SUMBER, fajarsatu.- Peringatan HUT 1 Sanggar Seni Sri Nagasari cukup meriah dengan melibatkan para pelaku nayaganya terdiri dari kaum milenial yakni anak-anak sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Mereka menggelar pagelaran wayang kulit dengan lakon Arjuna Sasrabahu yang berlangsung di Balai Desa Gegesik Lor, Kecamatan Gegesik. Kabupaten Cirebon, Sabtu (25/1/2020) malam.
Turut hadir Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, H. Hartono, Pangeran Patih Keraton Kacirebonan, H.Tomi Iplaludi Dendabrata serta sekertaris DPC PDIP, Sophi Zulfia.
Acara dimualai dengan tarian topeng serta pemotongan tumpeng oleh Pimpinan Sanggar Sri Nagasari, H. Warma.
Kepala Dinas Disbudparpora Kabupaten Cirebon, H. Hartono menyampaikan, adanya Sanggar Seni Sri Nagasari agar bisa menjadi penyemangat dan menambah warna seni di Gegesik, yang merupakan kampung seni di Kabupaten Cirebon.
“Pemerintah kabupaten Cirebin terus tak henti-hentinya mempercantik Gegesik bukan hanya memberikan label kampung seni saja, akan tetapi dengan anggarannya yang cukup, karena anggran kebudayaan Kabupaten Cirebon, 35 persennya hanya untuk kampung seni Gegesik,” kata Hartono dalam sambutannya.
Lebih lanjut dikatakan Hartono, untuk tahun sekarang saja anggaran kegiatan Disbudparpora Kabupaten Cirebon 40 persennya untuk Gegesik yakni untuk penyelesaian gedung kesenian yang akan selesai pada bulan September 2020 nanti.
“Karena itu mohon dukungan dan partisipasi dari sesepuh masyarakat Gegesik agar nanti gedung kesenian setelah selesai, maka anak-anak Sanggar Sri Nagasari dan sanggar-sanggar lainnya harus bisa menghidupkan gedung kesenian tersebut,” ungkapnya.
Gedung kesenian tersebut pembangunannya bertahap dari mulai anggaran tahun 2018, 2019, dan sekarang 2020 untuk penyelesaiannya. Untuk memakmurkan dan meramaikan gedung kesenian itu Hartono berharap masyarakat kecamatan Gegesik untuk kompak diseluruh lapisan masyarakat agar bisa menjaga gedung itu.
“Buatlah seni-seni inovasi baru misalkan wayang kulit yang di pentaskan sanggar Sri Nagasari yang semua nayaga sampai dalangnya dari anak-anak, mulai tingkat SD hingga SMA begitu baik memainkannya, ini harus bisa dipertahankan bahkan buatlah inovasi yang lebih bagus lag,” terangnya.
Ia berharap kedepan yang dulunya pagelaran wayang kulit banyak disukai kaum yang sudah tua-tua tetapi dibuat sebaliknya justru anak-anak muda harus bisa menyukai wayang kulit bukan orang-orang yang sudah sepuh lagi. (FS-4)