Oleh: Heni_Ummu Faiz
(Pemerhati Umat)
MUNGKIN menemukan orang-orang yang amanah saat ini sangat langka terlebih pada diri para pemimpin. Laksana mencari mutiara di dalam lumpur. Sifat amanah hanya lahir dari jiwa-jiwa yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Lisannya yang senantiasa zikir penuh kesyahduan serta hanya berbicara untuk kebaikan semata. Tak suka mengumbar janji apalagi berdusta.
Pribadi-pribadi yang senantiasa amanah adalah lahir dari sistem illahi bukan sistem yang rusak seperti sekarang. Nyaris dengan sistem demokrasi pribadi yang amanah sulit tumbuh dan berkembang, justru yang beriman dan amanah pun ketika masuk dalam lingkaran sistem rusak laksana setan bisu.
Sifat amanah merupakan sifat mulia ini yang harus dimiliki seorang muslim. Sifat amanah ini bisa memasukkan ke surga dan sebaliknya jika khianat menggelincirkan seseorang kepada golongan orang-orang munafik yang akan dimasukkan ke neraka.
Sifat amanah melekat pada diri jungjungan kita Baginda Nabi Muhammad saw. Beliau yang harus kita contoh. Sifat inilah yang kemudian dicontoh oleh para sahabat dan generasi berikutnya. Sungguh luar biasa bukan.
Sifat amanah merupakan salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. Di dalam surat An Nisa ayat 58
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58)
Selain itu, Nabi Muhammad juga pernah bersabda tentang amanah, yang diriwayatkan oleh Ahmad, “Tidak ada iman yang sempurna bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak ada agama yang sempurna bagi orang yang tidak menepati janji”.
Dalam banyak hadis Rasulullah saw, kita bisa menemukan berbagai riwayat para sahabat dan generasi berikutnya tentang sifat-sifat mulia, salah satunya sifat amanah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita:
اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عَقَارًا لَهُ فَوَجَدَ الرَّجُلُ الَّذِيْ اشْتَرَى الْعَقَارَ فِي عَقَارِهِ جَرَّةً فِيْهَا ذَهَبٌ، فَقَالَ لَهُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ: خُذْ ذَهَبَكَ مِنِّي، إِنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الْأَرْضَ وَلَمْ أَبْتَعْ مِنْكَ الذَّهَبَ. وَقَالَ الَّذِيْ لَهُ الْأَرْضُ: إِنَّمَا بِعْتُكَ الْأَرْضَ وَمَا فِيْهَا. فَتَحَاكَمَا إِلَى رَجُلٍ. فَقَالَ الَّذِيْ تَحَاكَمَا إِلَيْهِ: أَلَكُمَا وَلَدٌ. قَالَ أَحَدُهُمَا: لِيْ غُلَامٌ. وَقَالَ الْآخَرُ: لِيْ جَارِيَةٌ. قَالَ: أَنْكِحُوْا الْغُلَامَ الْجَارِيَةَ، وَأَنْفِقُوا عَلَى أَنْفُسِهِمَا مِنْهُ وَتَصَدَّقَا.
Ada seorang laki-laki yang membeli sebidang tanah dari orang lain, lalu orang yang membeli itu menemukan sebuah guci berisi emas di dalam tanahnya itu. Orang yang beli itu berkata: “Ambilah emasmu ini dariku, sebab aku hanya membeli sebidang tanahnya saja dan tidak membeli emasnya.” Pemilik tanah itu lalu berkata: “Sesungguhnya aku menjual kepadamu tanah tersebut beserta apa yang ada di dalamnya.” Akhirnya mereka bersepakat untuk memutuskan masalah itu kepada seseorang. Pemutus perkara itu bertanya: “Apakah kalian berdua punya anak?” Seorang dari mereka menjawab: “Aku punya anak laki-laki.” Yang satunya lagi berkata: ”Aku punya anak perempuan.” Akhirnya pemutus perkara itu berpendapat: “Nikahkanlah anak perempuan tersebut dengan anak laki-laki itu, lalu nafkahkan dan sedekahkanlah emas itu untuk keduanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas memberikan pelajaran penting betapa mahalnya sebuah amanah yang harus dipegang erat oleh setiap muslim.
Selain itu pula ketika menyelesaikan suatu masalah maka kembalikan lagi kepada alquran dan as sunah setelah sebelumnya harus bertanya kepada orang-orang yang ahli dibidangnya.
Betapa tercelanya sifat tamak terhadap harta yang bukan milik kita.Qonaah terhadap harta yang kita miliki secara halal walaupun sedikit itu lebih baik.
Janganlah tergiur dengan sesuatu yang bersifat semu hingga mengorbankan sesuatu yang abadi di akhirat.
Selayaknya bagi kita saat ini untuk terus memupuk sifat amanah sekalipun dalam kondisi terjepit. Memegang sifat amanah akan menciptakan suasana hati yang tenang dan mendekatkan diri pada takwa. Wallahu alam bisawab. (*)