CIREBON, fajarsatu.- Kawasan kota tua disulap jadi destinasi wisata saat ini makin ngetren. Di sejumlah kota, kota tua ini menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat menjanjikan.
Sebut saja di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya, kawasan kota tua telah berubah mejadi kawasan eksotik dan tentu saja instagramable.
Ambil contoh di Semarang, kawasan kota tua yang dulunya tak terurus, kini telah menjelma menjadi destinasi wisata Kawasan Kota Tua Semarang yang banyak dikunjungi wisatawan. Kondisi tersebut berubah setelah Pemkot dan Pemprov Semarang merevitalisasi kawasan kota tua pada April 2019 lalu.
Lihatlah sekarang, kawasan yang dulunya kumuh tak terurus, sekarang kawasan kota lama itu semakin instagramable. Ruas jalan yang telah ditata ulang menjadikan jalanan Kota Tua Semarang serasa lapang. Bangunan-bangunan tua menjadi lebih gagah seperti pada masa lalu.
Tak jauh berbeda dengan Kota Cirebon yang memiliki banyak kawasan tua dengan bangunan bersejarah yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda. Tengoklah di wilayah Kecamatan Lemahwungkuk. Disana banyak menyimpan bangunan-bangunan bersejarah, beberapa diantaranya masih digunakan untuk perkantoran maupun sekolah.
Kawasan kota tua di Kota Cirebon sebenarnya lebih lengkap dibanding kota lain. Lihat saja di kawasan Jalan Yos Sudarso. Di sana berjejer bangunan tua yang masih berdiri gagah. Ada Gedung Bank Mandiri, bangunan eks BAT, Bank Indonesia, Kantor Pos Indonesia dan Alun-alun Banteng.
Bahkan di kawasan Alun-alun Kebumen ini, ada Gedung Niaga yang dulunya merupakan gedung pusat perdagangan antar pulau bahkan antar negara, khususnya perdagangan tentang rempah-rempah.
Sementara dipinggir alun-alun, ada tiga sekolah yang keaslian gedungnya masih dipertahankan, yakni SMP negeri 13 Cirebon, SMP Negeri 14 Cirebon dan SMP Negeri 16 Cirebon. Sementara di pinggir Alun-Alun Kebumen, juga ada gedung segi 6.
Tak kalah eksotiknya bangunan Bank Indonesia Cirebon yang sampai sekarang masih digunakan. Konon, di dalam gedung BI Cirebon ini ada sebuah makam orang Belanda yang merupakan pendiri dari Gedung BI Cirebon. Wallahu a’lam.
Dekat gedung BI Cirebon, ada juga Kantor Pos Cirebon, yang di depannya berdiri tegak tugu Titik Nol Kilometer Cirebon.
Selain vihara dan klenteng, juga terdapat dua gereja peninggalan Belanda yakni Gereja Santo Yusuf yang dibangun tahun 1878 dan Gereja Kristen Pasundan dibangun tahun 1788. Bahkan kea rah seltan di lingkungan Keraton Kasepuhan terdapat Masjid Sang Cipta Rasa yang dibangun semasa Sunan Gunung Jati.
Tak jauh dari Jalan Yos Sudarso, di Jalan Pasuketan, ada bangunan lain yang menjadi ikon favorit untuk berfoto ria, yakni eks BAT yang dibangun pada 1917. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan yang menjadi saksi sejarah perkembangan perekonomian di Cirebon dngan ornamen dan gaya arsitektur gedung yang indah dan menarik.
Belum lagi ditambah bangunan tua di kawasan Pelabuhan Cirebon. di kawasan ini banyak terdapat bangunan tua berupa kawasan pergudangan dan kantor pelayaran.
Kawasan kota tua ini jika ditarik ulur akan bermuara di Keraton Cirebon seperti Keraton Kasepuhan, Karaton Kanoman dan Keraton Kacirebon.
Sebuah kawasan lengkap bila ditata dan revitalisasi akan menjadi kawasan kota tua terlengkap di Indonesia. Bahkan kalau ditangani serius dan fokus, bukan tidak mungkin akan mengalahkan destinasi wisata kota tua yang sudah ada.
Sayangnya, potensi kawasan tua ini belum terjamah dan luput dari perhatian Pemkot Cirebon untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata kota tua yang mampu menyedot wisatawan domestik dan mancanegara. Sayang, sayang sekali (Irgun)