GEGESIK, fajarsatu- Pasien positif corona berjenis kelamin perempuan yang tercatat sebagai warga Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, ternyata memiliki riwayat penyakit asma hepatitis. Hal itu diketahui dari hasil ronsen saat dirinya melakukan pemeriksaan RSD Arjawinangun.
Demikian disampaikan Kepala Desa (Kuwu) Gegesik Kulon, Gatot Sutrisno usai pemakaman korban yang terduga covid 19, Selasa (14/4/2020). Menurut Gatot, korban memiliki penyakit sesak napas asma hipatitis atau TBC.
“Hasil ronsen dirumah sakit Arjawinangun sesak napas Asma Hipatitis atau TBC, belum bisa dikatakan positif covid 19, karena belum ada hasil tes swabnya,” kata Gatot.
Lebih lanjut Gatot mengatakan, pada Minggu (12/4/2020) sore almarhum muntah-muntah karena masuk angin dan pada pukul 24.00 WIB pemdes akan membawa ke rumah sakit tetapi yang bersangkutan merasa sehat sehingga tidak jadi di bawa ke rumah sakit.
Namun pada Senin (13/4/2020) pagi, korban kembali sesak napas sehingga pemdes langsung membawanya ke Puskesmas untuk berobat. Lagi-lagi korban mengatakan jika dirinya tidak apa-apa.
”Karena terus sesak napas maka pihak Puskesmas mengarahkan untuk di bawa ke RSD Arjawinangun. Sampai di rumah sakit hingga satu jam menunggu baru ditangani, dan hasil ronsennya ada sesak napas asma hipatitis,” ujarnya.
Saat disinggung korban pernah keluar wilayah atau bertemu dengan teman sesama guru dari luar wilayah Cirebon, Gatot mengatakan, sepengetahuan pihak pemdes selama mulai ada libur sekolah, karena rumahnya yang tidak terlalu jauh dengan korban, yang bersangkutan tidak pernah kemana-mana hanya ke masjid saja untuk mengerjakan sholat lima waktu.
“Apapun korban pasti bilang saat akan bepergian apalagi pergi keluar daerah seperti mau ke Jogja pernah dulu sebelum wabah Covid 19, begitu juga ke Jakarta selalu bilang. Jadi sejak ada wabah covid almarhum selalu di rumah saja,” papar Gatot.
Namun, Gatot mengakui, kalau dirinya sebagai kuwu sekaligus tetangga korban tidak begitu tahu persis kalau korban pernah bermain ke luar daerah Cirebon atau menerima teman sesama gurunya dari luar kota.
“Kalau almarhum pernah bergaul dengan teman-teman gurunya di luar Cirebon, kami kurang begitu tahu atau bermain ke desa lain tetapi masih wilayah Gegesik, kami juga tidak tahu. Tetapi untuk orang luar Cirebon, sepengetahuan saya, tidak pernah ada, ” ungkapnya.
Dikatakan Gatot, almarhum adalah seorang guru honor di sekolah PAUD kurang lebih 10 tahun. “Almarhumah seorang single parent dengan dua anak, ia orang baik supel mudah bergaul banyak silahturahim. Hidupnya sebatang kara sejak ditinggal suaminya. Ia memiliki dua anak, yang pertama di Kalimantan dan yang kedua ada di rumah membantu dirinya,” kenang Gatot.
Bahkan, tambah dia, anak yang di Kalimantan sudah di telepon jangan pulang dulu karena sedang ada wabah Covid 19 dan anaknya nurut untuk tidak pulang, bahkan anaknya itu akan memberikan hadiah kepada ibunya nanti berupa perhiasan emas.
Saat kembali disinggung dalam penguburannya menggunakan protokol Covid 19, dirinya tidak tahu karena itu kewenangan rumah sakit. Namun pihak dokter mengatakan, almarhum sudah tidak apa-apa dan aman, makanya saat penguburan dilakukan oleh masyarakat sipil.
“Kenapa penguburannya dilakukan masyarakat sipil, yang tidak memakai APD karena kata dokter RSD Arjawinangun tidak apa-apa, almarhum aman sehingga boleh masyarakat sipil,” ungkapnya. (dan)