MAJALENGKA – DPW Persatuan Ummat Islam (PUI) Jawa Barat mengadakan Rapat Koordinasi Wilayah di Bapermin, Majalengka, Minggu (20/1/2022).
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP PUI, KH. Nurhasan Zaidi menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang dihadiri oleh unsur pimpinan dan pengurus wilayah juga pengurus daerah dari berbagai kota/kabupaten di seluruh Jawa Barat ini.
“Pertemuan ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga soliditas dan kekokohan organisasi. Apalah lagi usia PUI kini sudah menggapai 104 tahun, bahkan lebih. Kita butuh konsolidasi dan menjaga soliditas,” katanya.
Menurut legislator Dapil Sumedang, Majalengka dan Subang (SMS) ini, PUI sudah masuk usia 104 tahun dan masuk pada abad kedua yang menandakan secara usia PUI sudah tua.
“Dalam konteks ini, kita perlu membaca isyarat Allah dalam Al-Quran surat Ali ‘Imran ayat 140 yang berbunyi Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran),” ucap Nurhasan.
Ia menambahkan, bahkan dalam haditsnya Rasulullah SAW mengingatkan, sesungguhnya Allah akan menurunkan (orang) setiap permulaan 100 tahun seseorang kepada umat yang akan (tajdid) mengembalikan kegemilangan Agama mereka” (HR. Abu Daud, Hakim dan al-Baihaqi).
Dalam budaya muslim, kata Nurhasan, mujadid adalah orang yang memperbaiki kerusakan yang ada pada urusan atau praktik agama Islam yang dilakukan oleh umat muslim. Mujadid tidak membawa agama baru, tetapi hanyalah membawa metode-metode baru dan memperbaiki metode yang menyimpang berdasarkan Al-Quran dan al-Hadits serta memperbaiki kerusakan-kerusakan yang sudah terjadi pada urusan agama Islam. Mujadid muncul pada tiap awal kurun waktu/abad tertentu dalam kalender Hijriah.
“Mujadid adalah orang yang berpengaruh besar dalam menegakkan agama Islam di zamannya. Mujadid memiliki tugas untuk memperbaiki, membangkitkan dan membersihkan Islam yang dinodai unsur yang merusaknya. Dalam pandangan Dr. Yusuf Qordhawi, mujadid pada zaman ini mujadid bermakna mujadid kolektif. Yaitu pada kekuatan kolektif berbagai potensi umat. “PUI memiliki potensi dan aset yang cukup mumpuni. Kita mesti bangun optimisme bahwa ke depan kita mampu melakukan hal-hal besar,” terangnya.
Lanjut Nurhasan, prediksi ayat dan hadits rersebut harus kita jawab dengan berbagai perbaikan. Kuncinya adalah keimanan kita yang mesti terus diperbaharui, maka iman pun mesti dilakukan perbaikan ke arah yang lebih berkualitas. Doktrin PUI, Allah ghoyatuna adalah energi.
Kalimat Intisab ini menjadi energi yang menggerakkan PUI untuk melakukan berbagai kegiatan dan kontribusi pada peradaban umat manusia.
“PUI memiliki aset yang cukup besar. Sumber daya manusia di PUI juga beragam. Kita hanya butuh mengelola semuanya dalam perspektif yang lebih produktif,” tandasnya.
Menurut Nurhasan, dakwah dan pergerakan PUI kedepan butuh kemampuan maping, kemampuan memetakan potensi, sumber daya dan peluang pergerakan. Pemetaan aset organisasi merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh PUI. Ini akan menjadi modal sekaligus energi PUI dalam membedah berbagai hal. Sehingga ke depan cara pandang PUI semakin akurat sesuai dengan kebutuhan zaman.
“Pedoman organisasi menjadi kunci untuk memetakan aset dan potensi organisasi. PUI mesti mampu melakukan maping organisasi, aset dan permasalahan,” tegasnya.
Di depan unsur pimpinan pengurus wilayah dan daerah PUI Se-Jawa Barat ia menegaskan bahwa dakwah dan pendidikan itu abadi, sebab ia terus berjalan kapan dan di mana pun. Dinamika di luar lingkungan itu mungkin saja mempengaruhi perjalanannya, namun tidak sepenuhnya terganggu.
“Menjadi pemenang di pesta politik itu gampang, tapi engga gampang-gampang amat. Jadi kalau PUI ingin abadi maka kuncinya adalah kokohkan dakwah dan pendidikan,” pungkas Nurhasan. (syam)