Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Muhammadiyah: Ide, Narasi dan Karya”
Hari Rabu 26 Oktober 2022 lalu saya menjadi narasumber acara “Seminar Moderasi Beragama” yang diadakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Cirebon yang diadakan di aula Kementrian Agama Kantor Kota Cirebon. Pada acara yang dihadiri sekitar 60-an peserta yang berasal dari delegasi berbagai agama seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha serta Ormas Islam ini saya dipanelkan dengan Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Cirebon kala itu H. Saefudin Jazuli, M.Si. (Kang Jazuli).
Pada forum yang bertema “Mewujudkan Kebhinekaan serta Memperkokoh Kerukunan Umat Beragama” ini saya menjelaskan tiga poin penting, pertama, setiap agama memiliki konsep tersendiri tentang agama dan ajarannya. Secara khusus untuk agama Islam, misalnya, mengandung hal-hal yang bersifat tetap (tsawabit) dan dinamis (mutaghayyirat). Diantara hal-hal yang masuk kategori tsawabit misalnya tentang rukun iman, rukun Islam, nama Tuhan, nabi terakhir, tata cara ibadah dan sebagainya. Sementara yang masuk kategori mutaghayyirat misalnya hal-hal yang berkaitan dengan urusan muamalah sesama manusia dan selainnya.
Kedua, Islam merupakan agama Wahyu. Karena agama Wahyu maka Islam memiliki rujukan utama yaitu al-Quran dan al-Hadits. Wahyu bersifat given atau pemberian, yang dalam terminologi khazanah Islam kerap disebut tanjil, diturunkan atau diwahyukan. Kedua sumber ini menjadi pijakan bagi banyak konsep dalam Islam, di samping terbukanya ijtihad. Dengan demikian maka muncul konsep ketuhanan, kenabian, kitab suci, penciptaan, kehidupan, ilmu, amal, dan sebagainya. Semua itu merupakan satu kesatuan utuh yang berpijak pada konsep tauhid yang utuh dan kokoh.
Ketiga, Islam menempatkan spiritual dan sosial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian, selain konsep dasar yang disebutkan pada poin kedua, Islam juga memiliki konsep yang berkaitan dengan muamalah atau kehidupan sosial. Di sinilah nilai Islam hadir dalam konteks kehidupan umat manusia yang lebih beragam dan komplek. Perbedaan perspektif dan sikap terhadap ajaran agama terbuka lebar, termasuk pandangan keagamaan yang berkaitan dengan umat yang berbeda agama. Sebuah bukti bahwa Islam tidak merintangi keberadaan elemen lain, tentu dengan tetap menjaga prinsip sakral masing-masing elemen.
Dua tahun lebih kemudian, tepatnya pada Rabu 22 Januari 2025 saya mendapat kabar bahwa Kang Jazuli meninggal dunia. Menurut informasi yang beredar, Mantan Ketua KPU Kabupaten Cirebon periode 2014-2019 itu meninggal dunia hari Rabu 22 Januari 2025 pukul 12.45 WIB di RS. Medimas, Kota Cirebon. Begitulah ajal kematian, ia datang kapan saja. Allah berfirman, ‘Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. al-Juma’ah: 8)
Saya menyaksikan bahwa Kang Jazuli adalah sosok yang komunikatif, hambel dan menjaga hubungan baik dengan semua kalangan. Ia adalah kader NU yang akrab dengan semua kalangan, termasuk lintas ormas keagamaan. Ia sosok yang mampu menjaga ukhuwah dan keakraban dengan siapapun. Termasuk dengan mereka yang berbeda latar ormas bahkan agama. Pertemuan saya dengan Kang Jazuli pada Rabu 26 Oktober 2022 silam menjadi kenangan indah dan berkesan. Beliau begitu antusias mengapresiasi dan mendukung saya yang berlatar persyarikatan Muhammadiyah untuk terus berkarya terutama dalam bentuk menulis buku.
Satu hal yang menarik lagi, pada forum ini Kang Jazuli hanya memberi pengantar umum tentang kebhinekaan dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sementara materi secara umum beliau serahkan kepada saya. Kala itu, pada dasarnya saya menyampaikan isi buku saya dan sahabat baik saya Pak Arif Husni Mubarok, seorang ASN di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Bukunya berjudul “Moderasi dan Toleransi Beragama: Konsep dan Aplikasinya Dalam Islam” yang terbit pada Juni 2022. Sembari bercerita tentang pengalaman praktis kehidupan beragama di Manggarai Barat, NTT, tempat saya berasal. Ala kulli hal, terima kasih Kang Jazuli. Semoga Allah menyediakan surga terbaik untukmu! (*)