MAJALENGKA, fajarsatu.- Dengan alasan lebih banyak madlorotnya daripada manfaatnya, Dinas Pendidikan Majalengka melarang tabungan siswa.
Salah satu faktornya yakni, meski siswa yang menabung, namun kerap kali yang menabung itu adalah kepentingan orangtuanya.
Selain itu, pada setiap akhir tahun pelajaran, para guru kerap kebingungan mencari uang pengganti tabungan siswa, dengan alasan klasik yakni uangnya sudah dipakai duluan oleh guru atau pihak sekolah untuk keperluan lain.
Kepala Disdik Majalengka, H. Ahmad Suswanto mengatakan pihaknya telah mengeluarkan surat edaran khusus yang berisi larangan tabungan siswa untuk sekolah tingkat SD dan SMP.
“Tabungan siswa itu lebih banyak madlorotnya, karena biasanya dimanfaatkan untuk kepentingan orangtuanya. Ada yang menabung hingga 50 ribu setiap hari. Padahal uang jajan anak tidak sebesar itu,” ungkapnya, Jumat (23/8/2019).
Ahmad menambahkan, selain itu, juga menimbulkan kecemburuan sosial bagi siswa dan orangtua yang suka mengantar dan mendampingi anaknya sekolah.
“Untuk mencegah semua itu, yang kita nilai madlorot, maka lebih baik ditiadakan saja.” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang guru di wilayah Sumberjaya mengatakan dengan adanya larangan tabungan siswa, pihaknya sedikit lega. Karena dirasakan pada saat tabungan tersebut harus dikembalikan kepada si penabung, uangnya malah tidak ada.
“Ya terkadang, uang tabungan itu malah sudah tak ada. Dipakai untuk keperluan pribadi atau sekolah. Setuju saja sich, supaya kita tidak kebingungan di akhir tahun,” ungkapnya, yang minta namanya tak disebutkan. (FS-8)