SUMBER, fajarsatu.- Gong rampak milik warga Desa Kedungsana yang dikeramatkan oleh warga sekitar sempat tidak difungsikan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Setelah tahun 2012 di bawah kepemimpinan Kuwu Sudianto, gong keramat Ki Muntili kini mulai difungsikan kembali untuk kegiatan masyarakat.
“Awal ditemukannya Ki Muntili konon katanya dari pendahulu tengah berjalan di pinggiran sungai, pada saat menginjak tanah keluar bebunyian, setelah digali ternyata ada seperangkat gong, yang kemudian oleh masyarakat disebut Ki Muntili,” ujar Kuwu Kedungsana, Sudianto, Jumat (23/08/2019).
Dikatakan Sudianto, zaman dahulu, Ki Muntili digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan adat seperti mapag sri dan kegiatan adat desa lainnya.
“Ki Muntili ini sempat tidak digunakan atau difungsikan dalam waktu yang lama, setelah saya memimpin desa, saya mencoba untuk menggali tentang Ki Muntili ini dan alhamudlilah, saya bertemu dengan orang-orang yang dulu pernah memainkan Ki muntili,” katanya.
Diceritakan Sudianto, setelah bertemu orang-orang yang kompeten, kesenian gong renteng kemudian diperkenalkan kepada generasi muda.
“Generasi muda Desa Kedungsana pun menyambut positif akan kembalinya kesenian gong ranteng Ki Muntili ini, dan sekarang generasi muda desa kami sudah mulai mencintai kesenian khas daerahnya,” jelasnya.
Sekarang Ki Muntili sudah dibuatkan replikanya, namun tidak mengurangi ciri khas keaslian dari Ki Muntili yang mempunyai suara nyaring.
“Dengan adanya festival gong renteng yang baru pertama digelar ini, kami berharap kebangkitan kesenian gong ranteng akan segera terwujud, sehingga banyak masyarakat yang mencintai kesenian tradisional yang sarat arti,” tambahnya. (FS-5)