CIREBON, fajarsatu.- Direktur Sungai dan Pantai pada Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Ir Jarot Widyoko mengungkapkan, pihaknya tidak pernah mengeluarkan statamen untuk bisa “menuntaskan banjir”, hanya saja PUPR terus berupaya untuk bisa meminimalisir hal-hal yang bisa menyebabkan banjir.
Hal itu dikatakannya saat diwawancarai sejumlah wartawan usai mensosialisasikan program pembangunan direktoratnya di wilayah Cirebon.
“Kita (Kementerian PUPR) tidak pernah bisa menuntaskan banjir, karena apa, akan tetapi dieliminir, dimininalisir,” ungkap Jarot, Selasa (21/1/2020).
Dijelaskan Jarot, maksud ucapannya tersebut, selama ini PUPR sudah melakukan upaya untuk bisa mencegah adanya genangan atau banjir saat hujan deras turun, hanya saja, fasilitas dan upaya yang dilakukan, jika dibandingkan dengan debit air yang datang, debitnya lebih besar, maka disitulah akan timbul banjir.
“Misalnya kita design Q50 (daya tampung) sebagai ambang batas sungai dengan debit minimum dalam 50 tahun sekali, maka jika seperti kejadian kemarin di Jakarta, yang turun Qnya 100, ya banjir,” jelas Jarot.
Karena berhubungan dengan gejala alam, lanjut Jarot, maka Kementrian tidak bisa memprediksi secara pasti kapan hujan turun dan dengan curah hujan yang seperti apa.
“Siapa sih yang bisa menentukan hujan yang turun, debit air yang datang akan sebesar apa, yang maha kuasa, makannya kami tidak bisa menuntaskan, hanya mengendalikan atau mengeliminir,” lanjut Jarot.
Untuk mengeliminasi penyebab, Jarot menuturkan, diruntut dari awal sungai itu tidak bertambah lebar, bahkan dari tahun ke tahun semakin menyempit dan di daerah sepadan sungai sudah berdiri bangunan-bangunan yang seharusnya tidak ada.
“Maka jangan jadikan sungai sebagai alternatif utama untuk membuang air, karena sungai itu tidak pernah bertambah lebar, bahkan di sepadan sungai sudah berdiri bangunan, artinya siapa yang membangun itu, nah siapa yang membuat sungai meluap, lalu banjir,” tutur Jarot.
Oleh karena itu, ditambahkan Jarot, selain Kementerian PUPR terus melakukan upaya untuk menormalisasi sungai sebagai jalur aliran air, PUPR juga terus mengkampanyekan untuk air hujan dikembalikan ke tanah, dan itu bisa dilakukan dengan dibangunnya sumur-sumur resapan, lubang biopori dan konsep lainnya.
“Pencegahan banjir harus mulai dilakukan dengan, di hulu kita lakukan dengan Konservasi, seperti membangun Dam, embung atau waduk, sedangkan untuk daerah hilir, dibangun kolam retensi, sumur resapan, biopori, kanal banjir, polder dan konsep lainnya,” kata Jarot. (FS-7)