Oleh: Adibah NF
(Komunitas Literasi Islam)
SEBAGAI seorang muslim yang merindukan sebuah kemenangan hakiki, pasti ia akan berupaya keras dengan sungguh-sungguh menapaki jalan yang akan ditempuhny, adalah jalan yang berpotensi bisa meraih kemenangan yang ia dambakan. Meskipun terkadang sulit untuk tetap berada pada rel yang sudah ia buat. Banyaknya godaan yang terlalu besar dihadapannya pun dirasa semakin sulit, berpeluang mengalihkan dari tujuan sesungguhnya. Bisa jadi karena dari ego yang ia miliki maupun dari hawa nafsunya sendiri, akhirnya kandas karenanya.
Perlu disadari bahwa ego dan nafsu merupakan musuh terbesar dalam dirinya, jika tidak bisa menempatkan dengan tepat. Ego dan nafsu jua yang harusnya disetir oleh dirinya bukan sebaliknya, ego itulah yang mengendalikannya sehingga tanpa disadari ia sudah dijadikan budak oleh egonya sendiri. Sehingga yang didapat bukanlah kemenangan namun kesengsaraan. Na’udzubillah min dzalik.
Saat kaum muslim sedunia menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan, bulan penuh keberkahaan dan ampunan serta belimpahnya pahala, tak heran jika mereka menyambutnya dengan suka cita dan berlomba melakukan berbagai kebaikan. Semua berharap mendapatkan kemenangan yang mengantarkan kepada kebaikan dunia akhirat.
Perlu dipahami bahwa, kemenangan bukan hanya kita memenangkan dalam sebuah pertarungan yang mampu mengalahkan lawan, yang bisa mudah terdeteksi, akan menang atau akan kalah. Namun halnya sebuah kemenangan yang ingin diraih di bulan Ramadhan adalah kemenangan hakiki bukan semu. Puasa Ramadhan bukanlah hanya sekedar menahan nafsu, haus dan lapar semata. Namun harus menjauhi semua yang bisa membatalkan puasa yakni semua yang Allah Swt. larang dan selalu berupaya untuk menjalankan apa-apa yang Allah Swt. perintahkan.
Ditengah keinginan umat Islam meraih kemenangan Ramadhan, realita tetap tak bisa menutup sebelah mata, karena betapa mirisnya kondisi umat saat ini. Ramadhan dari tahun ke tahun masih meninggalkan sesak dan derita dihati umat. Setiap akan menginjak Ramadhan, kebutuhan umat yang semestinya bisa membuat tenang menjalani Ramadhan, yang hanya sebulan kesempatan berburu pahala, namun selalu dibuat umat menderita, dengan adanya kenaikan harga pangan dan kebutuhan hidup lainnya.
Belum lagi derasnya opini moderasi Islam, feminisme, penyesatan makna akidah dan kesetaraan gender, akibat diterapkannya kapitalisme liberalisme sekulerisme yang mengusung kebebasan yang sangat terbuka dalam menjalankan aktivitas hidup, sengaja dimassifkan untuk melenakan dan menjauhkan umat dari ketaatan dan ketakwaan yang menjadi makna Ramadhan itu sendiri.
Spirit Kemenangan Ramadhan
Dalam bulan Ramadhan ada beberapa hal yang perlu diketahui agar tak luput dari semua yang akan mengantarkan kepada kemenangan. Pada bulan Ramadhan ada beberapa keutamaan dan keistimewaan yang Allah Swt. berikan kepada umat Islam yang tidak terdapat pada bulan lainnya diantaranya ada beberapa keutamaan bulan Ramadhan, yakni; terdapat malam lailatul qadar, amalan shaleh diganjar pahala wajib. Amalan wajib diganjar 70 kalilipat. Dibukakan pintu surga, bulan pengampunan, bulan berlimpah rezeki dan keberkahan.
Spirit kemenangan Ramadhan pun terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya,” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Takwa disini bermakna, melaksanakan syariat Islam secara kafah. Dan yang terkandung dalam ayat diatas yang bermakna kemenangan hakiki yaitu; Pertama, Ashiyam; al habsu artinya menahan. Bertarung dengan hawa nafsu. Bukan hanya berhasil tidak makan dan minum, melainkan juga nafsu hubungan seks dan nafsu memandang yang haram.
Kedua, kemenangan atas setan. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ketika tiba bulan Ramadhan setan-setan diikat. Nabi saw. bersabda,”Bila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup sementara setan-setan diikat.” ( HR.Bukhari – Muslim).
Hal ini menunjukkan bahwa, keimanan umat Islam di bulan Ramadhan harus meningkat. Karena itu kita selalu menemukan suasana yang berbeda di bulan Ramadhan. Orang yang tadinya malas salat berjamaah di masjid selama Ramadhan ia rajin ke masjid. Orang yang tadinya tidak pernah membaca Al-Quran, selama Ramadhan selalu membacanya.
Demikian pula, orang yang tadinya kikir bersedekah selama Ramadhan mereka menjadi dermawan. Orang yang tadinya tidak pernah bangun waktu fajar selama Ramadhan selalu bangun fajar dan shalat subuh tepat waktu. Orang yang tadinya mempertontonkan auratnya selama ramadhan menjadi wanita anggun di balik jilbab yang indah.
Ketiga, Pahala dilipatgandakan. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. bersabda: ”Setiap amal anak adam (selama Ramadhan) dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, Allah berfirman: Puasa itu untuk-Ku langsung yang akan memberikan pahala untuknya.” (HR.Muslim).
