SUMBER, fajarsatu.- Nasib malang dialami 4 ABG asal Cirebon, Majalengka dan Indramayu.
Ingin bekerja dan terlalu percaya pada media sosial, keempatnya malah tertipu hingga puluhan juta rupiah. Bahkan mereka menjadi korban penyekapan.
Keempat anak tersebut yakni Ayip (17) dan Dimas (18) warga Desa Gintung Ranjeng Kecamatan Ciwaringin, Zuarsih (19) warga Lemasugih Majalengka, dan Karnengsih (25) warga Desa Bongas Kabupaten Indramayu.
Mereka bertemu saat sama-sama disekap di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang multi level marketing (MLM) wilayah Bandung.
Seperti yang diceritakan salah satu dari mereka, Ayip yang hanya lulusan sekolah menengah pertama, dirinya ingin sekali bekerja dan saat itu di facebook berkenalan dengan orang Magelang dan saat itu langsung chattingan.
Karena merasa tertarik dengan gaji yang ditawarkan hingga nomor WA pun diminta, kemudian mereka berkomunikasi via WA hingga dengan leluasa orang yang mengaku dari Magelang itu menjelaskan pekerjaan dengan gaji yang cukup fantastis.
“Karena saya ingin bekerja sehingga saya pun meminta kepada orang tua uang yang dimintai mencapai Rp 10 juta. Dengan gaji dijanjikan Rp 3,5 juta per bulan di tambah uang fee per bulan Rp 3,5 juta juga dan komisi-komisi lainnya hingga mencapai puluhan juta per bulan,” papar Ayip kepada fajarsatu.com, Selasa (8/10/2019).
Setelah mendapat uang dari orang tuanya, ia pun berangkat ke Bandung untuk menemui orang yang bersangkutan bermodalkan uang Rp 6 juta dan satu sepeda motor.
“Saya transaksi di salah satu rumah dengan surat-surat lengkap bermaterai lagi, sehingga saya makin percaya karena saya baca uang akan dikembalikan jika tidak sesuai, namun saya kaget setelah ditandatangani tidak satupun surat-surat diberikan kepada saya tetapi disimpan mereka,” terangnya.
Dan yang membuat kaget lagi, selama satu bulan bekerja hanya rapat dan rapat.
Bahkan yang bikin kesal ia tidak diperbolehkan memegang hp, semua foto-foto saat rapat atau yang lainnya tidak boleh dikirim ke keluarga, bahkan nomor kontak keluarga dihapus semua oleh mereka.
“Kerjanya rapat katanya akan presentasi ini itulah, namun untuk hubungan dengan keluarga tidak dibolehkan, hp dipegang mereka, bahkan saat keluar dari rumah itu harus dikawal sehingga kemana-mana mereka selalu mengikuti saya saat keluar dari rumah itu,” kata Ayip.
Diceritakan Ayip, saat itu dirinya sudah curiga dengan yang dialaminya namun dirinya berusaha untuk tenang karena bukan ia sendiri yang mengalami hal seperti itu tetapi banyak korban.
“Bahkan tanpa sepengetahuan saya, sepeda motor yang saya bawa dijualnya dengan alasan karena saya kurang dari Rp 10 juta, hingga saya berontak malah saya dikasih alat berbentuk bulat terbuat dari kaca yang katanya untuk pengobatan,” ujarnya.
Karena sudah tidak tahan, akhirnya ia pun kabur dari rumah tersebut, namun sangat disayangkan ia tidak bisa mencatat alamat rumah tersebut karena setiap hari hp selalu diperiksa mereka.
Ia juga sangat berharap penegak hukum segera menggerebek rumah tersebut karena masih banyak korban.
Hal senada disampaikan Zuarsih, warga Majalengka yang ikut kabur karena sudah tidak tahan, ia mengaku sudah menyetorkan uang sebesar Rp 5 juta.
“Saat itu saya pengen kerja pas di FB ada yang tertarik makanya saya chating, dan sama yang dijanjikan seperti itu, gaji besar dengan fee besar apalagi kalau bawa teman akan tambah besar fee-nya,” kata Zuarsih.
Ia sangat berharap pemerintah daerah dan penegak hukum segera melakukan tindakan karena korban masih banyak. Mereka dikurung tidak boleh menghubungi pihak keluarganya. (FS-5)