BANDUNG, fajarsatu – Memasuki musim penghujan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melakukan langkah antisipasi untuk meminimalisir risiko bencana longsor. Sempat ujicoba tahun lalu di wilayah Pangalengan, teknologi polimerisasi kembali digunakan di daerah tebing yang rawan longsor.
Polimer adalah cairan kimia yang bisa membuat tanah menjadi keras. Meskipun tanah menjadi keras, namun tanaman dapat tetap tumbuh.
“Jadi menangani longsor saat ini tidak harus pakai betonisasi, kirmir, trap terasering atau Bronjong. Polimerisasi ini teknologi yang ramah lingkungan, kita sempat lakukan ujicoba tahun lalu di Pangalengan dan hasilnya cukup bagus. Selain itu, kita juga padukan dengan tanaman vetivera di tebing bagian bawah,” ungkap Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser saat meninjau kegiatan polimerisasi di Desa Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, Jumat (2/10/2020).
Dengan polimerisasi di tanah tebing bagian atas, terangnya, akan memberikan waktu pada akar tanaman vetiver untuk saling mengkait dan memperkuat tanah tebing di bagian bawah.
“Kita akan terus lakukan pendekatan polimerisasi dan vetiver ini, terutama di lahan dengan kemiringan di atas 30 derajat. Terutama daerah dengan tebing curam dan rawan longsor,” terang bupati.
Kabupaten Bandung yang sempat dinyatakan sebagai daerah rawan bencana nomor empat nasional, tutur Dadang Naser, kerap mengalami longsor di musim penghujan, baik di bagian utara maupun selatan.
“Penanganan dengan polimerisasi ini bisa dilakukan melalui BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) maupun DPUTR. Selain itu, Disperkimtan juga bisa menggunakan teknologi ini menggantikan beton atau aspal, untuk membangun jalan lingkungan atau jalan lembur. Jadi cairan polimer dicampur air, tanah dan dipadatkan, itu berfungsi mirip aspal,” tutur Dadang Naser.
Selain memperindah, penghijauan dan memperkuat lahan di tebing-tebing, ujarnya, tanaman vetiver juga dapat menjadi sumber pakan untuk ternak.
“Selain rumput odot, vetiver juga bagus untuk pakan sapi, kambing atau domba. Jadi ini juga sekaligus bisa mendukung swasembada pakan ternak,” ujar Dadang.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Bandung, H. Achmad Djohara menambahkan, pihaknya akan melakukan assessment untuk menentukan titik-titik mana saja yang perlu dilakukan polimerisasi.
“Kita akan terus gunakan teknologi ini untuk meminimalisir daerah potensial bencana. Terutama untuk tebing-tebing yang ada di pinggir jalan, maupun di sekitar pemukiman warga. Sehingga mereka bisa lebih aman dan terbebas dari ancaman longsor,” tambah Kalak BPBD.
Pihaknya akan terus mensosialisasikan teknologi ini kepada seluruh aparat kewilayahan. “Kepada para camat, kades (kepala desa), dan para tokoh masyarakat, untuk segera berkoordinasi dengan kami atau DPUTR, sehingga langkah antisipasi ini bisa secepatnya dilakukan di seluruh wilayah Kabupaten Bandung,” pungkas Achmad Djohara. (taufik)