Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku Menjadi Pendidik Hebat Di Era Digital)
SALAH satu aspek penting dalam kehidupan kita adalah pendidikan. Hal ini penting, sebab melalui pendidikanlah kualitas kita ditentukan: meningkat atau menurun. Pendidikan merupakan proses pembenahan dan transformasi nilai-nilai baik sekaligus pengetahuan juga keterampilan dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang unggul dalam aspek iman, taqwa dan akhlak mulia, sehingga semakin cerdas, produktif dan berkemajuan.
Majunya pendidikan sangat ditentukan oleh ekosistem pendidikan yaitu pendidik, masyarakat dan pemerintah. Selama ini pendidik kerap dinisbatkan kepada guru dan dosen saja, padahal ada elemen yang sangat penting lagi yaitu orangtua. Bahkan orangtua merupakan pendidik pertama dan utama anak. Ini bermakna, bila kita ingin menghasilkan generasi terdidik maka yang bertanggungjawab bukan saja guru dan dosen tapi juga orangtua di rumah.
Selama ini orangtua kerap merasa tugasnya selesai manakala proses pendidikan anak sudah dijalankan oleh guru dan dosen di lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi. Padahal orangtua sejatinya memiliki tanggungjawab lebih dari guru dan dosen. Dari sisi waktu, kebersamaan anak dengan para guru atau dosennya sangat sedikit, jauh lebih banyak waktunya bersama orangtua, atau di luar proses pendidikan atau pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
Maka menjadi pendidik hebat bukan saja disematkan untuk para guru dan dosen yang mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam proses pendidikan, tapi juga orangtua di rumah atau pada pendidikan keluarga. Namun menjadi sosok pendidik yang hebat tentu bukan kerja sesaat. Ini merupakan pekerjaan jangka panjang dan butuh kerja keras. Kehebatan pendidik bukan saja pada kemampuannya menjalankan tugas dan tanggungjawab, tapi lebih utama lagi pada keteladanan dan karakter dirinya yang mulia.
Alhamdulillah saya merasa bersyukur karena mendapat kesempatan untuk menuntaskan naskah buku baru berjudul “Menjadi Pendidik Hebat Di Era Digital”. Beberapa lalu saya mengumpulkan dan merapihkan naskahnya dari berbagai tulisan yang tercecer selama ini. Buku setebal 215 halaman ini merupakan bunga rampai atau antologi artikel saya dan istri saya Eni Suhaeni selama beberapa tahun terakhir khususnya yang membahas seputar pendidik: orangtua, guru dan dosen.
Selain itu, tentu serta sebutan lainnya dalam dunia pendidikan: formal, non formal dan informal. Di samping tema lainnya yang berkaitan langsung dengan pendidikan, baik itu konsep dan teorinya maupun aplikasi dan pelaksanannya. Pada awal tulisan ini saya sudah pertegas bahwa pendidik bukan saja guru dan dosen tapi juga orangtua. Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Tanggungjawab orangtua pun jauh lebih besar daripada tanggungjawab para guru dan dosen di lembaga pendidikan formal.
Tulisan pada buku ini seluruhnya merupakan opini sekaligus respon atas berbagai isu seputar pendidikan, serta beberapa ide atau gagasan sebagai upaya urut rembuk dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang muncul dalam berbagai momentumnya. Hampir semua tulisan pada buku ini pernah dimuat di berbagai surat kabar dan media online. Karena tertulis atau tersusun dalam bentuk artikel populer maka tulisan yang ada pada buku ini sejatinya saling melengkapi satu sama lainnya.
Hadirnya buku ini di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengupayakan adanya keterampilan para pendidik pada pemanfaatan teknologi. Lebih dari itu, para pendidik pun mesti melek teknologi dan mesti memiliki kemampuan literasi yang lebih kontekstual dengan kebutuhan zaman. Sehingga kehebatan para pendidik relevan dan up to date dengan perkembangan kekinian. Pada bagian awal naskah terdapat komentar para tokoh pendidikan, para dosen dan guru, penggiat dan penulis lintas latar belakang. Hal ini diharapkan mampu membuat buku ini menjadi lebih bergizi dan menjangkau berbagai perspektif.
Pertanyaannya, bagaimana langkah yang bisa ditempuh sehingga menggapai level pendidik hebat terutama di era digital? Pertanyaan ini sederhana namun membutuhkan penjelasan panjang. Namun demikian, bila sebagian kalangan merasa sulit menggapai level tersebut, maka bagi kita yang optimis dan waras memahami realitas maka akan berupaya untuk menggapainya. Sebab potensi dan peluang untuk menggapainya tersedia dan terbuka lebar. Tentu yang dibutuhkan adalah kerja keras dan butuh waktu yang tak sedikit. Bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabatnya serta para pendidik hebat setelah mereka mampu menggapainya, maka kita di era ini pun sangat mungkin untuk menggapainya. Ya, menjadi pendidik hebat, bisa! (*)