KEJAKSAN, fajarsatu – Banyaknya keluhan masyarakat terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang masih diterapkan siswa SD hingga SMP di Kota Cirebon, ditanggapi Wali Kota Cirebon, H. Nashrudin Azis.
Masih dilaksanakannya PJJ, menurutnya, untuk menghindari kluster baru terutama yang diawali ketidakdisiplinan penerapan protokol kesehatan dari anak-anak di sekolah.
“Sekarang siapa yang bisa menjamin anak sekolah ini patuh terhadap protokol kesehatan dalam bersosialisasi di sekolah, mulai dari berkeruman, berdesakan saat jajan, berkengkrama sesama teman, sehingga kondisi tersebut berisiko sangat tinggi,” kata Azis kepada fajarsatu.com di ruang Adipura Balaikota Cirebon, Kamis (22/10/2020).
Maka, lanjutnya, Pemda Kota Cirebon hingga sampai saat ini belum “tega” untuk membiarkan anak-anak sekolah masuk karena khawatir munculkan klaster baru.
Terkait kuota yang sering dikeluhkan orangtua siswa untuk bisa mengikuti belajar online, Azis mengatakan, namanya sebuah musibah pasti banyak sekali kendalanya.
“Pendidikan dalam kondisi saat ini menjadi tanggung jawab bersama karena tidak hanya terjadi di Kota Cirebon tetapi juga musibah ini menjadi musibah nasional. Jadi bila ada hal lain sebagai akibat dari pandemi Covid-19 menjadi lebih berat, itu sudah menjadi sebuah konsekwensi,” katanya.
Yang terpenting, lanjut Azis, pemerintah sekarang ini terus berupaya membantu meringankan bebn orangtua siswa. Sebab, katanya, jika tidak terjadi musibah pandemi atau dalam keadaan normal seperti dulu, biaya anak sekolah juga tetap ada.
“Misalnya biaya untuk naik angkot dan jajan di sekolah. Nah di saat seperti ini, bisa saja biaya tersebut dikonpensasikan untuk pembelian kuota,” paparnya.
Menurut Azis, dalam kondisi saat ini disarankan masyarakat jangan mengeluh soal beban PJJ. Ia berharap untuk menjalani bersama-sama karena kondisi saat ini memang di luar dugaan bukan di saja di Kota Cirebon, tetapi juga masyarakat dunia.
“Jujur saya tidak bisa menjawab kalau ada orang yang bertanya untuk beli kuotanya dari mana. Sama ketika dalam kondisi normal ada yang bertanya, ongkos naik angkotnya dari mana,” ujar Azis.
Dulu, tambahnya, belajar tatap muka di sekolah, orangtua harus mengeluarkan biaya untuk naik angkot dan jajan. “Sekarang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk angkot atau jajan di sekolah tetapi harus membeli kuota. Nah itu imbang-imbangnya kan sama,” pungkas Azis. (irgun)