Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Muhammadiyah: Ide, Narasi dan Karya”
KESATUAN Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) merupakan salah satu organisasi massa muslim berbasis perguruan tinggi di Indonesia yang didirikan pada momentum reformasi ’98, tepatnya 29 Maret 1998. Acara yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur itu menetapkan Fahri Hamzah sebagai Ketua Umum pertama. Saat itu, para peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Hubungan baik antar KAMMI dan Muhammadiyah sudah berlangsung lama, termasuk sejak KAMMI berdiri.
Kini KAMMI sudah berusia 27 tahun. Sebuah usia yang cukup matang dan ideal untuk menggelindingkan berbagai agenda perbaikan dan perubahan di berbagai lini. Baik pada sisi internal KAMMI maupun pada sisi eksternal KAMMI seperti mengisi berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai minat dan bakat atau panggilan profesi aktivis juga alumninya. Usia demikian selayaknya membuat KAMMI semakin diperhitungkan dalam dinamika kebangsaan dan kenegaraan kini dan ke depan. KAMMI mesti hadir di setiap momentum yang berkaitan dengan hajat hidup masyarakat dan dinamika nasional.
Pada Kamis 17 April 2025, terselenggara acara silaturahim dan halal bihalal pengurus KAMMI dan alumni KAMMI yang berlangsung di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta. Buya Anwar Abbas (Ketua PP Muhammadiyah) didaulat memberi tausiyah pada forum yang penuh hikmah dan kekeluargaan ini. Saya mencatat beberapa poin yang beliau sampaikan. Pertama, perkuat persaudaraan dan jejaring. Menurut sosok yang akrab disapa Ayanda Anwar Abbas ini, persaudaraan adalah kunci soliditas organisasi dan ummat. Bila persaudaraan terjaga maka akan dengan sendirinya jejaring semakin luas dan kuat. Hal ini perlu dijaga sehingga potensi aktivis muslim tumbuh dan terjaga.
Kedua, ekspansi ke berbagai sektor dalam rangka menebar rahmat bagi semua. Buya Anwar Abbas mengingatkan pentingnya umat Islam mengisi posisi-posisi strategis dalam struktur negara. Melengkapi gagasan Dawam Raharjo yang menyebut 9 elite strategis negara—Ulama, Politisi, Cendekiawan, Pengusaha, Birokrat, Profesional, Pendidik, Budayawan, dan Pekerja Sosial—sosok penting di Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menekankan perlunya umat termasuk alumni KAMMI untuk mengisi sektor pertahanan (militer dan intelijen), media massa dan penegakan hukum (kepolisian, kejaksaan dan kehakiman).
Ketiga, perkuat basis ekonomi. Hal ini menjadi penting karena berbagai sektor lainnya sangat ditentukan oleh penguatan aspek ini. Menurut sosok kelahiran 15 Februari 1955 ini, khusus di bidang ekonomi, umat Islam masih lemah. Pengusaha muslim jumlahnya masih sedikit dan belum mampu meng-cover umat Islam yang jumlahnya cukup besar. Beliau pun berpesan agar kegiatan-kegiatan yang menimbulkan geliat perekonomian tumbuh dan berkembang harus terus diinisiasi, termasuk di KAMMI dan alumni KAMMI. Dakwah amar makruf nahi mungkar akan berlangsung dengan baik manakala ditopang oleh basis ekonomi yang kuat.
Acara ini juga diisi oleh kesan dan pesan alumni termasuk para mantan Ketua Umum lintas periode kepada KAMMI dan alumninya. Acara dilengkapi oleh acara ramah tamah dan foto bersama, di samping perbincangan non formal yang berlangsung di setiap meja, pojok aula acara dan di sekitaran pintu masuk aula acara. Acara yang dihadiri oleh ratusan pengurus KAMMI, alumni KAMMI dan undangan lainnya ini berlangsung dengan baik, lancar dan penuh kekeluargaan. Beragam profesi dan latar belakang termasuk peran sosial memperkuat sekaligus memperkokoh ikhtiar KAMMI dan alumninya untuk berkontribusi pada upaya memajukan bangsa dan negara Indonesia. (*)