Oleh: Ine Wulansari
(Pendidik Generasi dan Pegiat Dakwah)
PARA pakar kesehatan, ahli epidemologi, para peneliti, ulama hingga sebagian besar tokoh nasional pernah menyampaikan, jika salah di awal dalam mengatasi pandemi, maka akan semakin parah dan sulit mengatasinya.
Benarlah perkiraan yang mereka sampaikan. Covid-19 kini memasuki gelombang kedua dan kondisinya semakin mengkhawatirkan. Seruan untuk lockdown di awal, menutup akses bandara dan pelabuhan dari masuknya TKA juga WNA, ditambah menghentikan sementara dari aktivitas berkumpul, baik di perkantoran, sekolah, pasar, tempat wisata, dan mall tidak menjadikan langkah kebijakan yang diambil pemerintah.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan melalui dua opsi, yakni PSBB ketat atau lokcdown regional. Menurutnya, pemerintah harus mengambil kebijakan radikal ini, yakni lokcdown regional yang dapat membantu Indonesia keluar dari situasi lonjakan Covid-19.
Hermawan pun menyampaikan kritikan terhadap kebijakan ‘gas-rem’ yang sering kali disampaikan Joko Widodo saat pandemi melonjak. Dengan kebijakan seperti itu pandemi tak dapat teratasi dan bisa menjadi bom waktu. (CNNIndonesia, Minggu 20 Juni 2021)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Perhimpunan Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI).
Diwakilkan oleh Dr. dr. Erlina Burhan Sp.p(K) M.Sc., Ph.D mengatakan, akibat dibukanya tempat wisata dan mobilitas masyarakat yang tinggi, maka terjadilah lonjakan pandemi. Seharusnya pemerintah pusat melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara menyeluruh dan serentak terutama di pulau Jawa. (kompas.com, 19/6/2021)
Saat ini, mata kita dapat menyaksikan jumlah korban terus bertambah, rumah sakit sesak tak dapat menampung pasien, persediaan kamar tak memadai. Namun sungguh, pemangku kekuasaan negeri ini selalu berganti kebijakan dalam mengambil keputusan tegas. Seakan pandemi yang dihadapinya hanya permainan belaka.
Dengan semakin melonjaknya pandemi, justru para petinggi negeri ini masih sibuk mencari pemasukan negara dengan membuka tempat wisata. Bergugurannya para nakes, angka kematian masyarakat yang jumlahnya terus memuncak, dan fasilitas kesehatan yang tak memadai, apakah semua ini tak menyentuh hati nurani mereka?
Sungguh tragis kondisi negeri ini, di bawah kepemimpinan kapitalistik seluruh kebutuhan hidup masyarakat tak dapat terjamin. Janji manis ingin membuat rakyat sejahtera, hanya sebatas isapan jempol belaka. Ingin menjamin segala kebutuhan fasilitas publik, baik kesehatan, pendidikan, dan jalan, semua tak terbukti dapat dipenuhi.
Jika lonjakan pandemi yang terjadi akibat lalainya masyarakat mematuhi protokol kesehatan, itu hanya dalih pemerintah yang berlepas tangan dari tanggung jawabnya sebagai pengayom rakyat. Fakta yang terjadi, justru pemerintah aktif menggenjot perekonomian dengan mengabaikan kesehatan dan keselamatan jiwa rakyat. Sebab langkah kebijakan yang diambil pemerintah bukan mengerem laju pandemi dengan menerapkan lokcdown secara total, yang ada salah langkah dalam menerapkan kebijakan. Sehingga mengakibatkan kolapsnya sistem kesehatan negeri ini.
Meski solusi-solusi praktis dijalankan masyarakat untuk atasi pandemi, nyatanya tak cukup mengatasi pandemi. Dengan penerapan sistem kapitalis hanya akan memunculkan banyak benturan kepentingan lainnya. Maka sangat dibutuhkan perubahan sistem yang akan menjadi solusi terbaik dalam segala problematika yang dihadapi dalam kehidupan, termasuk masalah pandemi yang saat ini tidak tersolusikan. Yakni sistem Islam yang berbasis kesadaran ideologi pada umat.
