Oleh: Drs. H. Anwar Yasin
Ketua Tim Sukses Pasangan ASIH Zona 4 Jawa Barat
Senin 28 Oktober 2024, di tengah sedang merayakan HUT Sumpah Pemuda ke 96, kita dikejutkan oleh kejadian mendadak, yaitu ambruknya Gedung Yayasan Pusat Kemerdekaan (YPK). Sebuah gedung bersejarah yang berlokasi di Jalan Naripan, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung mendadak ambruk pada petang hari. Akibatnya sejumlah orang yang sedang berada di bawah atap tertimpa. Berbagai foto kejadian pun viral di berbagai media massa, media online dan media sosial.
Gedung tersebut ambruk pada bagian atap hingga kondisinya porak poranda dan saat ini kondisinya hanya beratap langit. Sejumlah material bangunan seperti kayu dan serpihan tembok tampak berserakan di bagian dalam, sehingga untuk saat ini sebagian ruangan ditutup sementara dan tidak bisa digunakan untuk pertunjukan seni budaya seperti biasanya.
Bila menelisik keberadaan gedung semacam itu, sejatinya di Cirebon Raya (Cirebon, Indaramayu, Majalengka dan Kuningan) juga terdapat gedung yang berkaitan dengan seni budaya, gedung bersejarah, gedung kreatif dan sebagainya. Diantaranya gedung bundar, gedung bank Indonesia, bangunan keraton seperti kasepuhan, kacirebonan, kanoman, dan keprabonan, masjid merah panjunan, dan gedung BAT.
Selain itu, ada juga gedung perundingan Linggar Jati, museum situs purbakala Cipari, masjid kuno Bondan, Vihara Dharma Rahayu, gedong duwur, GKI Indramayu, pabrik Siong Lim, goa Jepang, gedung Jangkung, rumah adat Panjalin, museum talaga manggung, dan masih banyak lagi.
Gedung, rumah, museum, dan tempat ibadah tersebut merupakan tempat bersejarah bagi masyarakat Cirebon Raya. Bersejarah bukan saja karena berkaitan dengan kejadian di masa lalu, tapi juga berkaitan dengan seni, budaya, adat istiadat, kepercayaan dan rekam jejak masa lalu masyarakat setempat yang hingga kini punya keterkaitan dengan masyarakat era kini.
Dalam rangka melestarikan seni, budaya dan sejarah sekaligus bangunan semacam itu, maka perlu ada keberpihakan para penentu kebijakan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Elemen non pemerintah juga perlu memberi perhatian dalam rangka menjaga kelestariannya, sehingga masih bisa disaksikan oleh masyarakat, bahkan dapat digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kemajuan daerah.
Lebih spesifik, saya sebagai warga Cirebon Raya sekaligus tim sukses pasangan KH. Ahmad Syaikhu – Dr. Ilham Habibie (ASIH) yang maju pada Pilkada Jawa Barat 27 November 2024, mengingatkan perlunya beberapa hal berikut sebagai penunjang pelestarian tempat-tempat tersebut. Pertama, pemerintah daerah mesti turun tangan. Pemda provinsi Jawa Barat dan pemerintah daerah/kota perlu memastikan semua tempat atau gedung bersejarah tersebut terjaga dan terpelihara dengan baik.
Pemeliharaan gedung semacam itu perlu menjadi perhatian yang diwujudkan dalam bentuk anggaran yang layak, di samping peningkatan kualitas manajemen pengelolaan. Di sinilah perlunya intervensi anggaran yang memadai, sehingga pemeliharaan berlangsung jangka panjang, bukan untuk kepentingan sesaat. Pasangan ASIH sangat konsen dalam melestarikan seni dan budaya khas Jawa Barat, termasuk memastikan gedung bersejarah terjaga sekaligus terkelola dengan baik.
Kedua, tumbuhkan kegiatan kreatif. Seni dan budaya khas daerah adalah kekayaan yang membuat sebuah daerah dikenal dan memiliki sejarah tersendiri. Seni dan budaya bukan saja merekatkan keragaman, tapi juga membuat keragaman menjadi indah dan unik. Namun menyaksikan keindahan seni dan budaya secara monoton tentu tidaklah cukup, karena itu perlu ada kegiatan kreatif yang memastikan seni dan budaya tumbuh, bahkan mampu eksis di tengah hadirnya seni dan budaya asing.
Dalam rangka itu, pemerintah daerah perlu mengadakan berbagai kegiatan yang melibatkan kalangan seniman dan budayawan lintas daerah, terutama di Jawa Barat. Sehingga mereka bisa berkembang dan dapat saling mengenal antar satu dengan yang lainnya. Pergelaran seni dan hudaya perlu menjadi perhatian dan program pemerintah daerah ke depan. Pasangan ASIH sangat konsen dan siap melakukan kegiatan semacam itu. Tentu dengan melibatkan kalangan seniman dan budayawan dari berbagai daerah atau kota di Jawa Barat. Kuncinya adalah masyarakat mendukung, memilih dan mememangkan pasangan ASIH pada pilkada yang tak lama lagi.
Amruknya Gedung Yayasan Pusat Kemerdekaan (YPK) beberapa hari lalu adalah alarm paling jelas dan nyata bagi kita bahwa merawat gedung bersejarah, apapun latarnya, adalah keniscayaan. Pemerintah dan elemen non pemerintah, termasuk para seniman dan budayawan mesti bekerjasama dan berkolaborasi dalam melestarikan dan menjaganya. Intervensi anggaran, peningkatan kualitas pengelolaan dan menghadirkan kegiatan kretaif adalah agenda yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Pasangan ASIH sendiri sangat konsen dan siap berkolaborasi dengan semua elemen yang ada. Dalam berbagai pertemuan H. Ahmad Syaikhu selalu mengingatkan pentingnya seni dan budaya dalam membangun daerah. Bahkan sosok yang aktif “bershalawat” ini pun kerap merekam kala dirinya melantunkan seni suara dalam beragam tema. Baik yang berlatar agama maupun seni khas Sunda juga Cirebon.
Dr. Ilham Habibie juga demikian, ia mengaku sangat mengapresiasi pada seni dan budaya Jawa Barat, sebagaimana yang dilakoni oleh bapaknya Prof. BJ. Habibie, presiden ke-3 Indonesia. Baginya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya bermakna manakala diimbangi oleh pelestarian seni dan budaya khas daerah. Mudah-mudahan masyarakat Jawa Barat, terutama masyarakat di Cirebon Raya mersetui dan medukung ikhtiar ini! []