Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Pemuda Negarawan”
Pemilihan kepala daerah untuk gubernur, walikota dan bupati di seluruh Indonesia berlangsung secara serentak pada 27 November 2024. Kota Cirebon termasuk kota atau daerah yang mengikuti pesta lima tahunan di level daerah tersebut. Dengan begitu, dinamika politik setelah pemilihan umum presiden (pilpres) 14 Februari 2024 lalu kini bertambah dinamis dengan adanya persiapan para tokoh, partai politik dan elemen pendukung untuk maju di Pilkada.
Dari momentum Pilkada ke Pilkada, warga atau pemilih di Kota Cirebon tentu memiliki selera sekaligus kecenderungan politiknya masing-masing. Dari selera sekaligus kecenderungan yang beragam itu kelak menentukan keragaman pilihan. Sehingga bagi mereka yang turut menjadi peserta bakal memperoleh dua kemungkinan: kalah atau menang Pilkada. Hal ini tentu bukan sesuatu mustahil dalam politik, termasuk pilkada. Sebab setiap kontestasi pasti ada yang terpilih atau menang dan ada yang tidak terpilih atau kalah.
Dalam konteks Kota Cirebon, Pilkada kali ini diharapkan akan menjadi momentum seleksi bagi para pemimpin yang tepat bagi Kota Cirebon. Sehingga proses pembangunan dari berbagai aspeknya bisa dilanjutkan dengan baik dan semakin terintegrasi juga menyeluruh atau merata bagi semua.
Kita memiliki bahan evaluasi untuk Walikota atau Wakil Walikota yang menjabat di Kota Cirebon. Apapun itu, pilkada merupakan momentum lain untuk mengevaluasi perjalanan dan program pemerintahan di Kota Cirebon selama satu periode kepemimpinan.
Secara sederhana, memimpin bisa dimaknai dengan merasakan apa yang dirasakan warga yang dipimpin atau yang akan dipimpin. Itulah yang disebut juga dengan empati dan kepedulian sosial. Ketika seseorang atau pasangan calon yang berkompetisi menang namun lupa pada aspek ini, maka ini pertanda bakal kehilangan otentisitasnya sebagai pemimpin. Pemimpin yang pro rakyat dan taat mandat pasti berupaya untuk memenuhi janji politiknya.
Sungguh, era ini adalah era dimana warga Kota Cirebon butuh pemimpin semacam itu. Yaitu pemimpin yang mau mendengar. Sebab itulah titik pijak kepemimpinan berlangsung apik dan memenuhi suara nurani masyarakat. Ya, kuncinya adalah hobi mendengar. Telinganya dipasang begitu lebar untuk mendengar keluhan, rintihan dan harapan warga Kota Cirebon. Terutama warga yang infrastruktur jalannya masih butuh pembenahan.
Telinga pemimpin tidak boleh tertutup karena “bisingnya” suara warga Kota Cirebon yang terus menyampaikan kritik. Telinganya mesti dibuka lebar untuk mendengar secara seksama berbagai masukan, saran dan kritik dari berbagai sumber, termasuk dari warga yang dipimpin atau yang akan dipimpinnya. Pemimpin harus mendermakan waktunya untuk mendengar secara tulus apa yang benar-benar menjadi keinginan warganya yang bisa jadi kerap diabaikan dalam berbagai momentum pesta politik sebelumnya.
Agar pemimpin memiliki kemampuan mendengar dan solutif dalam mendengar, maka pemimpin Kota Cirebon ke depan mesti sosok yang punya konektifitas yang baik dengan berbagai elemen strategis pembangunan. Baik di tingkat lokal maupun nasional. Bahkan dengan warga Kota Cirebon di tingkat akar rumput. Kota Cirebon butuh pemimpin yang kreatif, inovatif dan transformatif. Pemimpin yang kekinian dan konektif dengan pola kehidupan sosial ala milenial bakal mendapatkan tempat pada relung hati warga Kota Cirebon. Kuncinya, sekali lagi, adalah mendengar.
Dalam konteks Pilkada Kota Cirebon 2024, pemimpin yang banyak mendengar mesti dipahami dalam kerangka yang lebih subtantif. Yaitu, bukan saja mendengar warga di saat kampanye, tapi juga di saat kelak menjabat, mesti ingat mandat atau janji-janji politik; bukan sekadar labelitas sebagai pemenang. Di sinilah pentingnya pemilih yang cerdas. Yaitu pemilih yang bukan sekadar “ngasal” memilih, tapi pemilih yang kritis juga rasional. Bukan memilih karena uang bayaran, tapi karena percaya bahwa para pasangan calon mampu menunaikan kewajibannya di saat terpilih sebagai kepala daerah atau Walikota/Wakil Walikota Cirebon kelak.
Sungguh, penentu hadirnya bahkan menangnya pemimpin yang hobi mendengar keluhan, rintihan, harapan bahkan masukan, saran dan kritik warga Kota Cirebon adalah kita semua, yaitu warga Kota Cirebon atau pemilih yang ingin menghadirkan perubahan dan perbaikan Kota Cirebon dalam segala aspeknya. Bila kita kompak dan berperan maka pemimpin ideal bagi Kota Cirebon bakal dapat kita rasakan. Kalau kita serius, sungguh-sungguh dan berperan, saya optimis dan percaya kita bisa menghadirkan pemimpin semacam itu. Momentumnya adalah pada Pilkada Kota Cirebon 27 November 2024. (*)