Oleh: Syamsudin Kadir
PENDIDIKAN keluarga adalah salah satu institusi atau lembaga pendidikan tertua dalam sejarah umat manusia. Ia adalah aspek penting dalam membangunan sebuah bangsa dan negara yang berkemajuan. Bila hendak memajukan Indonesia maka majukan pendidikan keluarganya.
Tradisi membaca adalah salah satu tradisi yang perlu dibangun dalam keluarga. Karena dengan membaca ada begitu banyak hal dan manfaat yang diperoleh. Bukan saja menambah ilmu pengetahuan tapi juga mencerahkan diri agar semakin berkualitas.
Dengan membaca, seseorang semakin memahami sesuatu yang dibahas dalam sumber bacaan tertentu. Ia pun terdorong untuk mendalami sebuah tema tertentu karena distimulus oleh tradisi membaca itu sendiri. Dengannya, pembaca punya pemahaman yang jauh lebih berkualitas daripada yang malas atau enggan membaca.
Membaca juga dapat mendorong seseorang untuk mengenal dirinya sendiri. Dengan begitu ia bakal terdorong untuk membenahi apa yang harus dibenahi dan apa saja yang mesti diperbaiki. Semakin banyak membaca maka semakin besar peluang untuk menemukan hal baru yang tentu bakal bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
Membaca juga berdampak pada pola dan langkah membangun keluarga yang berkualitas. Isi pikiran sebagai dampak positif dari tradisi membaca dapat memudahkan langkah anggota keluarga dalam menemukan berbagai hal untuk memajukan keluarga itu sendiri.
Begitu pentingnya membaca maka ia mesti menjadi rutinitas dalam keluarga. Bila dalam keluarga punya tradisi membaca yang kuat maka akan lahir masyarakat yang juga punya tradisi baca yang kuat. Berikutnya sebuah bangsa pun akan terbiasa membangun tradisi baca.
Apalah lagi di musim bencana non alam: Covid 19 begini, membaca mesti dipaksa. Bila tidak, Covid 19 bukan saja melayangkan nyawa, tapi juga menumpulkan akal dan jiwa kita. Mari berbenah dari sisi ini. Seluruh anggota keluarga mesti dipastikan menggeliat dalam membaca terutama membaca buku.
Orangtua sebagai penanggungjawab utama maju atau mundurnya sebuah keluarga mesti menjadi teladan. Bila belum sampai pada level itu maka mesti memkasa diri. Kebiasaan yang baik kadang butuh dan perlu dipaksa. Biasanya itu hanya di awal. Berikutnya bakal terbiasa bahkan ketagihan.
Ayah dan Ibu yang menjadi lokomotif keluarga mesti punya target yang jelas dan bisa dievaluasi secara praktis. Misalnya, mesti membaca buku minimal 1 buku per hari. Atau minimal membaca 1 buku untuk dua hari. Pokoknya disesuaikan saja. Sebagai penyemangat, memang mesti dipaksa.
Kalau ada orang yang menganggap kita gila baca gegara membangun tradisi membaca buku di lingkungan rumah atau keluarga, maka itu adalah sesuatu yang bagus. Sampaikan terima kasih banyak kepada mereka. Semakin dianggap gila, semakin gila membacanya. Ya mesti semakin semangat untuk membaca bukunya.
Mungkin saat ini tradisi semacam ini dianggap tak ada manfaatnya, itu manusiawi saja. Tapi kita mesti optimis bahwa kunci untuk mendapatkan banyak ilmu pengetahuan adalah membaca. Bila kita sudah memegang kuncinya maka akan dengan mudah bagi kita untuk membuka pintunya dan masuk ke dalam lapangan luas ilmu pengetahuan.
Bila saat ini tradisi membaca dirasa tak bermanfaat, jangan khawatir, itu manusiawi. Karena itu biarkan saja. Karena dampak membaca itu tak mesti saat ini. Bisa jadi nanti. Bisa tahun depan, lima tahun lagi bahkan dua puluh tahun lagi. Sebab membaca adalah energi sepanjang jalan.
Sekarang, bila dalam keluarga kita terbiasa bermain Handphon atau HP untuk hal-hal yang tak bemutu alias hal yang sia-sia, maka kita mesti membangun tradisi baru yaitu membaca buku. Silahkan lahap semua buku yang ada. Temukan berbagai hal yang penting dan bermanfaat di dalamnya. Berdebatlah dengan buku tentang isi buku yang sedang dibaca.
Memegang HP bukan haram atau bukan tidak boleh, hanya saja bila manfaatnya menipis dan tidak menambah ilmu pengetahuan dan tidak punya dampak pada meningkatnya kualitas diri maka mesti diganti dengan membaca buku. Membaca buku lebih menambah gizi pengetahuan dan wawasan daripada sekadar ikut nimbrung di berbagai group yang isinya cuma caci maki dan ocehan tak bermutu.
Kadang HP menjadi racun yang berbahaya dan mematikan bagi pemiliknya. Kita terdorong untuk mengomentari semua hal yang tak kita pahami dan tak ada manfaatnya. Bahkan kita seolah-olah menjadi pembela setiap perbincangan. Padahal manfaatnya sama sekali tidak ada. Alias hanya sia-sia atau mubazir.
Kecuali bila HP yang kita miliki dimanfaatkan untuk membaca berbagai tulisan yang bermutu dan bermanfaat, maka itu tentu saja bagus. Karena bagaimana pun, berbagai bacaan juga bisa kita dapatkan melalui HP yang kita miliki. Tak sedikit website atau blog yang berisi tulisan bernas para ahli justru bisa kita baca melalui HP kita. Tulisan sederhana saya ini juga dibaca melalui HP kan?
Jadi poin pentingnya adalah bagaimana kita membangun tradisi membaca bagi diri dan keluarga kita. Bila HP banyak mengganggu maka kita bisa menggunakan media lain yaitu buku. Lagi-lagi memang mesti dipaksa. Tapi percayalah bahwa suatu saat bakal ketagihan. Sebab dengan membaca kita bisa memperoleh begitu banyak kekayaan yang tak bisa dinilai dengan materi yaitu ilmu pengetahuan, hikmah dan pengalaman. (*)
(*) Syamsudin Kadir adalah Penulis Buku “Melahirkan Generasi Unggul”