Demikian disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2024 di Jakarta, Jumat (2/8/2024).
“Kinerja intermediasi terjaga baik dengan kredit tumbuh 12,36 persen yoy atau sebesar Rp7.478 triliun didorong oleh kredit investasi yang mencapai 15,09 persen yoy dan Kredit Modal Kerja yang tumbuh sebesar 11,68 persen yoy. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh menjadi 8,45 persen yoy atau sebesar Rp8.722 triliun, dengan giro yang menjadi kontributor terbesar yaitu tumbuh 13,48 persen yoy,” kata Mahendra.
Mahendra menuturkan, likuiditas perbankan pada Juni 2024 memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 112,33 persen dan 25,37 persen, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Risiko kredit perbankan juga terjaga dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) nett dan NPL gross yang tetap rendah di bawah ambang batas, masing-masing berada di 0,78 persen dan 2,26 persen.
Ditambahkannya, kinerja pasar saham domestik pada triwulan II-2024 terdampak oleh peningkatan tekanan di pasar global. Per 28 Juni 2024, IHSG ditutup pada posisi 7.063,58, terkontraksi sebesar 3,09% qtq atau melemah 2,88 persen ytd, dengan investor nonresiden membukukan net sell sebesar Rp34,00 triliun qtq atau Rp7,73 triliun ytd.
Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp12.092 triliun atau tumbuh sebesar 3,58 persen ytd. Sementara itu, penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal di periode yang sama cukup solid, tercatat nilai penawaran umum sebesar Rp120,00 triliun dengan 26 emiten baru.
Memasuki bulan Juli 2024, lanjut Mahendra, tekanan di pasar keuangan domestik terpantau mulai mereda sejalan dengan perkembangan global dan perkembangan perekonomian domestik. Nonresiden kembali membukukan net buy di pasar saham domestik dan per 26 Juli 2024 (mtd) tercatat net buy sebesar Rp5,27 triliun, namun secara ytd tercatat net sell Rp2,46 triliun. IHSG ditutup pada posisi 7.288,17 per 26 Juli 2024 atau menguat sebesar 0,21 persen ytd. Penghimpunan dana di pasar modal per 26 Juli 2024 mencatatkan nilai penawaran umum sebesar Rp129,68 triliun dengan 26 emiten baru.
Mahendra menjelaskan, total aset industri asuransi per Juni 2024 mencapai Rp1.126,3 triliun atau tumbuh 1,14 persen yoy. Kinerja asuransi komersil berupa akumulasi pendapatan premi cukup baik yakni di Juni 2024 mencapai Rp165,18 triliun, tumbuh 10,06 persen yoy.
“Secara umum, permodalan di industri asuransi pada Juni 2024 solid, dengan Risk Based Capital (RBC) industri asuransi jiwa, serta asuransi umum dan reasuransi pada Juni 2024 masing-masing sebesar 431,43 persen dan 320,70%, jauh di atas ambang batas 120 persen,” ujar Mahendra.
Di sisi industri dana pensiun, lanjut Mahendra, total aset dana pensiun per Juni 2024 tumbuh 7,58 persen yoy atau sebesar Rp1.448,3 triliun, dengan aset dana pensiun sukarela sebesar Rp372,70 triliun atau tumbuh 3,91 persen yoy.
“Adapun pada perusahaan penjaminan, pertumbuhan outstanding penjaminan tercatat tumbuh 15,79 persen yoy dengan nominal mencapai Rp415,57 triliun pada Juni 2024,” kata Mahendra.
Ia menuturkan, di sektor Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh di level yang tinggi yakni sebesar 10,72 persen yoy pada Juni 2024, dengan pembiayaan modal kerja sebagai penopang pertumbuhan yang tumbuh sebesar 11,46 persen yoy.
Profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio Non-Performing Financing (NPF) nett tercatat sebesar 0,87 persen dan NPF gross sebesar 2,80 persen. Gearing ratio perusahaan pembiayaan berada pada level yang memadai dan tercatat sebesar 2,44 kali.
Sementara itu, pada Fintech Peer-to-Peer (P2P) Lending, pertumbuhan outstanding pembiayaan pada Juni 2024 tercatat 26,73 persen yoy atau sebesar Rp66,79 triliun, dengan penyaluran pembiayaan kepada sector produktif sebesar Rp8,33 triliun (12,47 persen dari total pembiayaan P2P). Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) turun dan dalam kondisi terjaga di posisi 2,79 persen.(*)