SUMBER, fajarsatu.- Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon mengaku kaget dengan kejadian tragedi robohnya dua ruangan kelas di SMPN 2 Plumbon.
“Saya kaget dengan musibah seperti ini, dua tahun lalu berkunjung kesini ternyata sudah tau kondisi kerusakannya, namun belum terlalu parah,” pengakuan Kadisdik Kabupaten Cirebon, Asdullah saat ditemui dilokasi kejadian, Rabu (2/10/2019).
Dengan kejadian ini dirinya sudah perintahkan untuk dijadikan skala prioritas pembangunan pada DAK tahun 2018 yang lalu. Akan tetapi dirinya menyatakan, sistem dapodik adalah sistem yang menentukan dapat bantuan atau tidaknya itu dari Kementerian.
“Kita dari tahun lalu tapi tidak masuk juga dalam dapodik, terus tahun 2019 masukan lagi tapi tidak masuk lagi,” ungkapnya.
Lanjut dia, bila sudah mengajukan ke dalam DAK untuk merenovasi fisik sekolah yang kemudian menganggarkan melalui APBD tidak di perbolehkan karena kata Asdullah ahal itu nantinya akan saling tumpang tindih.
“Solusinya dari kemendikbud ada dua hal, yang pertama kita coba melalui dana CSR, kedua kemendikbud coba meminta dari APBN Perubahan. Setelah didata sebanyak 7 ruang kelas yang rusak dan dua ambruk dan ruang guru,” terangnya.
Sementara itu, bagi korban runtuhnya bangunan ruang kelas hal itu sudah ditanggung oleh pihaknya sampai dengan sembuh.
“Saya sarankan tidak usah saling menyalahkan,” tegasnya.
Ia pun angkat suara terkait tubuhnya bangunan karena disebabkan oleh usia bangunan yang sudah tua, pasalnya pada tahun 2007 sekolah ini mengalami terakhir rehab sedangkan bangunan ini sudah ada sejak 1984.
“Dua sekolah dikosongkan nanti kita bagi dua shift atau kalau ada bangunan sekolah Madrasah Diniah agar bisa masuk sekolah pagi semua nanti gurunya yang ke sekola,” ujarnya.
Dalam data yang dimilikinya sebanyak sekolah SMP yang mengalami kerusakan ringan sebanyak 232 dan kerusakan berat sebnayak 123 sekolah.
“Hampir sekolah mengajukan. Pertahun kekuatan dari tahun ini DAK 11 Miliar dan APBD Rp 4 miliar,” tuturnya. (FS-7)