Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Pemuda Negarawan”
Saya termasuk pemula dalam dunia kepenulisan. Sehingga belajar dan belajar adalah aktivitas yang akrab dengan rutinitas saya. Saya tidak bosan dengan capaian sekarang dan insyaa Allah tidak bakal mau kalah oleh berbagai tantangan dan hambatan yang datang bertubi-tubi. Saya yakin bahwa setiap niat baik yang dijalani dengan baik bakal menjadi sesuatu yang berbeda nilai dan dampaknya. Dan, menulis adalah aktivitas kebaikan yang bisa ditekuni.
Bila kita ingin menulis hingga kelak jadi karya tulis, maka kita butuh motivasi atau tips sederhana sebagai berikut:
Pertama, niat dan tekad yang kuat. Menulis sebagaimana aktivitas lainnya, merupakan aktivitas kreatif yang membutuhkan kekuatan niat dari dalam diri sang penulis. Niat menulis harus lurus dan mulia. Bila niat menulis sudah benar, biasanya akan muncul tekad yang kuat dari dalam diri untuk segera menulis. Tekad yang kuat akan tercermin dari kesungguhan dan pengorbanan untuk dan dalam menulis. Kesediaan diri untuk menulis hingga jadi karya tulis adalah adalah wujud nyata dari niat dan tekad yang kuat.
Kedua, ide dan inspirasi. Ide adalah isi karya tulis. Ini berarti kita menulis sesuatu yang bermakna dan berdampak. Ide biasanya muncul kapan dan di mana saja. Ia hadir ketika diundang atau tidak diundang. Ide mengandung nilai tersendiri yang bisa dielaborasi menjadi tulisan. Ide bisa menjadi inspirasi hadirnya ide baru atau ide lain. Inspirasi ide bisa timbul dan berasal dari apa saja. Pengalaman pribadi, hasil bacaan, resume obrolan, akumulasi perasaan, tindaklanjuti keresahan dan sebagainya. Inspirasi menulis bisa juga datang dari dalam diri kita sendiri.
Ketiga, outline. Secara sederhana outline berarti kerangka tulisan. Outline bukan standar baku, namun ia membantu kita untuk menyusun tulisan lebih sistematis dan rumit. Dengan adanya outline kita bisa menulis sesuai dengan fokus yang hendak kita ulas. Outline juga bisa memudahkan kita untuk memulai menulis dari topik atau ulasan tentang apa. Bahkan outline bisa menjadi kerangka yang memetakan gagasan kita menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Menulis dengan berbasis pada outline biasanya lebih runut dan mudah dilakoni.
Keempat, target dan fokus. Target biasanya berkaitan dengan waktu dan kesiapan untuk menuntaskan tulisan. Misalnya, setiap hari harus menulis minimal selama 30 menit. Dalam waktu 30 menit harus menulis sebanyak 1 atau 2 halaman. Kemudian, setiap hari harus menulis satu artikel tentang ini dan itu. Nah, bila target kita jelas, maka hal lain yang harus kita miliki adalah fokus. Fokus pada target itu penting dan sangat membantu kita dalam menuntaskan satu atau banyak karya tulis. Kalau kita terbiasa memiliki target dan fokus pada target tertentu maka dampaknya nyata: tulisannya ada, bahkan jadi karya tulis.
Selebihnya, yang terpenting dari aktivitas menulis adalah tindakan nyata, ya langsung menulis. Menulis adalah kata kerja yang mengharuskan kita untuk langsung melakukannya. Sehebat apapun ide kita, seperti apapun semangat kita dan sebesar apapun keinginan kita untuk punya karya tulis, hanya akan menjadi nyata manakala bila kita langsung menulis. Bahkan bila kita mengikuti pelatihan kepenulisan ratusan atau ribuan kali tapi tidak segera menulis, maka semua itu hanya basa-basi. Jadi, pilihannya tegas: publish or perish! (*)