MAJALENGKA, fajarsatu.- Penamaan bandara untuk BIJB Kertajati, apakah harus Bandara Abdul Halim atau Bandara BJ Habibie, memang masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat.
Hanya saja, sebagian warga Majalengka, berpendapat, ada baiknya jika penamaan BIJB Kertajati mengambil dari nama pahlawan yang lahir di daerah Kabupaten Majalengka.
Menanggapi hal ini, akademisi Universitas Majalengka, H. Diding Bajuri menilai, dalam soal penamaan untuk BIJB Kertajati, dia tidak dalam posisi menolak atau pun tidak setuju.
“Karena saya warga Majalengka, dan terlibat dalam pengusulan nama BIJB, saya tidak menolak ataupun setuju. Sebelum muncul wacana ini, kita bersama tokoh lain Majalengka bersama-sama mengusulkan nama Abdul Halim.” ungkapnya, Sabtu (14/9/2019).
Namun, ketika didesak, apakah harus memilih nama Habibie atau Abdul Halim, Diding menyatakan kebimbangannya. Akan tetapi cenderung lebih setuju agar nama BIJB disematkan dengan nama pahlawan asal Majalengka.
“Gimana ya, posisi saya tidak menolak atau pun setuju ya. Tapi dilihat dari sisi sejarah dan status maupun silsilah serta landasan formal, nama Abdul Halim juga pahlawan nasional, dan lahir di Majalengka. Cocok juga untuk nama BIJB,” ungkapnya.
Diding menjelaskan, pernah ada diskusi mengenai penamaan bandara ini jauh sebelum BIJB diresmikan. Dalam diskusi itu muncul dua nama, yakni Abdul Halim dan Bagus Rangin.
“Sekarang muncul wacana Bandara BJ Habibie. Jauh sebelumnya muncul wacana Bandara Abdul Halim. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pribadi untuk pak Habibie, sepertinya saya lebih setuju Abdul Halim untuk BIJB Kertajati. Karena jauh-jauh hari, tokoh Majalengka telah mengusulkan nama pahlawan Abdul Halim,” tandasnya. (FS-8)