Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku “Indahnya Islam di Indonesia”)
SAYA dan keluarga kecil saya baru saya menyelesaikan shalat Isya berjama’ah. Tiba-tiba berita meninggalnya seorang ulama kembali saya peroleh. Kali ini saya mendapatkan informasi dari al-Ustadz H. Dede Muharam, Lc. (Owner Andalus City, Kota Cirebon). Pada pesan WhatsApp Pak Haji Dede, demikian akrab saya sapa, menyampaikan informasi kurang lebih begini, “Telah meninggal dunia KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i, Pengasuh Pesantren Assyafiiyah Jakarta sekaligus Ulama Terkemuka Nasional pada hari ini Sabtu 10 Juli 2021 menjelang adzan Magrib”.
Saya benar-benar kaget mendapatkan informasi ini. Untuk menambah informasi perihal ini saya pun membuka berita media online dan media sosial. “Inna lillah wa inna ilaihi rajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah. Guru kami orang tua kami KH. Abdurrasyid Abdullah Syafii petang ini jam 17.38. Mohon doa dari kawan2 semua utk beliau,” ungkap Ahmad Levi Fachrul Avivy dalam akun Facebook, Sabtu (10/7/2021). Dari beberapa media online nasional saya juga mendapatkan informasi serupa bahwa Kiai Abdul Rasyid memang benar telah meninggal dunia. Bahwa betul sosok Ulama kelahiran Jakarta 30 November 1940 silam ini meninggal hari ini Sabtu 10 Juli 2021 pada pukul 17.38 WIB.
KH. Abdul Rasyid merupakan ulama kalahiran Jakarta, 30 November 1942. Beliau merupakan putra ulama Betawi legendaris, KH. Abdullah Syafiโi. Sehingga beliau pun akrab juga dikenal sebagai KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i.
Sejak kecil hingga menginjak usia dewasa, beliau banyak belajar agama Islam langsung kepada ayahandanya sebagai pengasuh Yayasan Pendidikan Islam As-Syafiโiyah. Dalam pendidikan, beliau juga belajar secara langsung kepada para habaib, seperti Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Habib Ali bin Husen Alatas Bungur, Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan, Mufti Johor, Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad, dan lainnya.
Adik Prof Dr Hj Tuty Alawiyah sekaligus sosok yang pernah tercatat sebagai Anggota Pembina Dewan Daโwah Islamiyah Indonesia (DDII), Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pembina Forum Umat Islam (FUI), Pembina GNPF-Ulama, dan Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) ini juga sering mengikuti sang ayah dalam berdakwah, baik di Indonesia maupun mancanegara, seperti Singapura dan Malaysia. Selain itu, sering melakukan dakwah dari kota ke kota, mengasuh Pengajian Ahad Pagi Masjid Al-Barkah As-Syafiโiyah meneruskan sang ayah, serta menjadi mengasuh pondok dan lembaga pendidikan As-Syafiโiyah.
Beliau juga adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Qurโan As-syafiโiyah yang berada di daerah Pulo Air Sukabumi-Jawa Barat. Kini, Pondok ini berada dibawah naungan Yayasan Pesantren Al Qurโan KH. Abdullah Syafiโi, yang telah dirintis oleh beliau bersama dengan istri tercinta Hj. Azizah Aziz dan keluarga sejak tahun 1990. Sesuai dengan namanya Pondok Pesantren ini juga telah banyak mewisudakan santri-santrinya yang hapal Qurโan.
Dalam mendidik santrinya, beliau membagi-bagi santrinya ke dalam program-program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulumnya, ada yang di khususkan untuk menghapal Al-Quran (Tahfidz), ada yang mengikuti Program Takhasus atau program pendidikan dengan menggunakan Kitab Kuning.
Selain itu, ada juga yang mengikuti program biasa atau mempelajari agamanya dengan menggunakan buku-buku dari Kementrian terkait, baik Kementrian Pendidikan maupun Kementrian Agama. Itu semua disesuaikan berdasarkan kemampuan para santrinya di dalam mengkaji ilmu atau kurikulum pelajaran yang dikembangkan.
