CIREBON, fajarsatu.com – Anggota DPR RI Komisi lV, Prof. DR, Ir. Rokhmin Dahuri. Melakukan kunjungan kerja ke Pasar Induk Jagasatru, Kota Cirebon. Rabu (26/3/2025).
Para pedagang di Pasar Jagasatru berkesempatan bisa bicara langsung ke Rokhmin Dahuri, salah seorang pedagang daging, Juju mengaku ada penurunan daya beli masyarakat.
Kondisi tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan tahun lalu. Yang daya belinya lebih baik, penurunan daya beli membuat pedagang merasa rugi.
Kondisi tersebut sangat berbeda dibanding tahun lalu yang daya belinya lebih baik. Penurunan daya beli membuat para pedagang merasa rugi.
Seorang pedagang daging sapi di Pasar Jagasatru, Juju mengungkapkan, daya beli yang turun membuat pemasukannya berkurang. Hal itu bisa disebut merugi karena modal belanja cukup besar untuk penjual daging sapi.
Kedatangan Rokhmin diterima Direktur Operasional PD Pasar, Maman Suryaman, Direktur Umum, Dudung Abdul Rifa’i, Kabid Perdagangan, Fajar dan Kepala Pasar Jagasatru, Suwardi.
Anggota DPR RI dari Dapil Jabar 8 yang meliputi Cirebon-Indramayu ini mengakui selalu terjadi kenaikan harga jelang Idul Fitri.
“Kenaikan selalu terjadi dari tahun ke tahun saat jelang Lebaran, tapi saya melihat masih wajar. Kenaikannya bervariasi, maksimum 20 persen. Minyak goreng juga masih sesuai dengan harga eceran yang ditetapkan pemerintah,” ujar politisi dari PDI Perjuangan ini.
Rokhmin juga menyoroti penurunan daya beli masyarakat yang signifikan.
“Banyak pedagang mengeluhkan volume penjualan hanya mencapai 40 persen, dibandingkan bulan ramadan tahun lalu. Ini menandakan kelesuan ekonomi tidak hanya terjadi di bursa saham atau nilai tukar rupiah, tapi juga di ekonomi riil,” tambahnya.
Menurutnya, faktor utama yang mempengaruhi daya beli masyarakat adalah maraknya pemutusan hubungan kerja.
“Sudah ada ratusan ribu PHK. Ini karena daya saing industri kita kalah dengan Cina, bahkan dengan Bangladesh,” jelas guru besar dari IPB ini.
Ia menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja sebagai solusi utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Selain memberi makan bergizi gratis, pemerintah harus lebih fokus pada penciptaan lapangan kerja. Kalau orang tua memiliki pendapatan yang cukup, mereka tidak perlu diajari soal gizi,” tandas mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut.
Sebagai langkah konkret, ia meminta pemerintah memperbaiki iklim investasi agar lebih menarik bagi investor.
“Negara maju itu mempermudah investasi, dari tingkat bupati hingga presiden harus bisa membuka peluang agar modal asing masuk dan menciptakan lapangan kerja,” tutupnya. (yus)