Hari ini, Kota Cirebon memperingati Hari Jadi yang ke-650 tahun. Peringatan ini ditandai dengan mengggelar Rapat Paripurna DPRD Kota Cirebon di Grira Sawala, Minggu (1/9/2019).
Peringatan Hari Jadi Kota Cirebon ini berbarengan dengan 1 Muharam yang merupakan Tahun Baru Islam.
Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, kini sudah menjelma menjadi kota yang berpotensi menjadi Kota Metropolitan di bagian timur Jawa Barat.
Pada awalnya, Cirebon merupakan sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (bersatu padu).
Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa diantaranya Sunda, Jawa, Tionghoa dan unsur-unsur budaya bangsa Arab, agama, bahasa dan adat istiadat. Kemudian pelafalan kata Caruban berubah lagi menjadi Carbon dan kemudian Cerbon.
Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata Cirebon juga dikarenakan sejak awal mata pecaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam.
Dari istilah air bekas pembuatan terasi atau yang dalam bahasa Cirebon disebut belendrang yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan cai-rebon (air rebon), yang kemudian menjadi Cirebon.
Selain dikenal Kota Udang, Kota Cirebon juga dikenal dengan sebagai Kota Wali. Selain itu juga Kota Cirebon disebut juga sebagai Caruban Nagari dan Grage (Negeri Gede dalam bahasa Cirebon berarti kerajaan yang luas).
Sebagai daerah pertemuan budaya antara suku Jawa, Sunda, Arab, Tionghoa dan para pendatang dari Eropa sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon dalam berbahasa biasa menyerap kosakata bahasa-bahasa tersebut kedalam bahasa Cirebon.
Akultrasi budaya tersebut menjadi Cirebon kaya akan budaya berkesenian dan kuliner. Tercatat berbagai macam kesenian dan kuliner di Cirebon menjadi cirri khas yang tidak tedapat di daerah lain.
Perkenbangan Kota Cirebon tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur yang masif hingga pelosok RT. Berbagai program pengetasan kemiskinan hingga mengangkat sektor perekonomian terus dijalankan.
Namun saat ini dengan adanya Tol Cikampek-Palimanan (Cipali), Cirebon berkembang semakin pesat dan berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Sehingga jika dahulu hanya pesisir utara Cirebon yang berkembang karena adanya Jalur Pantura, maka kehadiran Tol Cipali di jalur tengah Cirebon membuat seluruh wilayah Cirebon berkembang pesat.
Kota Cirebon yang sebelumnya ramai hanya sebagai daerah lintasan di jalur Pantura dari Jakarta menuju wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur atau sebaliknya, kini menjadi titik persinggahan yang wajib dikunjungi bagi wisaawan domestic maupun manca negara.
Potensi tersebut dibutuhkan pemimpin daerah yang mempunyai kapabilitas tinggi dan memiliki visi misi yang jelas dan terarah. Dan semoga visi misi SEHATI yang menjadi dasar pembangunan di masa kepemimpinan Walikota, H. Nashrudin Azis dan Wakil Walikota, Hj. Eti Herawati, menjadi tonggak perjalanan sejarah perkembangan Kota Cirebon. (FS-2)