CIREBON, fajarsatu.- Menurut sejumlah manuskrip dan kitab kuno, seperti Negara Kerta Bumi maupun Purwaka Caruban Nagari, Syekh Quro dan Syekh Datul Kahfi merupakan perintis penyebaran agama Islam di pesisir utara Pasundan (sekarang Cirebon dan sekitarnya).
Kedatangan para pendakwah dari Negeri Campa maupun Timur Tengah itu, masuk ke tanah Pasundan melalui Pelabuhan Muara Jati, wilayah kekuasaan Kerajaan Singapura.
Kerajaan Singapura merupakan kerajaan kecil dibawah pengaruh Kerajaan Pajajaran yang dipimpin Ki Jumajan Jati, seorang Syahbandar Pelabuhan Muara Jati menggantikan tahta kakaknya, Prabu Surawijaya Sakti karena tidak memiliki keturunan.
Pemerhati Seni dan Budaya dari Lesbumi PB NU, H. Uki Marzuki mengatakan, sebagai penguasa Negeri Singapura yang menganut kepercayaan Budhaprawa, Ki Jumajan Jati memiliki sikap toleransi beragama.
“Setiap pendatang yang singgah dengan latar belakang yang berbeda selalu diterima dengan tangan terbuka,” ujarnya, Sabtu (18/1/2020).
Dipaparkannya, Islam masuk ke tanah pesisir Pasundan dimulai ketika rombongan kapal perang Cina, dibawah pimpinan Laksamana Cheng Ho, kung wifing (panglima perang), feng sin (manurat) yang beragama Islam dalam kunjungan muhibah ke Nusantara, singgah di Pelabuhan Muara Jati.
“Dalam kesempatan itu, Laksamana Cheng ho menyarankan kepada Ki Jumajan Jati agar membuat “Prasada numpak ing amarta” (mercusuar). Dan Cheng Ho merupakan orang pertama yang membangun mercusuar di Pelabuhan Muara Jati. Mercusuar yang terbuat dari bambu yang diikat, diperkirakan sekarang tepat di atas Bukit Gunung Jati,” ucap Uki.
Masih menurut Uki, fase pertama penyebaran agama Islam di tanah pesisir Pasundan dilakukan salah seorang rombongan Cheng Ho. Saat itu rombongan bertolak menuju Majapahit, Laksamana Cheng Ho mengutus Syech Hasanudin (Syekh Quro) salah seorang dari rombongannya untuk tinggal dan menyebarkan Islam kepada penduduk Singapura.
Ki jumajan Jati berempati, namun keputusan untuk memeluk agama Islam sepertinya masih dalam pertimbangan, walaupun ketertarikannya pada agama baru itu tidak dapat ditutupinya. Anak perempuan semata wayangnya, bernama Subang Keranjang dititipkannya kepada Syekh Quro untuk dididik agama Islam.
Syekh Quro merupakan pendakwah pertama yang mengajarkan Islam di pesisir utara Pasundan. Walaupun pertama mendarat di Pelabuhan Muarajati, namun tidak banyak ditemukan catatan tentang kiprah Syekh Quro.
Dakwah Syekh Quro banyak mendapat perlawanan dari para penguasa yang masih menganut Budaprawa. Syech Quro memilih berdakwah ke daerah pedalaman pesirsir utara bagian barat Padjajaran hingga memilih menetap di wilayah Surabata, Karawang.
Pase kedua, dilakukan ulama dari Timur tengah tepatnya dari Bagdad bernama Syech Datul Kahfi sekitar akhir abad ke 13. Syech Datul Kahfi bersama dua belas muridnya singgah dan menetap di Bukit Hamparan Jati.
Kedatangan pendakwah kedua, belum bisa meruntuhkan hati Ki Jumajan Jati untuk menganut Agama Rasul. Sikapnya tetap mendukung misi dakwah yang dilakukan Syech Datul Kahfi.
Langkah yang dilakukan Syech Datul Kahfi sama dengan Syekh Quro, menyebarkan agama Islam di luar kota praja Mertosingo, ibukota Singapura.
Jejak- jejak syiar Syekh Datul Kahfi dapat ditelusuri hingga kini, seperti masjid kuno Nurussajidin (masjid panggung kayu jati) merupakan masjid peninggalan Syekh Datul Kahfi yang terletak di tepi Kali Cimanuk, Desa Bondan, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indraamayu.
Hingga kini masjid tersebut masih berdiri kokoh dan dimanfaatkan masyarakat untuk sholat berjamaah. Di wilayah Kota Indramayu tepatnya di daerah Pasekan juga ditemukan petilasan Syekh Datul Kahfi.
Namanya semakin dikenal ketika Putra Raja Pajajaran, R. Walangsungsang (kelak dikenal sebagai pendiri iCerebon) berguru di pesantren Hamparan Jati. Syekh Datul Kahfi berhasil meletakan pondasi keimanan dan membangun pola pikir R. Walangsungsang.
Ketika R. Walangsungsang bersama adiknya Larasantang (ibunda Sunan Gunung Jati) usai menuntut ilmu, Syech Datul Kahfi memberinya nama Ki Somadullah, kemudian menyuruhnya membuka hutan di Kebon Pesisir yang sekarang dikenal sebagai Cirebon. (FS-2)