Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Kapita Selekta Pendidikan”
Pada Selasa 14 Januari 2025 lalu saya mendapat undangan untuk menjadi narasumber acara seminar Kepenulisan Karya Tulis Ilmiah di Pondok Pesantren Sains Salman as-Salam, Cirebon, Jawa Barat. Acara bertujuan untuk persiapan karya tulis ilmiah santri kelas akhir menjelang kelulusan tahun ini.
Bagi saya, ini adalah forum sekaligus kesempatan untuk belajar. Sebab terkadang apa yang sudah dipelajari sekian tahun sebelumnya akan terpikirkan kembali ketika mendapatkan kesempatan semacam ini. Selebihnya, dengan acara semacam ini potensi saya semakin terasah dengan baik.
Aktivitas menulis memang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang mumpuni. Sebab tahu saja belum cukup, ia butuh keterampilan yang memadai. Keterampilan saja belum cukup, ia butuh pengetahuan yang memadai. Dan yang tak kalah pentingnya adalah praktik. Karena menulis itu praktik.
Menjadi narasumber acara semacam ini sudah saya lakoni sejak tahun 2000-an silam, kala saya masih mahasiswa tingkat 2 atau semester 3 dan berlanjut hingga saat ini. Dari puluhan tahun tersebut saya berkesimpulan bahwa menulis itu benar-benar pekerjaan yang sangat berat dan sulit, bahkan menantang.
Mereka yang sukses menulis dan berhasil memproduksi karya tulis, apalagi yang masuk kategori karya tulis ilmiah, adalah mereka yang benar-benar tekun, telaten dan berani berkorban. Saat mereka menjalankan aktivitas menulis, tak sedikit yang mengurangi jadwal tidur. Di sini ada keringat dan air mata.
Tapi kadang proses panjang semacam itu, apalagi menjadi tulisan bahkan buku sebagai produk karya tulis ilmiah, belum mendapat ruang. Bahkan penghargaan sebagian orang pada buku masih rendah. Buku seharga puluhan ribu saja masih dianggap mahal. Padahal buku adalah jendela dunia.
Hal lain, yang paling membahayakan adalah minat dan daya baca buku yang masih lemah. Padahal membaca terutama membaca buku adalah pintu gerbang adanya informasi dan pengetahuan baru tentang banyak hal. Tradisi baca buku mestinya terus dijaga dan dijadikan gerakan sehingga semakin menggeliat.
Saya menyaksikan Sains Salman memiliki atensi yang lebih pada tradisi baca dan tulis, termasuk penguatan tradisi menulis karya ilmiah. Menjadi narasumber acara serupa di pondok yang berbasis alam ini sudah lebih dari lima kali. Bahkan angkatan yang lulus tahun. 2022 silam sukses menerbitkan buku baru.
Jazakumullah dan terima kasih banyak kepada keluarga besar Sains Salman as-Salam yang telah berkenan mengundang saya untuk mengisi acara bernas ini. Saya sangat yakin dan percaya Sains Salman as-Salam bakal menjadi laboratorium yang nyaman para peneliti berbagai mata keilmuan ke depan. (*)