KUNINGAN, fajarsatu.com – Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) sebagai hutan konservasi memiliki peran penting untuk menjaga sistem penyangga kehidupan manusia di sekitarnya dan makhluk lainnya yang berada di dalam kawasan hutan melalui pilar perlindungan dan pengamanan hutan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Kemegahan Gunung Ciremai sebagai gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 mdpl memberikan anugrah yang tak terhingga seperti air yang berlimpah, oksigen yang tak terbatas, iklim mikro yang sejuk dan nyaman serta panorama yang indah. Dengan demikian, perkembangan wisata alam di kawasan TNGC semakin meningkat. Tak hanya wisata pendakian gunung, namun juga wisata alam yang tersebar di sepanjang kaki Gunung Ciremai baik yang berada di dalam kawasan TNGC maupun di luar kawasan TNGC dengan berbagai atraksi wisata alam yang ditawarkan.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan wisata alam di wilayah Kabupaten Kuningan pun semakin meningkat, terbukti dengan semakin banyaknya tempat makan/restoran dan tempat menginap/hotel dan resort. Salah satunya adalah jaringan hotel Santika Indonesia Hotels & Resorts, melalui Hotel Santika Premiere Linggajati – Kuningan, Hotel Santika Cirebon, dan Amaris Hotel Cirebon. Dalam semangat kepedulian terhadap lingkungan dan gaya hidup sehat, menggelar kegiatan bertajuk “Santika Sahabat Bumi” yang berlangsung Jalur Pendakian Palutungan, TNGC, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada Sabtu, 24 Mei 2025.
Dalam acara ini juga dihadiri oleh Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yuniar, M. Si, yang didampingi oleh Kepala Balai TNGC dan pihak lainnya seperti BPBD, Kecamatan Cigugur, LSM AKAR, Komunitas Kuningan Runners, Komunitas Peak Ciremai Trail dan Sadewa Adventure serta puluhan karyawan Santika Indonesia area Cirebon dan Kuningan beserta masyarakat, sebanyak 80 orang. Dian menyampaikan bahwa sebagai generasi penerus bangsa harus mampu melestarikan kawasan hutan khususnya kawasan TNGC “hutan ini titipan yang harus kita wariskan kepada anak cucu”tambahnya.
Kegiatan pendakian gunung di kawasan TNGC sudah dilaksanakan sesuai dengan SNI pendakian gunung sejk tahun 2019 yang tercantum dalam Prosedur Tetap Pendakian Gunung Ciremai mengutamakan keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan ketertiban. Mulai dari persiapan fisik dan mental calon pendaki, pendaftaran secara online, peralatan dan perlengkapan yang wajib dibawa baik perorangan maupun kelompok, pemeriksaan kesehatan serta kewajiban para pendaki untuk membawa kembali sampah yang dihasilkan baik sampah organic dan non organik. Dampaknya adalah semakin berkurangnya kecelakaan pendakian, tidak ada pendaki yang tersesat, dan jalur pendakian bersih dari sampah. Jika dibandingkan sebelum tahun 2015, jumlah sampah yang ditinggalkan di Jalur Pendakian Gunung Ciremai berkurang hingga 90%. Dengan demikian edukasi terhadap calon pendaki yang akan melakukan pendakian Gunung Ciremai melalui Prosedur Tetap Pendakian Gunung Ciremai diterima dan diimplementasikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, selain mengingatkan kembali untuk membawa sampah secara mandiri, juga mengusung konsep edukasi pemilahan sampah dimana sampah yang dibawa oleh pendaki sudah harus terpilah menjadi 4 (empat) jenis yaitu botol plastik, plastik, steroform dan kaleng, kardus dan puntung rokok. Kepala Balai TNGC, Toni Anwar yang diwakili Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Sanggara Yudha mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat positif khususnya sebagai edukasi kepada para pendaki yang tidak hanya membawa sampah namun juga harus sudah melakukan pemilahan sampah secara mandiri. Aksi ini juga melibatkan para atlet trial run sebagai momen untuk bersilaturahmi dan menjajaki kembali Jalur Pendakian Palutungan. Pendakian yang dikenal dengan Tektok ini (berangkat pagi, pulang sore) ini sifatnya terbatas dan melalui permohonan khusus.
Santika Indonesia Hotels & Resorts yang diwakili Prita Gero juga mengungkapkan bahwa program ini. (*)