Oleh: Riza Zulfa
Alumni Nurul Hakim Angkatan 2024
NURUL Hakim merupakan pondok pesantren yang berlokasi di Desa Kediri Selatan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Pondok pesantren ini adalah salah satu dari sekian banyak pesantren di Lombok yang memiliki persebaran alumni merata di seluruh Nusantara. Dengan berbagai latar belakang, Nurul Hakim menjadi pemersatu hati bagi setiap santri yang menimba ilmu di sana. Tak heran jika Nurul Hakim disebut sebagai salah satu pondok pesantren terbaik di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Mengulas sejarah perkembangan Pondok Pesantren Nurul Hakim, tidak bisa lepas dari peran TGH Abdul Karim. Kiprah beliau sangatlah penting dalam titik tolak berdirinya Nurul Hakim. Beliau adalah pendiri pondok pesantren ini, dan peran besar beliau diteruskan oleh anak-anaknya. Salah satu yang paling berperan penting dalam perkembangan Nurul Hakim adalah TGH Safwan Hakim, yang kemudian dilanjutkan oleh para keturunan beliau.
Nurul Hakim bukan sekadar tempat mencari ilmu; lebih dari itu, Nurul Hakim adalah rumah bagi semua santri yang pernah menimba pendidikan di sana. Kiprah para alumninya menjadi bukti nyata keberhasilan Nurul Hakim dalam dunia pendidikan. Hampir semua alumninya, insyaallah, mampu menjadi insan yang bermanfaat bagi orang lain.
Mengingat masa-masa menimba ilmu di Nurul Hakim tidak terlepas dari peran para pengajarnya. Para pengajar di Nurul Hakim adalah bukti nyata pentingnya ketulusan dalam mengajar. Uang bukanlah tujuan mereka menjadi tenaga pengajar di sana, tetapi tugas jihad sebagai “Khairunnas anfa’uhum linnas” (Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi banyak manusia) yang menggerakkan hati mereka untuk selalu ikhlas mengajarkan berbagai cabang keilmuan. Mereka adalah contoh nyata mujahid keilmuan di zaman ini.
“Man jadda wajada” (Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia bakal menggapainya), ungkapan mutiara yang selalu menjadi bahan bakar semangat santri dalam jihad dalam mencari ilmu (fi thalabil ilmi). Nurul Hakim mengajarkan arti kesetiaan dan kesederhanaan. Kesetiaan berarti para santri diajarkan untuk tidak meninggalkan teman, baik dalam suka maupun duka. Sedangkan kesederhanaan mengajarkan para santri untuk selalu hidup dalam lingkup yang sederhana. Kesederhanaan dalam prasarana, ekonomi, dan segala aspek kehidupan lainnya memberikan nilai keberkahan tersendiri. Dengan kondisi tersebut, diharapkan para santri menjadi manusia yang tahu bersyukur atas keterbatasan yang dimiliki.
Para tenaga pengajar berharap agar santri didikan mereka bisa menjadi manusia yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Bahkan, mereka berharap para santri dapat menjadi generasi emas yang berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Dimanapun kelak para alumninya berada, hendaknya mereka selalu mengingat kembali rumah mereka, yakni Nurul Hakim.
Di tengah derasnya arus pergaulan di zaman ini, Nurul Hakim menjadi salah satu lembaga yang sistem pendidikannya mengajarkan para santri untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Tidak hanya selama nyantri, tetapi juga sepanjang hayat. Modal ilmu yang diperoleh di Nurul Hakim diharapkan tetap dijaga agar nilai-nilai keislaman ini dapat diwariskan hingga generasi penerus bangsa, yang kelak akan memimpin negeri ini. (*)