Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Pemuda Negarawan”
JAGAT politik Manggarai Barat (Mabar) beberapa bulan terakhir mendapatkan angin segar dengan hadirnya dua tokoh muda yang potensial untuk memimpin Mabar ke depan. Yaitu Christo Mario Y Pranda dan Richardus T. Sontani Nagur (Mario–Richard) sebagai calon bupati dan calon wakil bupati Mabar periode 2024-2029. Kedua sosok ini hadir di tengah sedikitnya tokoh yang berani maju di pilkada serentak nasional 27 November 2024. Keduanya menjadi trigger yang menggerakkan nurani kaum muda Mabar untuk mengambil bagian dalam memajukan daerah beribukota Labuan Bajo yang berlabel premium ini.
Hadirnya Mario-Richard pada kontestasi kali ini menandakan empat hal penting. Pertama, saatnya kaum muda memimpin Mabar. Mario–Richard adalah dua di antara ribuan kaum muda Mabar yang memiliki rekam jejak yang unik dan membanggakan. Mario yang berpengalaman di jalur politik (Partai Demokrat) dan Richard yang berpengalaman di jalur birokrasi merupakan pasangan yang saling melengkapi dan mengokohkan. Berita baiknya, kedua sosok ini benar-benar putra Mabar yang lahir dan besar di Mabar.
Dalam memimpin Mabar butuh kemampuan sekaligus modal mendasar seperti kepemimpinan, manajemen, integritas, wawasan, gagasan, jaringan, loby, kecepatan, ketepatan dan profesionalitas serta pengalaman. Pasangan ini pun, dengan segala keunikannya, memiliki potensi atau kemampuan sekaligus modal dasar semacam itu yang memungkinkan keduanya untuk mendapat dukungan dari masyarakat sehingga kekal mampu memimpin perubahan Mabar ke arah yang lebih baik dan maju.
Bila merujuk pada model kepemimpinan modern, paduan semacam ini akan memungkinkan terwujudnya perbaikan pelayanan dan kebijakan publik yang lebih kekinian, humanis dan relevan bagi Mabar ke depan.
Mabar dengan segala tantangan dan peluangnya, membutuhkan sosok pemimpin yang profesional dan kompeten, di samping rekam jejak yang bersih dan peduli pada masyarakat. Dengan demikian kita semakin optimis Mabar dapat mencapai derajat yang membanggakan: semakin maju bahkan mampu setara dengan berbagai kota di dunia.
Kedua, saatnya kontestasi pilkada berbasis pada gagasan dan narasi konstruktif. Mario – Richard tidak menganggap tokoh atau pasangan lain sebagai musuh. Sebab pilkada adalah kontestasi yang meniscayakan adanya pasangan yang berbeda. Baik dari aspek usungan dan dukungan maupun dari aspek visi-misi dan rencana program ke depan. Sehingga adanya pasangan dan basis massa yang berbeda dukungan dianggap sebagai kolega berdebat dan teman bertukar gagasan untuk Mabar yang lebih baik. Itulah naturalnya sebuah kontestasi.
Dengan demikian, pasangan Mario – Richard tampil di pilkada dengan gagasan konstruktif, bukan destruktif. Mario – Richard tidak memiliki beban masa lalu yang membuat mereka tersandera dan mati langkah. Berbagai gagasan seputar aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, infrastruktur, pelayanan publik, dan sebagainya disampaikan dalam rangka perbaikan untuk kemajuan. Keduanya menawarkan ide-ide segar yang memungkinkan masyarakat Mabar mendapat pelayanan prima dari berbagai aspeknya.
Ketiga, saatnya berkolaborasi untuk memajukan Mabar. Mabar merupakan daerah yang sangat potensial dan memiliki peluang untuk bersaing secara kompetitif dengan daerah di sekitarnya. Pada realitas demikian, memajukan Mabar tidak bisa dilakukan oleh segelintir orang, tapi oleh semua elemen di Mabar. Semangat kolaborasi menjadi energi yang membuat Mario–Richard terdorong untuk maju dan berupaya untuk memimpin Mabar. Sehingga dukungan masyarakat dari seluruh pelosok Mabar dari waktu ke waktu terus mengalir hingga saat ini.
Suara nurani dan keluhan berbagai kalangan tua, bapak-ibu, anak muda dan kaum perempuan, termasuk nelayan, petani, pedagang, pengusaha, penggiat UMKM serta berbagai profesi juga latar lainnya selama ini menjadi inspirasi bagi kedua sosok ini untuk mengambil langkah berani: maju di pilkada Mabar. Pembangunan yang dinilai belum merata dan kebijakan publik yang dinilai belum menyentuh kebutuhan masyarakat Mabar menjadi pemantik bagi keduanya untuk mengambil bagian dalam kontestasi kali ini.
Bila menelisik berita media massa, pasangan ini sudah mengantongi Surat Keputusan (SK) usungan dari beberapa partai politik seperti Partai Demokrat, Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golongan Karya (Golkar). Bahkan tak menutup kemungkinan datanganya dukungan dari partai lainnya, baik yang memperoleh kursi di DPRD Mabar periode 2019-2024 dan 2024-2029 maupun non perlemen.
Keempat, saatnya Mabar dipimpin oleh sosok yang berintegritas dan bersih secara moral. Sepengetahuan saya, Mario – Richard belum pernah tersangkut kasus korupsi atau dipenjara karena melanggar hukum. Keduanya tidak cacat moral karena melanggar norma yang berlaku di Mabar. Nama keduanya juga belum pernah tercoreng buruk di tengah masyarakat Mabar. Ini adalah modal sosial yang sangat mahal dan mulia yang harus dijaga dengan baik. Masyarakat Mabar yang dikenal memiliki budaya, adat istiadat dan tata krama yang tinggi sangat layak dipimpin oleh sosok semacam ini.
Sebagai refleksi, pada pilpres 14 Februari 2024 lalu tak sedikit yang meremehkan Gibran Rakabuming Raka (Gibran) untuk ikut berkontestasi. Namun realitas membuktikan bahwa akhirnya ia benar-benar terpilih sebagai Wakil Presiden Indonesia untuk periode 2024-2029 mendampingi Presiden Terpilih Prabowo Subiyanto. Kita suka atau tidak, ini menjadi bukti betapa kaum muda mendapatkan ruang di hati masyarakat. Pesannya jelas, Mario–Richard memiliki peluang untuk menang pada pertarungan politik seperti pilkada Mabar 27 November 2024. Karena Mario-Richard adalah pemimpin harapan baru untuk Mabar yang semakin maju! (*)