7Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Andai Aku Jadi Gubernur Jawa Barat”
SAYA termasuk pemula di dalam dunia kepenulisan. Sehingga, belajar dan belajar adalah aktivitas yang akrab dengan rutinitas saya. Saya tidak bosan dengan capaian sekarang dan insya Allah tidak bakal mau kalah dari berbagai tantangan dan hambatan yang datang bertubi-tubi. Saya yakin bahwa setiap niat baik yang dijalankan dengan baik bakal menjadi sesuatu yang berbeda nilai dan dampaknya. Dan, menulis adalah aktivitas kebaikan yang bisa ditekuni.
Jika kita ingin menulis hingga kelak menjadi karya tulis, maka kita butuh motivasi atau tips sederhana. Berikut ini beberapa motivasi untuk menulis:
Pertama, niat dan tekad yang kuat. Menulis, sebagaimana aktivitas lainnya, merupakan aktivitas kreatif yang membutuhkan kekuatan niat dari dalam diri sang penulis. Niat menulis harus lurus dan mulia. Jika niat menulis sudah benar, biasanya akan muncul tekad yang kuat dari dalam diri untuk segera menulis. Tekad yang kuat akan tercermin dari kesungguhan dan pengorbanan untuk dan dalam menulis. Kesediaan diri untuk menulis hingga menjadi karya tulis adalah wujud nyata dari niat dan tekad yang kuat.
Kedua, ide dan inspirasi. Ide adalah isi karya tulis. Ini berarti kita menulis sesuatu yang bermakna dan berdampak. Ide biasanya muncul kapan dan di mana saja. Ia hadir ketika diundang atau tidak diundang. Ide mengandung nilai tersendiri yang bisa dielaborasi menjadi tulisan. Ide bisa menjadi inspirasi hadirnya ide baru atau ide lain. Inspirasi ide bisa timbul dan berasal dari apa saja. Pengalaman pribadi, hasil bacaan, resume obrolan, akumulasi perasaan, tindak lanjut keresahan, dan sebagainya. Inspirasi menulis juga bisa datang dari dalam diri kita sendiri.
Ketiga, buat outline. Secara sederhana, outline berarti kerangka tulisan. Outline bukan standar baku, namun ia membantu kita untuk menyusun tulisan lebih sistematis dan rumit. Dengan adanya outline, kita bisa menulis sesuai dengan fokus yang hendak kita ulas. Outline juga bisa memudahkan kita untuk memulai menulis dari topik atau ulasan tentang apa. Bahkan outline bisa menjadi kerangka yang memetakan gagasan kita menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Menulis dengan berbasis pada outline biasanya lebih runut dan mudah dilakoni.
Keempat, tetapkan target dan fokus. Target biasanya berkaitan dengan waktu dan kesiapan untuk menuntaskan tulisan. Misalnya, setiap hari harus menulis minimal selama 30 menit. Di dalam waktu 30 menit harus menulis sebanyak 1 atau 2 halaman. Kemudian, setiap hari harus menulis satu artikel tentang ini dan itu. Nah, jika target kita jelas, maka hal lain yang harus kita miliki adalah fokus. Fokus pada target itu penting dan sangat membantu kita dalam menuntaskan satu atau banyak karya tulis. Jika kita terbiasa memiliki target dan fokus pada target tertentu, maka dampaknya nyata: Tulisannya ada, bahkan menjadi karya tulis.
Selebihnya, yang terpenting dari aktivitas menulis adalah tindakan nyata. Ya, langsung menulis. Menulis adalah kata kerja yang mengharuskan kita untuk langsung melakukannya. Sehebat apa pun ide kita, seperti apa pun semangat kita, dan sebesar apa pun keinginan kita untuk punya karya tulis, hanya akan menjadi nyata manakala kita langsung menulis. Bahkan jika kita mengikuti pelatihan kepenulisan ratusan atau ribuan kali tetapi tidak segera menulis, maka semua itu hanya basa-basi. Jadi, pilihannya tegas: Publish or perish! (*)