Oleh: Dr. H. Muchlis, M.Pd.I
Dosen Universitas Muhammadiyah Cirebon
TANPA terasa, beberapa hari lagi kita akan bersua dengan bulan suci Ramadhan, bulan yang dinantikan oleh umat Islam. Bertemunya kita dengan bulan suci Ramadhan hakikatnya sebuah anugrah besar yang diberikan Allah kepada umat islam, karena bulan Ramadhan merupakan bulan agung, sayidu syuhur, tamu agung penuh berkah.
Maka sepatutnyalah kita mengucapkan tahniah: “ ahlan wa sahlan ya syahrus syiyam”. Bulan: “ wahuwa syahrun awwaluhu rohmatun wa ausatuhu magfirotun wa akhiruhu i’tqun mina an-nar” (al-Hadits). Sepuluh hari pertama adalah rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan dan sepuluh hari ketiga adalah dibebaskan dari neraka.
Petikan hadits di atas diambil dari hadits berkenanan Khutbah Rasulullah SAW di akhir Syaban, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dikutip dari kitab Fadhoilul Amal, karya Imam Muhammad Zakariyya Al Kandhawi. Dilihat dari hikmatusy syar’i yang terkandung dalam hadits ini, sesungguhnya merupakan spirit bagi kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya, karena starting shaum Ramadhan pada sepuluh hari pertama Allah anugrahkan rahmat kepada para shoimin.
Adapun kata rahmat bentuk masdar dari kata “rohima, yarhamu rohmatan wa marhamatan”, mengandung arti belas kasih, rahmat, kerahiman, karunia Allah, berkah (Allah). Kata rahmat adalah arriqu (kelembutan hati), al-magfiroh (ampunan), al-a’thfu (lemah lembut), ar-rohmatu (kasih sayang). Ibrahim Anis mengartikan lafazh ar-rahmatu dengan an-ni’matu wa al-khoir (kebaikan dan nikmat).
Kata lain yaitu ar-ruhma, ar-rohmu, yang berarti belas kasih, ar-rohimu, bermakna kandungan. Kata ini juga digunakan untuk menyatakan hubungan kekerabatan karena berasal dari rahim yang sama. Dari sini muncul istilah silaturahim yang berarti menjalin hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Sedangkan ar-rahmanu dan ar-rohimu walaupun berbeda makna tapi merupakan dua kata yang sering digunakan secara bersama-sama, seperti dalam kalimat basmalah.
Kata ar-Rahman yang diartikan sebagai “Yang Maha Pengasih” merupakan nama atau sifat yang hanya disandarkan kepada Allah SWT semata. Dalam hal ini, kata tersebut berarti hanya Allah SWT yang kasih sayang dan rahmat-Nya meliputi segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Kata ini juga menunjukkan sifat kasih sayang Allah SWT kepada seluruh umat manusia, baik mukmin maupun kafir.
Adapun kata ar-Rahim yang diartikan sebagai kasih sayang (ar-riqqah) yang menuntut adanya kebajikan (al-ihsan) terhadap yang dikasihi. Akan tetapi, dalam konteks kalimat kadang kala kata tersebut digunakan untuk menyatakan satu pengertian saja, yaitu kasih sayang atau kebajikan. Karenanya, apabila kata ar-rohmah disandarkan kepada Allah SWT, kata tersebut mengandung pengertian al-ihsan.
Dalam kitab Fadhiolusy Syuhur, rahmat adalah: ’irodatu sholil khoiri’, kehendak menyampaikan kebaikan. Juga rahmat bermakna: “riqqotun fi al-qolbi taqtadhit tafadhula wa al-ihsan”, kelembutan atau kasih sayang dalam hati yang mendorong keutamaan dan berbuat baik.
Kata rahmat yang digunakan dalam ucapan salam dan jawabannya: mengandung pengertian al-ihsan, karena kalimat ucapan salam dan jawabannya tersebut mengandung suatu permohonan agar Allah SWT memberikan keselamatan, kedamaian, kenikmatan (kebaikan), dan berkat-Nya kepada dua pihak yang mengucapkan dan menjawab salam.
Dalam ucapan salam terkandung tiga harapan yaitu keselamatan/kedamaian, kasih sayang/rahmat dan keberkahan. Interaksi sosial akan semakin intens ketika makna salam dapat diimplementasikan dalam kehidupan.
Adapun cakupan rahmat dalam al-Quran sebagaimana firman Allah, “Maka, Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya karena rahmat yang besar dari Kami, dan Kami binasakan sampai akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka bukanlah orang-orang mukmin.” (QS. al-A’raf: 72)
Demikian pula seperti firman Allah dalam surat Ali ‘Imran:107, “Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah (surga). Mereka kekal di dalamnya”. Bahwa dominasi cakupan makna dari term rahmah dalam al-Qur’an bukan semata berarti kebahagiaaan akhirat yakni, surga tapi juga kebaikan di dunia yakni berupa anugerah, hidayah, rezeki, dan perlindungan, sebagaimana dalam firman-Nya di atas.
Sisi lain, rahmat jika ditinjau berdasarkan sasarannya dalam al-Quran dapat kita temukan yaitu: Pertama, Rahmat kepada mu’minin sebagaiman firman Allah, “Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh pada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga) serta menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.” (QS. an-Nisa: 175)
Kedua, Rahmat bagi muhsinin sebagaimana firman Allah, “Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Lukman: 3). Rahmat kepada mukinin sebagaimana firman Allah, “Ini (al-Qur’an) adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini(-nya)”. (QS. al-Jasiyah: 20)
Ketiga, Rahmat bagi semesta alam sebagaimana firman Allah, “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. al-Anbiya: 107)
Pendekatan makna lain dari rahmat antar lain Raf’ah (belas kasih, kasih sayang) yang mengandung makna: Kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Allah berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. (QS. al-Furqân: 63).
Demikian pula kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya di akhirat. Allah berfirman, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata”. (QS. al-Jasiyah: 30).
Di samping raf’ah makna lain dari rahmat adalah magfiroh, yaitu pengampunan dosa yang Allah anugrahkan kepada orang-orang yang memperoleh petunjuk-Nya. Sebagaimana firma-Nya, “Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. al-Baqarah: 157)
Menjelang Ramadhan kita dituntut untuk mempersiapkan diri dari berbagai aspeknya seperti ruhiyah (jiwa), jasadiyah (badaniyah), fikriyah (ilmu), maliyah (harta/sifaf sosial) dan ibadah. Persiapan-persiapan tersebut dapat meneguhkan jiwa kita agar berbagai ibadah dan amal kebaikan yang kita lakukan nantinya mampu mendorong sekaligus mengangkat derajat taqwa kita di hadapan Allah. Semoga kita semua selalu dalam berkah dan rahmat Allah! (*)