JAKARTA, fajarsatu.com – Pusaka Indonesia, Persaudaraan Matahari dan Nusantara Centre menggelar acara Pagelaran Pancasila Sakti di Auditorium RRI Jakarta, Minggu (1/10/2023).
Pagelaran sendra tari ini ini bertajuk “Menyalakan Api Pancasila di Sanubari Bangsa Indonesia diikuti 100 penari dan dihadiri sedikitnya 200 undangan.
Acara ini cukup semarak, diawali menyanyian lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan Tarian Wilwatikta Bangkit oleh Setyo Hajar Dewantoro, pidato politik, pidato budaya dan ditutup dengan sendra tari yang mengorkestrakan suara, tarian, diskusi sekaligus sejarah dengan harapan peserta dapat tergugah hatinya
Menurut Direktur Nusantara Centre, Yudhie Haryono, event kali ke-2 bertujuan untuk membangkitkan kembali diskursus Pancasila.
“Kami menganggap bahwa diskusi Pancasila mulai sayup-sayup terdengar,” ujarnya.
Dikatakan Yudhie, even ini untuk menyampaikan ke masyarakat bahwa bernegara yang paling baik dalam konteks ke Indonesiaan adalah berpancasila.
Ia menyampaikan kepada guru-guru di sekolah-sekolah baik formal maupun informal, agar mata kuliah Pancasila, kurikulum dan pengetahuan Pancasila tidak boleh dihapuskan. Yudhie juga menyampaikan kepada pemerintah agar serius, sehingga seluruh undang-undang dan peraturan harus bersumber dari Pancasila.
“Kami berharap mampu menjadi agency Pancasila dimanapun berada dan membawa mental dan karakter Pancasila,” tandasnya.
Menurut Yudhie, nilai-nilai Pancasila di masyarakat masih belum bangkit.
“Baru 40 persen karena kita sedang dihadapkan pada arus besar neoliberalisme yang concern memproduksi undang-undang, banyak berlawanan dengan nilai-nilai Pancasila. Semoga dengan keseriuan orang-orang seperti kita akan menjadi arus besar untuk melakukan perubahan di negeri ini,” kata Yudhie.
Sementara Setyo Hajar Dewantoro yang biasa akrab dipanggil Mas Guru mengatakan, ini momen yang tepat untuk menunjukan bahwa di negeri ini masih banyak yang mencintai Indonesia.
“Anak-anak muda harus melihat sejarah lebih ril bahwa negara kita sudah ada sejak masa silam. Zaman dulu negara kita super power karena Pancasila sudah di hayati,” ujar guru spiritual ini.
Sendra Ttari Amukti Palapa ini mengisahkan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi dan Patih Gajah Mada dalam menjaga kedaulatan kerajaan Majapahit.
Saat ditunjuk sebagai Mahapatih, Gajah Mada bersumpah untuk menjaga persatuan dan kesatuan nusantara. Namun, sang Ratu dan Mahapatihnya ternyata menghadapi berbagai tantangan yang bisa mengancam keamanan dan ketahanan seluruh negeri.
Di tengah kesulitan ini, sebagian kelompok malah pesimis dan merasa tak berdaya. Sementara Britania Raya sebagai kerajaan terkuat di Eropa mulai ekspansif. Mereka sudah mulai berencana melancarkan serangan invasi.
Setyo mengatakan, merujuk pada masa lalu, Indonesia jaya karena bangsa Indonesia merupakan negara spiritual, yang berKetuhanan yang Maha Esa, kepercayaan yang universal.
Masih kata Setyo, bisa menghayati prinsif yang agung ini, jangan ada lagi perpecahan atas nama apapun. Bangsa kita bangsa yang besar karena bangsa welas asih yang tugasnya menjaga ketertiban dunia. Kemerdekaan 1945 belum memastikan benar-benar merdeka. Saatnya kita memperjuangkan sesuatu yang agung dari relung hati kita,” ujarnya.
Setyo berharap, akan ada perubahan mulai menjadi patriot untuk negeri ini. Perjalanan masih panjang, Indonesia bertranformasi menjadi negeri surgawi.
“Kita ingin melihat Indonesia menjadi mercusuar dunia. Hening Cipta sebagai tradisi agung. Heneng artinya rilexs, menikmati saat ini. Meneng pikirannya, beri perhatian pada momen ini. Semua itu menjadi dasar untuk Hening. Sadar Penuh. Hening menjadi wening, jernih, tidak ada lagi keserakahan dan kejahatan. Kita harus memberikan yang terbaik buat bangsa Ini,” pungkasnya. (nana)