BANDUNG, fajarsatu.- Hampir 60% anak di Indonesia berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
Padahal, sarapan memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan anak.
Antara lain, membekali tubuh dengan zat gizi yang diperlukan untuk berpikir, belajar, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar bidang Keamanan Pangan dan Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Sulaeman dalam “Workshop Edukasi Gizi dan Keamanan Pangan untuk Mendukung Prestasi Siswa” yang digelar di Aula Kihajar Dewantara, Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat (Jabar), Jln. Dr. Radjiman No. 6, Kota Bandung, Selasa (8/9/2019).
Kegiatan yang diselenggarakan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah (Cadisdikwil) VII bekerja sama dengan PT Inaviga Indonesia dan PT Ajinomoto serta diikuti perwakilan guru dari seluruh sekolah di wilayah VII, yakni Kota Bandung dan Cimahi ini, dibuka Kadisdik Jabar, Dewi Sartika dan dihadiri Kepala Cadisdikwil VII, Endang Susilastusi, Head of PR Division PT Ajinomoto Indonesia (Muhammad Fahrurozi) serta Pengawas Farmasi dan Makanan Muda Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Bandung (Dwi Hotnauli Tambun).
Menurut Ahmad, sarapan dapat meningkatkan fungsi kognitif, semangat, dan stamina anak.
“Selain itu, bisa menstabilkan glukosa darah dan membuat daya tahan anak menjadi lebih baik,” ucapnya.
Sarapan juga, tambahnya, mampu mencegah hipoglikemia, obesitas, dan dehidrasi sehingga harus lebih diperhatikan, jangan dianggap sepele.
Karena, banyak dampak buruk jika anak tidak sarapan sebelum berangkat sekolah.
Antara lain, meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat, terpapar racun yang bisa mengurangi kecerdasan, mengganggu proses belajar di sekolah, dan menurunkan aktivitas fisik.
“Gizi dan kesehatan memegang peranan penting dan menjadi indikator dalam rangking indeks pembangunan manusia (IPM). Nasib negara bergantung pada anak-anak sekarang, salah satu yang harus diperhatikan adalah kesehatannya,” ujarnya.
Lulusan University of Nebraska Lincoln ini memaparkan, ada banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh anak yang dapat menunjang proses pembelajaran.
Antara lain kalori, protein dengan susunan asam amino esensial, berbagai vitamin, mineral, dan berbagai infitokimia lainnya.
Berdasarkan hasil riset, lanjut Ahmad, masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak masih membutuhkan peningkatan gizi.
Menurutnya, 90,2% anak usia sekolah mengonsumsi sarapan dengan mutu gizi yang rendah.
Dari riset yang berbeda, 44,54% anak Indonesia tidak terpenuhi energinya dan mengalami masalah defisiensi gizi mikro, seperti vitamin dan mineral.
Sebagai akademisi, Ahmad pun mengajak seluruh masyarakat agar mulai menerapkan pola makan yang sehat dengan mengusahakan sarapan sebelum beraktivitas.
Terlebih, jika aktivitas makan tersebut dilakukan bersama anggota keluarga lainnya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, makan bersama dengan keluarga pun mampu memberi dampak psikologis bagi anak dan sebagai sarana edukasi.
“Ini dapat menjalin hubungan yang erat antar-anggota keluarga serta memberikan keterampilan dan pengenalan makanan kepada anak,” jelasnya. (FS-6)