Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Ketika Allah Memilihmu”
HARI ini Jumat tanggal 20 Juni 2024, bertepatan dengan 24 Zulhijah 1446, bulan ke-12 tahun Hijriyah. Ini pertanda dalam waktu tak lama lagi kita akan memasuki bulan Muharam 1447 H. Sebagai muslim selayaknya kita mengisi akhir tahun ini dengan memperbanyak renungan atau mengevaluasi diri, baik dalam hal ibadah maupun peran sosial kita di tengah masyarakat bahkan bagi bangsa dan negara. Sehingga setiap detik yang kita lewati dari tahun-tahun lalu memberi catatan berharga bagi kita kini dan di masa mendatang.
Menjelang tahun 1447 yang tiba tak lama lagi, mengharuskan kita untuk banyak berbenah dan menghitung ulang tentang apa yang kita jalani selama ini. Kita harus berani bertanya tentang ibadah dan amal soleh yang kita lakukan. Kita harus bersemangat untuk memastikan apa yang kita lakukan segala ini benar-benar punya dampak positif pada perjalanan hidup kita selanjutnya. Jangan sampai waktu yang telah lewat berlalu begitu saja tanpa refleksi yang membawa kita pada jalan yang buruk. Padahal kita harus lebih baik di masa yang akan datang.
Hal lain, saat ini kita harus mampu mengisinya untuk merencanakan berbagai hal yang mesti kita benahi dan jalankan ke depan. Kita mesti menyusun fokus amal dan aktivitas yang akan kita jalankan pada tahun-tahun yang akan datang. Hal-hal yang baik dan bermanfaat harus kita prioritaskan, sementara yang buruk dan tidak bermanfaat harus kita tinggalkan tanpa kompromi sedikitpun. Keberanian untuk merencanakan langkah selanjutnya merupakan modal penting dalam mengarungi perjalanan kita selanjutnya.
Adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Bermuhasabahlah kalian sebelum dihisab!”. Ungkapan ini sangat tegas mengingatkan kita agar memiliki kesadaran moral dan tanggungjawab terutama kepada diri kita sendiri agar lebih giat dalam berbenah dan mengevaluasi setiap apa yang kita jalankan selama ini. Iman, ibadah dan amal kita mesti dievaluasi. Jangan sampai kita merasa benar dan baik dalam menjalankan sementara semuanya bertentangan dengan apa yang digariskan oleh Islam.
Sebelum dihisab di akhirat kelak, pada saat ini kita harus berani menghisab diri. Kata-kata atau ucapan, tindakan dan perilaku kita harus dievaluasi, apakah menyakiti orang lain atau tidak. Berbagai tulisan dan komentar kita pada berbagai akun dan grup media sosial apakah berdampak pada kebaikan atau justru menimbulkan keburukan bahkan kemaksiatan atau kemungkaran. Kita harus berani mendengar suara hati kita tentang apa yang kita lakoni selama ini. Apakah memberi dampak baik pada kehidupan kita di akhirat atau justru menjerumuskan kita pada neraka.
Coba sesekali cek diri kita, apakah selama ini kita lebih banyak menceritakan keburukan tetangga kita atau justru terinspirasi untuk berbuat baik karena kebaikan mereka? Selanjutnya, coba tengok tetangga kita. Jangan sampai ada diantara mereka yang ternyata terbiasa hanya makan sekali dalam sehari, sementara kita terbiasa makan tiga kali bahkan dengan makanan yang bergizi juga berkualitas. Coba tengok anak-anak yatim-piatu di lingkungan sekitar kita, pastikan mereka mendapatkan kehidupan yang layak.
Sesekali, ada baiknya kita silaturahim juga pada para guru-gur kita. Betapa banyak ilmu dan pengalaman yang mereka berikan untuk kita selama hidup. Bisa jadi kita mendapatkan karier yang baik dan rezeki yang lancar karena dampak dari apa yang mereka berikan pada kita selama ini, termasuk doa terbaik mereka untuk kita. Begitu juga para guru dari anak-anak kita, ada baiknya kita silaturahim dengan mereka. Bila kesulitan di tempat dan waktu, kita bisa melakukan dengan memanfaatkan media yang tersedia termasuk media sosial dan HP yang kita miliki.
Hal lain, yang tak kalah pentingnya, kita perlu mengecek ulang kualitas hubungan kita dengan keluarga kecil dan keluarga besar kita. Bila ada hal-hal yang tak layak dan merusak silaturahim, maka ada baiknya kita membenahi dan membangun silaturahim dengan baik. Kita harus berani mengalah untuk memastikan hubungan baik dengan anggota keluarga dan keluarga besar tetap harmonis dan dalam kondisi yang terbaik. Karena sesungguhnya, terjaganya hubungan baik dan silaturahim dengan keluarga kecil dan besar dapat menopang kebaikan dan berbagai kebaikan yang akan kita tunaikan ke depan.
Bagi para pejabat yang mendapatkan mandat untuk memimpin di berbagai level kepemimpinannya, ada baiknya mengevaluasi total atas apa yang diperankan selama ini. Apakah kebijakannya mendapatkan kemaslahatan dan manfaat atau justru menimbulkan kerusakan dan menyengsarakan masyarakat? Apakah berbagai janji politik sudah dan dapat ditunaikan dengan baik atau sekadar basa-basi untuk diingkari berkali-kali? Apakah gaji dan tunjangan yang begitu besar berdampak baik pada kinerja atau justru membuka pintu bagi terjadinya tindakan korupsi? Ingat, pemimpin yang zalim pasti dimurkai dan mendapat balasan dari Allah!
Tahun 1447 H segera tiba. Mari kita menantinya dengan persiapan yang matang. Kita pastikan semua yang kita lakukan dibingkai oleh ketaqwaan kita kepada Allah. Sehingga apa yang kita lakukan berdampak bagi bagi kehidupan dunia dan akhirat kita. Dalam al-Quran Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyr: 18). Mari menjelang tahun baru ini dengan banyak bermuhasabah! [*]