HARJAMUKTI, fajarsatu- Kota Cirebon dikenal sebagai pusat perekonomian bagi wilayah Ciayumajakuning, mengingat banyaknya pusat perbelanjaan dan juga menjadi pusat wisata yang ditunjang oleh infrastrukturnya menjadikan Kota Cirebon sebagai kota yang terbilang maju dibandingkan dengan wilayah tetangga lainnya seperti Indramayu, Majalengka dan Kuningan.
Namun hal itu belum mampu menjadi jaminan bagi masyarakatnya, karena dari total jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 300 ribuan itu 30 persen di antaranya masih berada di garis kemiskinan.
Terlebih lagi saat wabah Covid-19 ini diindikasikan jumlah masyarakat terdampak yang berpotensi menjadi masyarakat yang kurang mampu akan terus bertambah.
Seperti apa yang dirasakan oleh satu keluarga yang berada di RT/RW 02/02 Pesantren, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon yang harus hidup memprihatinkan di tengah kemajuan Kota Cirebon.
Itulah Inah (33) yang tinggal di rumah sepetak dengan ukuran 4×3 meter yang harus menikmati hidup dengan kegelapan karena belum teraliri listrik, belum lagi ketika mandi harus memanfaatkan air hujan karena tidak memiliki sumber air atau sumur.
Bahkan bukan hanya itu, wanita yang tinggal bersama tiga orang anaknya itu tidak pernah merasakan mandi cuci kakus (MCK) dengan nyaman. Pasalnya MCK yang selama ini digunakan jauh dari kata layak dimana langit menjadi atap dan tanah menjadi lantainya.
Inah yang sedikit memiliki keterbatasan mental yang juga hidup bersama ibu kandungnya itu harus menunggu uluran tangan belas kasihan dari tetangga sekitar rumahnya hanya untuk sekedar makan.
Tak jarang pula keluarga tersebut harus memakan sisa nasi bekas bahkan terhitung basi untuk mengganjal perut.
Belum lagi satu dari ketiga anaknya yang terhitung masih di bawah umur itu sulit melakukan komunikasi sehingga membuat keluarga itu terbelenggu dalam himpitan hidup ditengah kemajuan Kota Cirebon.
Dengan keterbatasan ekonomi dan kondisi keluarga yang demikian, Inah sangat membutuhkan bantuan dalam bentuk apapun, beruntung dengan kondisi saat ini, berkat bantuan para tetangga, dua anaknya masih bisa mengecap dunia pendidikan meskipun paket.
Sampai saat ini, dari informasi tetangga sekitar, Inah dan keluarga, meskipun sangat kekurangan, namun belum ada program bantuan sosial yang menyentuhnya, seperti BPNT dan PKH, padahal tetangga sekitar sudah membantu untuk mengurus administrasi kependudukannya, hingga di tengah keterbatasan, Inah memiliki KTP dan KK.
Menangkap informasi tersebut, Baznas Kota Cirebon turun langsung memberikan bantuan kepada keluarga tersebut, dan meskipun tak seberapa, setidaknya bantuan tersebut sedikit meringankan, dan juga menyadarkan kepedulian semua pihak terhadap warga Kota Cirebon yang masih hidup di tengah segala keterbatasan.
Ketua Baznas Kota Cirebon, M Taufik S Ag menyampaikan, setelah dilakukan asessment oleh Layanan Aktif Baznas (LAB), keluarga Inah sangat layak dibantu sehingga sebisa mungkin dari dana zakat bisa dibantu.
“Hari ini kita saksikan, ada satu keluarga yang memprihatinkan, alhamdulillah kami lakukan assessmen dan hari ini bisa dibantu meskipun sedikit, Insya Allah kami akan bantu beberapa hal, kaitan dengan MCK, membantu masalah air, sembako sampai bisa terbantu,” ungkap Taufik.
Lanjutnya, di rumahnya tidak ada penerangan, tidak ada MCK dan nunggu hujan untuk bisa mandi dan minum, kita juga sudah koordinasi dengan kelurahan, agar dibantu untuk diberikan aliran listrik.
Sementara itu Lurah Kalijaga, Dewi Ratnawati mengungkapkan, pendataan terhadap warga miskin di kelurahannya sudah dilakukan, namun untuk bisa mendapatkan bantuan, sistem pemerintahan sangat rumit dan membutuhkan proses yang panjang, sehingga sampai saat ini belum bisa diserahkan.
“Alhamdulillah warga kita dibantu, dan bantuan Baznas ini sangat membantu. Untuk bantuan dari pemerintah memang belum bisa diberikan, tetapi sudah kita usulkan ke gubernur,” ungkap Dewi. (dave)