KUNINGAN, fajarsatu – Setelah Pemkab Kuningan melaunching Objek Daya Tarik Wisata (ODTW), hotel dan rumah makan dengan melaksanakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) pada Minggu (21/6/2020) lalu, kini pariwisata Kabupaten Kuningan mulai menggeliat.
Satu per satu destinasti wisata di kota berada di kaki Gunung Ciremai mulai berbenah dengan menata kembali fasilitas wisata, ditambah dengan fasilitas penerapan protokol kesehatan sesuai aturan dan anjuran pemerintah setempat.
Keputusan Pemda Kunigan untuk membuka kembali destinasi wisata disambut baik oleh sejumlah penggiat dan pelaku usaha wisata. Tak terkecuali Ferry Wurangian, Pengelola wisata alam Woodland.
Ditemui di kediamannya, Ferry menyambut baik pembukaan destinasi wisata untuk umum, setelah hampir empat bulan bagai mati suri tertelan hingar bingar penanganan dan pencegahan Covid-19.
“Walaupun ada aturan ketat peberapan protokol kesehatan, kami tetap menyambut niat baik Pemda untuk menghidupkan kembali bisnis wisata di Kuningan,” katanya kepada fajarsatu.com beberapa waktu lalu.
Sesuai namanya, kata dia, Woodland menawarkan wisata alam natural. Hal ini terlihat pohon-pohon muda dan yang sudah ratusan tahun, tak satu pun ditebang. Apalagi kawasan ini tidak jauh dari kawasan wisata Linggarjati.
Kawasan wisata seluas 2,5 hektare itu terkesan lebih rindang dan sejuk. Di sekitar lokasi terdapat banyak bangku yang terbuat dari kayu, tempat para pengunjung menikmati hembusan angin segar yang menerpa wajah.
Diungkapkan Ferry, kawasan tersebut mulai dibangun pada Januari 2019 di atas tanah milik Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Pihaknya bekerjasama dengan TNGC berjangka 5 tahun untuk mengolah dan mengembangkan kawasan ini menjadi lokasi wisata alam tanpa merubah kawasan hutan.
Berbagai fasilitas sudah terbangun seperti spot selfie, kolam renang alami, flyaing fox, arena penyewaan kuda, outbond, permainan anak, jogging track hingga Woodland Resto.
Dulu, lanjut Ferry, Woodland sendiri pernah dikelola oleh TNGC tetapi tidak berkembang baik karena kurang terekslpor.
Akhirnya dirinya mengajukan bekerjasama ke TNGC untuk mengelola kawasan ini tanpa merusak habitat hutan dan struktur alam aslinya, termasuk pepohonan yang usianya rata-rata sudah mencapai ratusan tahun.
Lanjutnya, di kawasan Woodland terdapat wista religi berupa mata air yang dipercaya masyarakat yang dikenal Mata Air Kangoraan. “Masyarakat sekitar setiap malam Jumat rutin melakukan mandi di Sumur Kangoraan,” jelasnya.
Bagi pengunjung yang akan berwisata di Woodland sangat mudah, pasalnya lokasi Woodland berada di jalur alternatif Kuningan-Cirebon. Akses jalan menuju lokasi ini bisa dari jalur utara masuk daerah Desa Pakembangan dan jalur selatan itu bisa masuk dari Desa Linggajati.
Disaat masa AKB atau new normal ini, pihaknya telah menambahkan beberapa fasilitas yang berkaitan dengan protokol kesehatan berupa tetap mencuci tangan, selalu menggunakan masker dan jaga jarak.
“Semoga dengan dibukanya destinasi wisata ini akan menggeliatkan kembali bisnis wisata yang selama ini terlentar tanpa ada perhatian dari pemerintah. Bismillah, Woodlan sudah mulai menerima kunjungan wisata masyarakat,” pungkas Ferry. (irgun)