Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku Merawat Indonesia)
MENULIS merupakan salah aktivitas yang digandrungi banyak orang belakangan ini. Hal ini ditopang oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih dan memudahkan siapapun untuk memperoleh sumber bacaan sekaligus untuk mempublikasi berbagai macam tulisan karyanya.
Namun demikian, tak sedikit yang masih ragu-ragu dan sungkan untuk memanfaatkannya, sehingga sampai enggan untuk berkarya. Padahal menulis bisa dilakukan oleh siapapun, tanpa berprofesi sebagai penulis sekalipun. Di sinilah pentingnya mengikuti berbagai acara yang memantik dan menambah semangat untuk berkarya.
Pada Jumat 26 Agustus 2022, sekitar pukul 15.00 WIB hingga selesai, saya mendapat kesempatan istimewa, sebab saya bisa mengikuti acara Forum Lingkar Pena (FLP) Universitas Indonesia Timur (UIT) Makasar.
Walau terlambat mengikuti acara yang diselenggarakan melalui Google Meeting ini, namun saya menemukan pengalaman dan ilmu berharga dari Bang Arlen Ara Guci selaku narasumber tunggal pada acara yang mengulas tentang “Tips dan Trik Menulis Cerpen” ini. Saya sendiri mendapatkan informasi ini dari Uni Magdalena asal Sumatra Barat yang mengirimkan informasi ini di group Rumah Produktif Indonesia (RPI), sebuah komunitas tempat saya turut nimbrung dan belajar tentang banyak hal.
Saya sendiri sudah lama mengenal nama sosok yang murah senyum ini. Tapi itu sekadar nama, untuk pertemuan langsung belum pernah sama sekali, hingga kini. Pada beberapa acara literasi dan kepenulisan online, penulis buku “Surat Dari Tepi Barat” dan “Jangan Percaya Air Mata Bunda” ini tampil sebagai narasumber. Saya sendiri masih sebagai peserta yang mesti telaten mendengar paparannya. Saya termasuk yang antusias bila sosok yang akrab dengan banyak kalangan ini menjadi narasumber. Walaupun baru beberapa kali pertemuan, namun saya menyadari betapa ilmu dan pengalamannya layak didengar, ditiru dan diadaptasi oleh siapapun dalam ikhtiar menghasilkan karya tulis yang layak dibaca.
Sebagaimana yang saya sampaikan di awal bahwa saya termasuk yang terlambat mengikuti acara yang dimoderatori oleh Mas Khalil dari FLP UIT Makasar ini. Namun saya bisa menangkap beberapa poin penting yang saya dapatkan pada acara yang diikuti belasan peserta ini. Bang Guci, demikian saya akrab menyapanya, memberi atau berbagi beberapa tips dan trik menulis cerpen. Walau demikian, sebetulnya, apa yang disampaikannya pada dasarnya bukan saja untuk karya tulis cerpen tapi juga karya tulis bentuk lainnya seperti artikel bahkan buku, seperti ia kerap sampaikan di beberapa pertemuan sebelumnya.
Menurutnya, sebagai penulis terutama penulis pemula, maka yang perlu dilakukan agar bisa menghasilkan karya tulis, termasuk cerpen, adalah sebagai berikut: Pertama, banyak membaca. Dengan banyak membaca maka kata dan diksi yang kita miliki semakin kaya. Semakin banyak membaca semakin banyak ide dan perspektif. “Menulis dan membaca itu bagai koin”, ungkapnya. Depan dan belakangnya sama-sama penting. Tidak mungkin kita hanya paham satu bagian sebuah koin, oleh sebab itu kita juga mesti paham sebagian yang lain. Depan dan belakang dari sebuah koin adalah penting.
Jadi, bila kita berikhtiar untuk memiliki karya tulis, apapun jenis atau bentuknya, maka selain aktif menulis kita juga mesti aktif membaca. Membaca apa saja yang menopang kita hingga menghasilkan karya tulis baru. Jangan pernah malas membaca karya orang lain, apapun jenis atau bentuk karyanya. Sebab dari situ kita menemukan banyak hal, selain ilmu dan pengalaman juga ide dan perspektif. Bagaimana mungkin kita bisa menghasilkan karya tulis yang layak baca bila kita tidak geliat untuk membaca karya orang lain?
Kedua, bergabung dengan berbagai komunitas. “Saat ini sudah banyak komunitas atau forum kepenulisan. Baik ofline maupun online. Ada Forum Lingkar Pena atau FLP, ada Rumah Produktif Indonesia atau RPI dan masih banyak lagi yang lainnya. Kita bisa ikut di situ,” ungkapnya. Selain itu, saya juga tambahkan, ada Komunitas Cereng Menulis atau KCM, sebuah komunitas kepenulisan online asal Kampung Cereng, Manggarai Barat-NTT yang saya gawangi, dan sebagainya. Selain menjaga semangat dan motivasi, dengan aktif di komunitas maka cita rasa kita untuk terus berkarya akan terus muncul dan terjaga. Sebab di situ nanti bakal banyak penulis berpengalaman yang berbagi ide dan pengalaman juga tips sekaligus trik menulis. Termasuk informasi tulisan seperti cerpen dan buku baru yang layak kita baca dan miliki.
Ketiga, rajin-rajin menulis. “Pada intinya, menulis itu praktik. Tidak bisa hanya berteori panjang”, tegasnya. Ia mengingatkan, sehebat apapun teorinya dan sebesar apapun keinginan seseorang untuk menulis, tapi bila tidak langsung praktik maka selamanya tidak akan punya karya tulis. Jangan kan buku, cerpen pun tidak bakal dikaryakan. Baginya, menulis itu mirip seperti bersepeda. Sebanyak apapun pengetahuan kita tentang bersepeda, kalau tidak langsung praktik maka selamanya tidak akan bisa bersepeda. Menulis juga mirip seperti berenang. Kalau sekadar tahu teori berenang tapi tidak langsung berenang maka kita tidak bakal bisa berenang selamanya. Maka menulis itu mesti langsung praktik.
Waktu terus berjalan dan berlalu. Materi dan diskusi seru pada kesempatan kali ini pun mesti diakhiri. Pembawa acara sekaligus moderator acara ini mengingatkan bahwa senja sudah tiba. Itu pertanda pertemuan inspiratif ini segera berakhir dan memang mesti diakhiri. Walau begitu, semangat, motivasi, tips dan trik menulis yang narasumber sampaikan pada pertemuan ini mesti tetap terjaga dan ini yang penting: mesti ditindaklanjuti secara praktis atau langsung menulis. Terima kasih banyak Bang Ara Guci dan sahabat-sahabat FLP UIT Makasar yang telah berbagi. Semoga literasi khususnya tradisi baca-tulis Indonesia semakin maju, terutama ditandai dengan produktifnya para menulis dalam menghasilkan karya tulis yang bermanfaat dan mendunia! (*)