YOGYAKARTA – Tangkal masuknya paham Radikal, Koalisi Masyarakat Anti Radikalisme (KOMAR) menggelar Aksi Damai Lawan Radikalisme dan Hentikan Penarikan Infak Atas Nama Kemanusiaan di Tugu Pal Putih Jogja (Tugu Golong Gilig) di Jalan Jenderal Sudirman, Gowongan, Jetis, Yogyakarta, Senin (7/3/2022).
Masa aksi yang berjumlah 50 orang ini menyerukan dengan lantang dan mengajak masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk melawan dan mewaspadai segala bentuk radikalisme yang bisa mengikis kerukunan antar umat beragama, merusak tatanan kehidupan sosial, dan mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
“KOMAR juga siap bersinergi dan mendorong aparat penegak hukum untuk secara tegas menghentikan dan melarang segala bentuk penggalangan dana sosial dan penarikan infak melalui kotak amal ilegal yang mengatasnamakan kemanusiaan, agama, solidaritas, maupun bencana alam padahal itu sejatinya untuk membiayai penyebaran paham Radikal dan mendukung gerakan terorisme,” ujar Koordinator Aksi, Irmansyah.
Ia menambahkan, dalam tuntutan aksinya, KOMAR secara tegas menuntut ketegasan dan keseriusan dari segenap aparat penegak hukum untuk melaksanakan empat hal, yakni bersinergi dengan semua pihak untuk melawan segela bentuk radikalisme dan terorisme, hentikan pengumpulan dana Teroris yang berkedok kotak amal.
Ketiga, lanjutnya, bubarkan dan tindak tegas yayasan yang berafiliasi dengan gerakan terorisme dan bubarkan Yayasan Hilal Ahmar sebagai pengumpul dana terorisme di Indonesia.
“Tujuan kita dari KOMAR untuk mengedukasi masyarakat agar meningkatkan kewaspadaannya supaya tidak mudah terjebak dan gampang terbujuk menjadi simpatisan atau anggota dari gerakan Radikal dan kelompok Teroris yang wujudnya sering kali tidak kasat mata dan sulit terdeteksi orang awam,” ungkap Irmansyah.
“Setelah memahami hal ini, tentunya harapan KOMAR masyarakat DIY menjadi lebih selektif dan berhati-hati dalam menyalurkan donasinya,” imbuhnya.
Irmansyah menyampaikan, radikalisme merupakan suatu paham yang bisa menjadi ancaman besar bagi bangsa Indonesia.
“Sebab, kelompok radikal sangat mudah untuk mendoktrin orang-orang agar masuk ke alirannya,” ucap Irmansyah.
Saat ini, tambahnya, radikalisme sudah di dakwahkan oleh tokoh-tokoh yang radikal di lingkungan masjid, seperti halnya ketika khotbah Jumat ataupun ceramah-ceramah agama.
Sebagai masyarakat, lanjut Irmansyah, harus mampu memahami bahwa pelaku Terorisme di Indonesia sudah banyak meresahkan masyarakat Indonesia seperti halnya bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada 28 Maret 2021 lalu dan serangan terhadap Mabes Polri oleh perempuan berinisial ZA pada 31 Maret 2021 lalu.
“Hal itu merupakan rentetan aksi terorisme yang membuat khawatir masyarakat Indonesia. Dan, sudah terbukti bahwa radikalisme dan terorisme sudah mulai bergerak di akar rumput,” terangnya.
Menurut Irmansyah, hal itu terlihat dari gerakan radikal dan teroris sekarang yang sudah memakai metode yang sifatnya sederhana seperti kotak amal atas nama kemanusiaan.
“Ini merupakan ancaman baru bagi Indonesia. Sebab, kotak amal itu nantinya akan dijadikan dana pribadi bagi kelompok Radikal dan gerakan Teroris untuk menghidupi organisasinya,” katanya.
Irmansyah menjelaskan, di Indonesia sudah ada beberapa kotak amal yang paling menonjol dan cukup meresahkan yaitu Kasus Hilal Ahmar Society dan Syam Organizer, yakni yayasan amal dari Timur Tengah (Asia Barat) yang bermarkas di Indonesia.
Selain itu, imbuh dia, yang perlu disadari juga bahwa yayasan tersebut memberikan bantuan logistik maupun bantuan obat-obatan atas nama kemanusiaan seperti yang mereka kampanyekan di Indonesia.
Oleh karena itu, Irmansyah menandaskan, selaku masyarakat harus sadar bahwa kotak amal yang biasa diketahui itu murni digunakan atas kemanusiaan atau bukan.
“Radikalisme dan terorisme seringkali menyelaraskan kepentingan mereka atas nama kemanusiaan. Hal ini harus segera dicegah agar tidak semakin meluas,” jelasnya.
Karena, menurut Laporan GIT (Global Index Terrorim) tahun 2020 yang dirilis oleh IEP (Institute for Economics and Peace) menunjukkan bahwa dalam skala global Indonesia berada di peringkat 37 dengan skor 4.629 dari 135 negara yang terdampak oleh terorisme, sedangkan di Asia Pafisik Indonesia berada di posisi ke-4.
Dalam pelaksanaannya, aksi simpatik ini menerapkan disiplin protokol kesehatan (prokes) pencegahan penularan dan penyebaran Covid-19 varian Omicron. (yan)