Maksudnya bahwa pahala puasa bukan hanya dilipat gandakan melainkan lebih dari itu , Allah Swt. berjanji akan memberikan pahala tanpa batas. Bayangkan berapa pahala yang akan didapat sepanjang seseorang berpuasa, bersedekah, menegakan amal-amal wajib, lalu dilanjutkan dengan amal-amal sunah. Dan semua amal itu dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat.
Bagaimana jika seorang muslim membaca Al-Quran dalam sehari lebih dari satu juz. Rasulullah saw. menerangkan bahwa pahala membaca Al-Quran hitungannya perhuruf. Setiap huruf satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Itulah rahasia mengapa para ulama terdahulu begitu masuk Ramadhan mereka berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Quran tanpa batas.
Keempat, dosa-dosa diampuni. Ada tiga ibadah dalam Ramadhan yang secara tegas Rasulullah saw. mengaitkan dengan ampunan dosa-dosa terdahulu: Pertama, ibadah puasa. Nabi saw. bersabda,” Man shamaa Ramadhanaa iimanan wahtisaban ghafirallahu taqaddamaa min dzambihi (Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan rida Allah Swt. akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu.” (HR Bukhari-Muslim).
Kedua, Ibadah shalat malam (tarawih). Nabi saw. bersabda,”Man qaama Ramadhanaa iimanan wahtisaban ghafirallahu taqaddama min dzambihi (siapa yang menegakkan shalat malam ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan rida Allah Swt. akan diampuni semua dosa-dosa yg telah lalu.”(HR.Bukhari –Muslim).
Ketiga, ibadah shalat malam lailatul qadar. Nabi saw. bersadba” Man qaama lailatul qadri iimanan wahtisaban ghafirullahu taqaddama min dzambihi ( siapa yang salat malam pada malam lailatul qadar dengan kesadaran iman dan penuh harapan rida Allah Swt. akan diampuni semua dosa-dosa yang telah lalu.” (HR.Bukhari-Muslim).
Kelima, Doa-doa dikabulkan. Seseorang yang sedang berpuasa doanya mustajab. Sebab ia sedang dalam kondisi menahan nafsu. Setan-setan tidak mendekatinya. Karenanya ia lebih dekat kepada Allah Swt. Ketika ia dalam kondisi sangat dekat kepada Allah Swt maka doanya akan mudah diterima. Karena itu, Nabi saw. menganjurkan agar orang-orang yang sedamg berpuasa banyak-banyak berdoa.
Para ulama mengatakan: disunahkan bagi orang yang sedang berpuasa selalu mengucapkan zikir, memanjatkan doa, sepanjang hari selama berpuasa. Sebab puasa membuat pelakuknya semakin dekat kepada Allah Swt. Doanya mustajab.
Rasulullah saw. bersabda,” orang-orang yang berpuasa doanya tidak ditolak, terutama menjelang berbuka. (HR Ibnu Majah,sanad hadis ini sahih). Ibnu Umar ra meriwayatkan bahwa Nabi saw. menjelang berbuka puasa selalu berdoa: “ Dzahabazh zhama’u wabtalatil ‘uruqu watsabatil ‘ajru insyaa Allahu taala. (dahaga telah pergi, kerongkongan telah basah, semoga Allah memberikan pahala).
Abdullah bin amru ra. Abdullah bin Amru ra. selalu membaca doa berikut ini sebelum buka puasa: “Allahumma as’aluka birohmatikallati wasi’at kulla syai’ antaghfira lii dzunuubii. (Ya Allah aku mohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang mencakup segala sesuatu, agar Kau ampuni aku.”
Imam At Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah, Nabi saw. bersabda: “Tiga orang yang doanya tidak pernah ditolak: Pemimpin yang adil, seorang yang sedang berpuasa sampai ia berbuka, orang yang dizholimi.
Keenam, Raih Lailatul Qadar. Dalam surat al-Qadr ayat 3-5 Allah Swt. menerangkan keagungan malam lailatul qadar. “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan ijin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” Inilah malam yang sangat Allah Swt. agungkan. Pada malam lailatul qadar ini Allah Swt. pernah menurunkan Al-Quran.
Setiap malam lailatul qadar Allah memberikan kesempatan kepada hamba-hamba-Nya untuk menutpi kekurangan masa lalunya dengan beribadah menegakkan salat, berzikir dan tilawah Al-Quran. Pahalanya khusus dan luar biasa. Tidak bisa dibandingkan dengan pahala beribadah selama seribu bulan (Kata: Khairun min alfi shahrin adalah lebih baik dari seribu bulan). Itulah keutamaan ibadah pada malam lailatul qadar.
Ketujuh, Kejar derajat takwa. La’allakum tattaquun (agar kamu bertakwa) adalah akhir dari ayat tentang puasa. Takwa yakni selalu menjalankan seluruh perintah Allah Swt. dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Atau totalitas kehati-hatian seorang hamba dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt. Tidak ada sedikitpun yang dilakukannya itu berpotensi mengarah pada murka Allah Swt.
Alhasil, jika ingin meraih kemenangan hakiki pada bulan yang istimewa ini haruslah terwujud penjaga yang menjadi kekuatan besar umat. Kekuatan besar umat yang ditakuti para pembenci Islam itu ada tiga. Yaitu Islam sebagai akidah, syariat dan dakwah/jihad. Ulama sebagai pewaris para nabi dan pejuang syariat Islam dan Khilafah Islam sebagai institusi pelaksana syariat Islam serta yang senantiasa menjaga ukhuwah atau persatuan hakiki.
Wallahu a’lam bishshawab. (*)