Catatan dan Hikmah Penting
Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda,
๏บู๏ปฅูู ๏บ๏ป๏ป ๏ปช ๏ปป ๏ปณู๏ปู๏บู๏บพู ๏บ๏ป๏ปู๏ป ู๏ปขู ๏บ๏ปงู๏บู๏บฐู๏บ๏ปู๏บู ๏ปณู๏ปจู๏บู๏บฐู๏ปู๏ปชู ๏ปฃ๏ปฆ ๏บ๏ป๏ปู๏บ๏บ๏บฉู ๏ปญ๏ปู๏ปู๏ปฆู ๏ปณู๏ปู๏บู๏บพู ๏บ๏ป๏ปู๏ป ู๏ปขู ๏บู๏ปู๏บู๏บพู ๏บ๏ป๏ปู๏ป ู๏ปคู๏บ๏บู ๏บฃ๏บูู๏ปฐ ๏บ๏บซ๏บ ๏ปู๏ปขู ๏ปณู๏บู๏ปู ๏ปู๏บ๏ปู๏ปขู ๏บ๏บูู๏บจู๏บฌู ๏บ๏ป๏ปจ๏บ๏บฑ ๏บญ๏บ ๏บณู๏บู ๏บู๏ปฌูู๏บ๏ปปู ุ ๏ปู๏บดู๏บู๏ป ๏ปฎ๏บ ๏ปู๏บู๏ปู๏บู๏ปฎู๏บ ๏บู๏ปู๏ปดู๏บฎู ๏ปู๏ป ู๏ปขู ๏ปู๏ปู๏ป ูู๏ปฎ๏บ ๏ปญู๏บู๏บฟู๏ป ูู๏ปฎ๏บ
โSesungguhnya Allah tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah menanggkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.โ (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan makna hadits di atas sebagai berikut,
โ๏ปซ๏บฌ๏บ ๏บ๏ป๏บค๏บช๏ปณ๏บ ๏ปณ๏บ๏ปด๏ปฆ ๏บ๏ปฅ ๏บ๏ป๏ปค๏บฎ๏บ๏บฉ ๏บ๏ป๏บ๏บพ ๏บ๏ป๏ป๏ป ๏ปข ๏ป๏ปฒ ๏บ๏ปท๏บฃ๏บ๏บฉ๏ปณ๏บ ๏บ๏ป๏บด๏บ๏บ๏ป๏บ ๏บ๏ป๏ปค๏ป๏ป ๏ป๏บ ๏ป๏ปด๏บฒ ๏ปซ๏ปฎ ๏ปฃ๏บค๏ปฎ๏ปฉ ๏ปฃ๏ปฆ ๏บป๏บช๏ปญ๏บญ ๏บฃ๏ป๏บ๏ป๏ปช ุ ๏ปญ๏ป๏ป๏ปฆ ๏ปฃ๏ป๏ปจ๏บ๏ปฉ ๏บ๏ปง๏ปช ๏ปณ๏ปค๏ปฎ๏บ ๏บฃ๏ปค๏ป ๏บ๏ปช ุ ๏ปญ๏ปณ๏บ๏บจ๏บฌ ๏บ๏ป๏ปจ๏บ๏บฑ ๏บ๏ปฌ๏บ๏ปป ๏ปณ๏บค๏ป๏ปค๏ปฎ๏ปฅ ๏บ๏บ ๏ปฌ๏บ๏ปป๏บ๏ปฌ๏ปข ๏ป๏ปด๏ป๏ป ๏ปฎ๏ปฅ ๏ปญ๏ปณ๏ป๏ป ๏ปฎ๏ปฅ .
โHadits ini menjelaskan bahwa maksud diangkatnya ilmu yaitu sebagaimana pada hadits-hadits sebelumnya secara mutlak. Bukanlah menghapuskannya dari dada para penghapalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para pemilik ilmu tersebut. Manusia kemudian menjadikan orang-orang bodoh untuk memutuskan hukum sesuatu dengan kebodohan mereka. Akhirnya mereka pun sesat dan menyesatkan orang lainโ.
