KESAMBI, fajarsatu – Para penggiat budaya Cirebon menggelat pertemuan yang berlangsung di Goa Sunyaragi Cirebon, di antaranya Akbarudin Sucipto, Elang M. Chaidir, Mukhtar Zaedin, Imam, Sibli, DR Eva Musyarofah dan Ardi Rosidin, Minggu (14/2/2021).
Mereka terdiri dari para seniman dan budayawan Cirebon, komunitas pencinta budaya Cirebon, akademisi , penulis buku dan penterjemah
Menurut Ketua Dewan Kesenian Cirebon, Akbarudin Sucipto, pertemuan berangkat dari kegelisahan akan melemahnya minat generasi terhadap budaya daerah Cirebon.
“Pertemuan diselenggarakan untuk ikut membantu memberikan jalan keluar. Budaya dipandang sebagai salah satu representasi peradaban sebuah bangsa, salah satunya bahasa daerah,” kata Akbar.
Menurutnya, sebagai penggiat budaya Cirebon yang tergabung dalam Komunitas Amparan Jati Cirebon, dirinya menyayangkan sejak pengurus Lembaga Bahasa Lan Satra Cirebon (LBSC), Nurdin M. Noor meninggal dunia, program seolah terhenti.
“Sangat disayangkan kalau programnya tidak diteruskan,” tandas Akbar.
Dalam pertemuan tersebut diungkapkan beberapa kendala yang dihadapi dalam menghidupkan bahasa daerah Cirebon, di antaranya faktor kurangnya support dari pemda dan faktor tenaga pengajar yang sulit didapat.
Dalam waktu dekat, menurut Akbar, komunitas sedang merancang acara dialog bahasa daerah (bahasa ibu) dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia.
“Insha Allah akan diselenggarakan pada 21 Februari 2021 yang teknis pelaksanaannya akan disesuaikan dengan situasi Covid 19 tanpa mengabaikan protokol kesehatan,” ungkapnya.
Sementara, dosen dan penulis, DR. Eva mengatakan, cara yang bisa ditempuh untuk kendala yang dihadapi dangan cara melalui aplikasi dan membuat buku.
“Kesulitan tenaga pengajar yang memahami juga menjadi kendala. Salah satu solusinya dengan cara melalui aplikasi,” katanya. (ricky)