Oleh: Syamsudin Kadir
(Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat)
PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu bentuk kemajuan di bidang teknologi yang benar-benar mencengangkan. Beberapa dekade silam, kita begitu terbatas dalam memperoleh informasi dan dalam berkomunikasi. Bukan saja tanpa bisa melihat gambar atau foto, kita juga tidak bisa mendengar suara.
Salah satu yang bisa kita nikmati adalah tulisan melalui media surat menyurat. Itu pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Kini kondisinya berbeda jauh, bukan hanya tulisan yang bisa kita baca dan suara yang bisa kita dengar, tapi kita juga bisa melihat langsung melalui layar perihal siapa pun yang kita ajak bicara. Kita pun benar-benar hanya tidak bersentuhan fisik.
Kita mesti mengakui secara jujur bahwa perkembangan semacam ini awalnya membuat kita kaget. Sebab sebelumnya kita tidak pernah melihat dan menikmati perkembangan semacam ini. Kini, keterbatasan informasi dan komunikasi sudah tidak ada lagi. Semuanya sudah bisa dilakukan dan diakses dengan begitu mudah.
Media informasi dan komunikasi tidak berada di luar sana lagi, tapi sudah ada di tangan kita masing-masing. Bahkan media tersebut sudah tak bisa dipisahkan lagi dengan diri kita. Di mana pun kita berada, media informasi dan komunikasi selalu menemani kita. Bahkan di saat kita tidur pun ia menemani kita.
Sungguh, perkembangan informasi dan komunikasi, terutama yang berbasis teknologi adalah anugerah terindah dari Allah untuk kita. Kita tidak sedang membahas siapa penemu dan pengembangnya, sebab siapapun tahu siapa saja sosok yang sukses menghadirkannya. Namun demikian, hal yang penting dan perlu kita sadari bahwa perkembangan informasi dan komunikasi berbasis teknologi merupakan sebuah pertanda majunya sebuah peradaban. Adanya teknologi maju sangat memudahkan kita dalam memperoleh berbagai macam informasi dan mengkomunikasikan segala hal kepada banyak kalangan atau orang.
Salah satu aktivitas yang bisa kita tekuni sebagai apresiasi terhadap perkembangan semacam itu adalah menulis. Menulis merupakan aktivitas yang sehari-hari kita lakukan. Mungkin diantara kita baru bisa menulis status di akun media sosial yang kita miliki, atau ada juga yang menulis sekadar berbincang secara online dengan kolega atau siapapun di luar sana. Ya, seperti membalas atau menjawab pertanyaan beberapa teman pada saat dulu di bangku Sekolah Dasar, SMP, SMA, atau Kuliah dan sebagainya. Intinya, kita sejatinya sudah punya kebiasaan yang baik yaitu menulis, walau dalam batasan yang sangat terbatas.
Tapi, selain menulis sekadar menulis seperti yang saya singgung tersebut tentu tidak cukup. Pada level tertentu, kita juga perlu berikhtiar untuk menulis sesuatu yang lebih produktif dan bisa dinikmati oleh pembaca di luar sana. Misalnya, menulis artikel dan essai, cerita pendek atau cerpen dan puisi untuk berbagai surat kabar seperti koran, atau media online, dan akun media sosial yang kita miliki. Bahkan kita juga bisa menulis buku yang bisa disebar ke berbagai penjuru negeri. Tentu menulis bukan sekadar menulis, tapi menulis yang punya nilai tertentu. Dengan syarat: tulisan kita bermanfaat dan membuat pembaca semakin terdorong untuk berbuat baik.
Saya sendiri selama satu dekade lebih ini, sejak media sosial berkembang hingga kini maju dan pesat, saya selalu berupaya untuk menulis. Pada awalnya memang sulit, bahkan saya juga terpapar virus malas atau enggan. Namun ada saja inspirasi dan motivasi yang membuat saya terdorong untuk menulis. Misalnya, pada saat saya membaca buku, saya selalu terngiang untuk menulis buku serupa. Pada saat saya membaca artikel atau essai di surat kabar, saya selalu terdorong untuk menulis hal serupa yang dibahas di artikel atau essai. Intinya, tradisi membaca dan lingkungan sekitar telah memacu saya untuk menekuni dunia kepenulisan.
Hal ini saya lakukan sebagai apresiasi atas berbagai perkembangan teknologi yang begitu geliat. Informasi pun begitu riuh, begitu juga komunikasi semuanya mudah. Sebagai orang yang berasal dari kampung yang jauh dari hiruk pikuk dan kemajuan kota, saya pun terngiang untuk mengisi kemudahan semacam ini dengan menulis hingga menghasilkan karya tulis.
Kini, tulisan saya bisa dibaca di berbagai judul buku, seingat saya sekitar 40-an judul buku, dan berbagai surat kabar, media online juga akun media sosial saya, di samping web log atau blog pribadi saya. Semua ini awalnya adalah (hasil dari) niat dan tekad yang kuat untuk memiliki karya tulis sendiri, lalu ditindaklanjuti dengan praktik menulis secara langsung. Sebab menulis butuh praktik. Ini pengalaman saya yang bisa jadi tak seberapa, karena itu saya menanti pengalaman pembaca. Selamat mencoba, semoga bermanfaat! (*)