Ketika ilmu pengetahuan tentang ajaran agama diangkat Allah dari muka bumi, maka ini pertanda usia bumi tidak lama lagi. Satu persatu ulama diwafatkan adalah pertanda keping-keping bumi mulai dirontokkan. Beberapa penafsir al-Qurโan dari kalangan sahabat Nabi dan Tabiโin, mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat berikut ini adalah kehancuran bumi dengan diwafatkan para ulama,
ุฃูููููู ู ููุฑูููุง ุฃููููุง ููุฃูุชูู ุงูุฃุฑูุถู ููููููุตูููุง ู ููู ุฃูุทูุฑูุงููููุง
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi bumi, lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? (QS. Al-Raโd: 41).
Tafsiran ini semakna dengan sabda Rasulullah shallallaahu โalaihi wasallam yang diriwayatkan al-Imam al-Bukhari,
๏ปฃ๏ปฆ ๏บ๏บท๏บฎ๏บ๏ป ๏บ๏ป๏บด๏บ๏ป๏บ ๏บ๏ปฅ ๏ปณู๏บฎู๏ปู๏ปู ๏บ๏ป๏ป๏ป ๏ปขุ ๏ปญ๏ปณู๏บู๏บู๏บู ๏บ๏ป๏บ ๏ปฌ๏ปู
โTermasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan teguhnya kebodohanโ.
Ketika ilmu diangkat, kebodohan merajalela, maka dari situlah kehancuran bermula. Karena manusia tidak lagi menjalani kehidupan berdasarkan ajaran agamanya. Diriwayatkan al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu โalaihi wallam bersabda,
๏ปณู๏บู๏ปู๏บ๏บญู๏บู ๏บ๏ป๏บฐูู๏ปฃู๏บ๏ปฅู ๏ปญู๏ปณู๏ปู๏บู๏บพู ๏บ๏ปู๏ปู๏ป ู๏ปขู ๏ปญู๏บู๏ปู๏ปฌู๏บฎู ๏บ๏ปู๏ปู๏บู๏ปฆู ๏ปญู๏ปณู๏ป ู๏ปู๏ปฐ ๏บ๏ป๏บธูู๏บขูู ๏ปญู๏ปณู๏ปู๏บู๏บฎู ๏บ๏ปู๏ปฌู๏บฎู๏บู
โZaman saling berdekatan, ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan dilemparkan (ke dalam hati), dan pembunuhan semakin banyakโ.
Benar, bahwa wafatnya ulama adalah bermakna kebocoran dalam agama, sebagaimana dalam hadits yang disebutkan di atas. Bahkan kebocoran ini tidak bisa ditambal sepanjang masa, sebagaimana diungkapkan seorang sahabat Nabi bernama Abdullah bin Masโud,
ู ูุช ุงูุนุงูู ุซูููู ูุฉ ูู ุงูุฅุณูุงู ูุง ูุณุฏูููุง ุดูุก ู ุง ุงุฎุชูู ุงูููู ูุงูููุงุฑ
“Meninggalnya seorang ulama adalah kebocoran di dalam Islam dan tidak bisa ditutup meskipun malam dan siang datang silih bergantiโ.
Namun, apakah dengan melampiaskan duka cita tanpa memikirkan solusinya adalah bukti kita bersedih atas wafatnya ulama dengan kesedihan yang sesuai dengan aturan agama?
