Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku “Merawat Indonesia”)
DAKWAH merupakan kata mulia dan meniscayakan adanya tindakan sungguh-sungguh dalam mengamalkan dan mendakwahkan al-Islam kepada sebanyak mungkin manusia. Adanya keikhlasan dan kesungguhan dalam mengamalkan Islam merupakan kunci penting diterima dan tersebarnya nilai atau ajaran Islam kepada masyarakat luas. Karena itu, dakwah bukan saja menyampaikan ajaran Islam kepada banyak orang, tapi juga kesungguhan sang dai untuk mengamalkan sendiri apa yang didakwahkannya.
Pada sekian dasawarsa silam, dakwah masih dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam pertemuan. Sehingga tak jarang kegiatan keagamaan akrab diisi dengan berbagai ceramah atau pengajian yang secara kultural sudah biasa dilakukan oleh masyarakat muslim lintas generasi, khususnya di Indonesia. Walau demikian, berdakwah juga dilakukan dengan memanfaatkan berbagai lembaga pendidikan, forum ilmiah dan sebagainya. Sehingga dakwah semakin dikenal bahkan dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat, baik secara personal maupun secara kolektif seperti organisasi dan sebagainya.
Pada era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini pola sekaligus strategi dakwah mulai berkembang dan cenderung dimanjakan oleh berbagai fasilitas yang memudahkan bahkan menjangkau masyarakat lintas latar belakang dan tempat. Keberadaan media sosial dan media online, misalnya, membuat dakwah era ini semakin populer dan mudah diakses oleh banyak orang, bahkan menjangkau seluruh penjuru bumi.
Dengan demikian, bila menelisik media dakwah yang cukup menarik dan bisa dimanfaatkan secara optimal untuk berdakwah paling tidak ada dua media yaitu, pertama, media. Secara umum, ada banyak bentuk sekaligus jenis media dakwah. Media dakwah di era ini bisa berupa media massa, media online dan media sosial. Para da’i pun memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan media semacam itu untuk berdakwah: amar maruf dan nahi mungkar. Maknanya, tak ada lagi alasan tidak bisa berdakwah karena minim fasilitas, sebab fasilitasnya sudah menjamur bahkan gratis.
Media yang sangat mudah dimanfaatkan untuk media dakwah adalah media online dan media sosial. Konten dakwah bisa dishare atau dipublikasi melalui media online yang dikelola oleh berbagai penggawa atau pemilik media. Bahkan setiap da’i pun memungkinkan untuk memiliki media online dan media sosial sendiri. Bisa dikatakan bahwa dakwah era ini sangat dimanjakan oleh kemudahan fasilitas. Bayangkan saja, dakwah media era ini cukup bermodalkan qouta dan Handphone atau HP, lalu konten dakwah yang perlu disampaikan kepada masyarakat luas. Atau tinggal diramu dengan kreatif, setelah itu langsung dipublikasi.
Kedua, tulisan. Salah satu media dakwah yang menarik dan efektif adalah tulisan. Para da’i pun diharapkan agar memiliki minat dan keterampilan khusus dalam menghasilkan tulisan yang mengandung ruh dakwah. Bentuk dan jenis tulisan juga beragam. Bisa dalam bentuk artikel dan puisi, bisa juga dalam bentuk buku. Saat ini, selain ceramah yang dipublikasi di berbagai media sosial seperti YouTube, Facebook dan serupanya, dakwah tulisan juga bisa ditekuni oleh para da’i. Sebab dakwah tulisan mampu menjangkau masyarakat di berbagai pelosok.
Para da’i umumnya adalah mereka yang sudah terbiasa menjadi penceramah di berbagai forum atau momentum. Ini bermakna, secara potensi mereka sudah memiliki konten bahkan menguasai materi dakwah. Bila selama ini hanya menggunakan kemampuan lisan, maka ada baiknya bila para da’i juga memanfaatkan kemampuan menulis sebagai media dakwah penunjang. Atas dasar inilah para da’i juga mesti punya ghiroh atau semangat untuk menekuni dunia kepenulisan. Sehingga da’i pun secara otomatis mesti melek literasi sekaligus melek media. Itulah pesan dan spirit surat al-Qalam ayat 1, “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan”.
Dakwah memang pekerjaan mulai dan membutuhkan modal dan persiapan yang tak sedikit. Selain memahami materi dakwah dan mampu berdakwah dengan cara yang layak, para da’i juga mesti memiliki kemampuan untuk berkomunikasi kepada masyarakat luas. Dakwah tentu tak selalu menggunakan lisan, tapi juga hal lain seperti keteladanan dalam berucap, bersikap dan bertindak. Hal lain, tentu saja da’i mesti mampu memanfaatkan keberadaan media sebagai sarana penunjang. Bila kita serius melakukan ini maka dakwah media dan tulisan bakal menjadi trend tersendiri dalam aktivitas dakwah ke depan. (*)