dalam pertarungan pada rakyat jelata (proletar, buruh, rakyat miskin dan petani), menjalankan demokrasi palsu, mempunyai angan-angan kapiltalistis dan melangsungkan satu kontra-aksi terhadap perjuangan kaum proletar yang revolusioner.
Alat perjuangan harus merupakan bentuk wadah yang tersusun, teratur dan dipahami oleh setiap anggota, ya organisasi adalah jalan untuk mengejar dunia kesejahteraan. Bentuk perjuangan rakyat dapat kita lihat dalam pergerakan Serikat Tani Indramayu yang dipelopori oleh salah seorang kawan guna mengadvokasi rakyat, khususnya para petani.
Pekerjaan rumah sekarang ini ialah meneguhkan organisasi, bukan hanya menambah anggotanya, melainkan terutama tiap harinya harus menyempurnakan susunannya, tiap-tiap mesin harus diperhatikan dan terus menerus diperbaiki serta hubungan satu dengan yang lainnya harus tetap dirapihkan, disempurnakan, agar mesin keseluruhannya dapat berjalan sesempurna-sempurnanya.
Ada agenda besar Serikat Petani Indramayu ini yang termanifestasikan dalam tiap programnya dan bahkan tak sedikit mendapat “stigma” sebagai “kaum komunis” dikarenakan saking getolnya memperjuangkan hak-hak petani selama ini. Pertanyaannya, apakah setiap organisasi bahkan partai politik memperjuangkan hak-hak rakyat (buruh, tani dan rakyat miskin} selalu dilabelisasi “komunis”? Tentu jawabannya TIDAK! Maka sudah saatnya rakyat dan masyarakat politik membuang jauh-jauh pikiran dan stigma semacam ini. Seharusnya kita sudah terlepas dari masa stigmanisasi pada orde baru (orba).
Jika kita telisik tentang kepahaman organisasi di masyarakat kita sekarang ini, maka nampaklah masih banyak kekurangannya. Orang barat selalu mengatakan bahwa orang Timur tidak mempunyai zin voor organisatie, kesanggupan untuk mengorganisir, untuk mengatur, menyusun menurut perhitungan. Jadi kekurangan pengertian Timur tentang organisasi boleh jadi karena belum cukup “dididik” oleh kapitalisme!
Dalam pergerakan untuk menyempurnkannya haruslah diperhatikan kelemahan-kelemahan organisasi, self-critic and out-to-critic. Dalam pergerakan organisasi semangat perang sabil, cara berfikir dengan panas, dengan nafsu, selalu menyebabkan susahnya pergerakan disusun, diorganisir sehingga kadang-kadang menjalar menjadi semacam anarkisme. Dan sebab itu, kepahaman organisasi itu harus ditanamkan sedalam-dalamnya dalam pergerakan diri kita sendiri.
Kita harus bekerja mendidik rakyat agar sanggup berjuang sesempurna-sempurnanya dalam hubungan kepada rakyat jelata. Ini berarti bahwa tiap-tiap anggota dari susunannya tidak hanya mempunyai kepintaran sendiri-sendiri yang diasuh-asuhnya, akan tetapi sifat-sifat tiap anggota dipergunakan untuk organisasi, untuk susunan sehingga perbuatannya berarti meneguhkan susunan dan membawanya lebih dekat kepada maksudnya, yakni dunia kesejahteraan petani.
Soal persatuan adalah soal strategi dan taktik. Persatuan itu bukanlah menjadi tujuan, melainkan adalah satu alat dan cara untuk menyempurnakan dan memberikan pertanggungan yang baik tentang hasil daripada perjuangan rakyat jelata menuju perubahan itu sendiri yang dimaksudkan. Perubahan nasib dalam susunan pergaulan hidup yang dibutuhi dan cocok dengan perjalanan zamannya.
Dan akhirnya benar apa yang di sampaikan oleh Sutan Sjahrir bahwa “Tiap persatuan hanya akan bersifat taktis, temporer, dan kerena itu insidental. Usaha-usaha untuk menyatukan secara paksa, hanya menghasilkan anak banci. Persatuan semacam itu akan terasa sakit, tersesat dan merusak pergerakan”. Hidup Serikat Petani Indramayu dan Indonesia !!! (*)