Abdullah bin Masโud memberikan solusinya,
๏ป๏ป ๏ปด๏ป๏ปข ๏บ๏บ๏ป๏ป๏ป ๏ปข ๏ป๏บ๏ป ๏บ๏ปฅ ๏ปณ๏บฎ๏ป๏ป ๏ปญ๏บญ๏ป๏ป๏ปช ๏ปฃ๏ปฎ๏บ ๏บญ๏ปญ๏บ๏บ๏ปชุ ๏ป๏ปฎ๏บ๏ป๏บฌ๏ปฑ ๏ปง๏ป๏บด๏ปฒ ๏บ๏ปด๏บช๏ปฉ ๏ป๏ปด๏ปฎ๏บฉู๏ปฅู ๏บญ๏บ๏บ๏ป ๏ป๏บ๏ป ๏ปฎ๏บ ๏ป๏ปฒ ๏บณ๏บ๏ปด๏ป ๏บ๏ป๏ป ๏ปช ๏บท๏ปฌ๏บช๏บ๏บ ๏บ๏ปฅ ๏ปณ๏บ๏ป๏บ๏ปฌ๏ปข ๏บ๏ป๏ป ๏ปช ๏ป๏ป ๏ปค๏บ๏บ ๏ป๏ปค๏บ ๏ปณ๏บฎ๏ปญ๏ปฅ ๏ปฃ๏ปฆ ๏ป๏บฎ๏บ๏ปฃ๏บ๏ปฌ๏ปขุ ๏ป๏บ๏ปฅ ๏บ๏บฃ๏บช๏บ ๏ป๏ปข ๏ปณ๏ปฎ๏ป๏บช ๏ป๏บ๏ป๏ปค๏บ ๏ปญ๏บ๏ปง๏ปค๏บ ๏บ๏ป๏ป๏ป ๏ปข ๏บ๏บ๏ป๏บ๏ป๏ป ๏ปข
โWajib atas kalian untuk menuntut ilmu, sebelum ilmu tersebut diangkat/dihilangkan. Hilangnya ilmu adalah dengan wafatnya para periwayatnya/ulama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebagai syuhada, mereka sangat menginginkan agar Allah membangkitkan mereka dengan kedudukan seperti kedudukannya para ulama, karena mereka melihat begitu besarnya kemuliaan para ulama. Sungguh tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan sudah berilmu. Ilmu itu tidak lain didapat dengan cara belajar .โ
Pesannya jelas, bahwa kesedihan yang benar itu adalah dengan cara menyiapkan diri kita untuk juga menjadi pengemban warisan ulama, pelanjut estafet mempertahankan keberlangsungan transfer ilmu agama. Kita harus menyiapkan generasi selanjutnya agar jangan terjadi kekosongan ulama. Hal inilah yang dimaksud Ali bin Abi Thalib, sebagaimana dikutip Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya,
ุฅุฐุง ู ุงุช ุงูุนุงูู ุซูู ูู ุงูุฅุณูุงู ุซูู ุฉ ูุง ูุณุฏูุง ุงูุง ุฎูู ู ูู
Jika satu ulama wafat, maka ada sebuah lubang dalam Islam yang tak dapat ditambal kecuali oleh generasi penerusnya.
Kita harus mengambil ilmu sebelum ia pergi seluruhnya. Selagi masih ada ulama-ulama lain yang tersisa, kita harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar kepada mereka. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam,
ุฎูุฐููุง ุงููุนูููู ู ููุจููู ุฃููู ููุฐูููุจูุ ููุงูููุง : ูููููููู ููุฐูููุจู ุงููุนูููู ู ููุง ููุจูููู ุงููููููุ ููุงูู:ุฅูููู ุฐูููุงุจู ุงููุนูููู ู ุฃููู ููุฐูููุจู ุญูู ูููุชููู
โAmbillah (pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi!โ Sahabat bertanya, โWahai Nabiyullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?โ Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam menjawab,
ุฅูููู ุฐูููุงุจู ุงููุนูููู ู ุฃููู ููุฐูููุจู ุญูู ูููุชููู
โPerginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang-orang yang membawa ilmu (ulama)โ
Bila menelisik rekam jejak Kiai Abdul Rasyid selama ini, maka bisa dikatakan beliau adalah sosok Ulama yang akrab dengan semua kalangan. Beliau bukan saja akrab dengan para Ulama lintas organisasi kemasyarakatan, tapi juga tokoh beragam profesi dan latar belakang.
Beliau sosok yang tegas dalam berdakwah, namun tetap dalam bingkai kesantunan. Sehingga beliau disegani dan mendapat tempat yang spesial di hampir semua kalangan umat. Dan yang paling penting lagi beliau adalah Ulama yang istiqomah. (*)