CIREBON, fajarsatu.com – Tradisi tahunan yang sudah lama melekat di hati masyarakat Kesenden, Nadran Samadikun, kembali digelar dengan meriah pada Senin malam (28/10/2024).
Warga berbondong-bondong menuju area Samadikun untuk menyaksikan panggung sandiwara rakyat sebagai bentuk rasa syukur nelayan atas rezeki hasil laut yang diberikan selama setahun.
Ketua BKM Kesenden, Lukman Santoso, mengungkapkan bahwa rangkaian acara Nadran bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga pembelajaran budaya bagi warga, khususnya generasi muda.
“Panggung sandiwara ini adalah bagian dari tradisi Nadran Samadikun. Acara dimulai dengan ritual larung di laut pada Sabtu, kemudian Minggu ada hiburan dangdut untuk para pemuda, dan hari ini kami suguhkan pementasan sandiwara rakyat yang berlangsung dari pagi hingga malam,” jelas Lukman.
Menariknya, tema sandiwara tahun ini, Ilange Momolo Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dan ini sampai sekarang dengan adanya adzan pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, mengisahkan sejarah masjid tua di Cirebon, sehingga diharapkan generasi muda dapat memahami pentingnya budaya dan sejarah daerah.
“Semoga hikmah dan nilai-nilai dari para sesepuh bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
Puncak acara akan digelar Rabu mendatang, di mana akan ada pengajian bersama Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan warga setempat dengan mengundang tokoh agama sebagai penutup rangkaian acara syukuran ini.
Seorang nelayan setempat, Sofyan, juga menyampaikan rasa syukurnya meski tahun ini tangkapan menurun akibat cuaca tak menentu.
“Alhamdulillah, walaupun paceklik, kami tetap bersyukur. Semoga bulan depan hasil tangkapan bisa melimpah. Ini bentuk syukur kami kepada Allah,” ujarnya.
Lurah Kesenden, Ruliyanto, turut mendukung acara ini, berharap tradisi ini bisa berlangsung tiap tahunnya dan bisa lebih berkreasi tanpa merubah adat yang sudah berjalan lama, dan untuk generasi muda tentunya dapat mengenal dan melestarikan budaya.
“Nadran Samadikun adalah sarana mempererat kebersamaan serta menghormati warisan leluhur,” katanya.
Tradisi Nadran di RW 10 Samadikun ini menjadi momen refleksi, rasa syukur, dan perayaan budaya, yang diharapkan tetap terjaga sebagai warisan identitas dan ikatan sosial masyarakat Kesenden khususnya. (yus)