Dalam konsep sistem kesehatan Islam, negara mengobati pasien penderita wabah secara gratis dan profesional. Syariat mewajibkan negara untuk mengurusi setiap individu rakyat yang membutuhkan tanpa dipungut biaya apapun. Terjaminnya kesehatan rakyat menjadi kewajiban negara.
Seorang khalifah yakni gelar yang diberikan untuk penerus Rasulullah dalam kepemimpinan umat Islam, akan bekerja keras untuk menempuh cara yang efisien dalam mengendalikan dan menyelesaikan wabah yang terjadi. Mulai dari membuat kebijakan untuk mensupport para scientist (seseorang yang bertugas mengolah data dalam jumlah besar) untuk melakukan penelitian, pengembangan obat-obatan, dan melakukan silang teknologi.
Dalam sejarah, wabah pernah terjadi pada masa Rasulullah Saw. Wabah itu adalah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasinya, salah satu upaya Rasulullah dengan menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Kemudian Rasulullah memperingatkan umatnya untuk menjauhi wilayah yang terdampak wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Beliau bersabda :
“Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)
Untuk mengatasi wabah, selain melakukan isolasi para penderitanya di tempat isolasi khusus, penderita pun diperiksa secara detail. Kemudian dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Para penderita boleh meninggalkan ruang isolasi ketika dinyatakan sembuh total.
Begitulah keunggulan Islam sebagai agama sekaligus ideologi yang sempurna. Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi atas segenap persoalan yang dihadapi.
Maka dari itu, perubahan dari sistem kapitalis menuju Islam tidak bisa ditunda lagi. Dibutuhkan perjuangan bersama dan seluruh lapisan umat. Memang tak mudah melakukan perubahan sistem, sejak lama kita terkurung dalam sistem kapitalis yang membutakan mata. Butuh adanya kesadaran ideologis di tengah umat. Tentu saja semua dapat terwujud dengan melakukan dakwah, yakni seruan dakwah Islam ideologis yang mengukuhkan keimanan akan kebenaran dan kesempurnaan sistem Islam.
Tak mudah meyakinkan masyarakat tentang kesempurnaan sistem Islam tanpa diberikan pemahaman Islam dengan cara pembinaan yang konsisten. Maka umat akan memahami dan meyakini kesempurnaan sistem Islam.
Apalagi harus menyadarkan umat tentang akidah Islam sebagai hal yang paling mendasar. Karena ia merupakan sumber lahirnya keimanan serta keyakinan atas segala aturan Allah Swt. termasuk di dalamnya pengaturan kesehatan.
Maka dari itu, kita tak boleh tinggal diam dari mendakwahkan Islam ideologis di tengah-tengah umat. Mengajak dan menyadarkan umat atas kebobrokan sistem kapitalisme yang tengah berada diambang kehancuran. Memang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi harus terus diupayakan dengan kerja keras.
Agar hal ini dapat terwujud segera, sangat dibutuhkan jemaah yang sistematis, aktivitasnya menyeru kepada Islam kaffah, dan beramar makruf nahi mungkar. Sehingga, harus ada partai politik Islam ideologis dengan konsepsi partai politiknya berasaskan pada akidah Islam yang bertujuan menegakkan Islam. Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (TQS Ali Imran: 104)
Kita berharap, semoga kita menjadi bagian dari golongan orang-orang yang beruntung itu, yang mengajak, menyeru umat, dan mendakwahkan Islam ideologis dengan penuh keistiqamahan. Turut memperjuangkan perubahan hakiki dengan tegaknya institusi Islam.
Wallahu a’lam bish shawab.
Catatan: isi di luar tanggung jawan redaksi