KAPETAKAN, fajarsatu – Pendemi Covid yang terjadi secara global juga dianggap merusak sendi-sendi kehidupan termasuk kehidupan seniman tradisional yang ada di Kabupaten Cirebon.
Dampak Covid-19 yang mengharuskan para seniman tradisional ini tidak melakukan aktifitas rutin manggung (pementasan.red) dalam waktu yang cukup lama, hampir tidak adanya panggungan ini juga mempengaruhi kehidupan dari para seniman tradisional.
Ketua Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Kabupaten Cirebon, H Sulama Hadi mencatat akibat Covid-19 ini, seniman tradisional banyak sekali mendapat kerugian, selain kerugian tidak boleh menggelar pentas juga kerugian lantaran tidak mendapatkan bantuan apapun dari Pemerintah.
“Saya melihat sekarang ini Pemerintah dari Pusat sampai ke Daerah tidak peka dengan keberadaan seniman tradisional, yang ada hanya seniman moderen yang diperhatikan oleh Pemerintah,” ujar Sulama kepada fajarsatu.com, Kamis (11/6/2020).
Sulama yang juga pimpinan sandiwara Jaya Baya Kertasura, Kapetakan ini juga mengatakan, ada sekitar 25 persen seniman tradisional yang tidak tersentuh bantuan apapun dari Pemerintah, ke 25 persen ini adalah benar-benar seniman yang sudah lanjut usia yang tidak memiliki KTP elektrik apa lagi fasilitas lain seperti internet.
“Pemerintah kalau mau adil, fasilitasi pimpinan grup atau ketua sanggar, agar pimpinan grup dab ketua sanggar yang melakukan pendataan sendiri, jadi semua seniman mendapatkan porsi yang sama,” katanya.
Lebih lanjut Sulama mengatakan, sudah hampir 4 bulan ini seniman tidak melakukan aktifitas panggungan yang jelas itu sangat merugikan sekali terutama seniman yang memang menggantungkan hidupnya dari hasil panggungan.
“Setahu saya sudah ada 4 seniman tradisional yang sudah meninggal akibat tidak adanya jadwal panggunngan selama 4 bulan ini, saya rasa wajar karena seniman tradisioanl apalagi yang sudah lanjut, tidak bisa menjalankan aktifitas lain dan hanya mengandalkan panggungan, jadi akirnya timbul penyakit dan meninggal,” tandasnya.
Sulama sendiri mengaku selama pendemi ini dirinya mengaku mengalami kerugian bukan hanya materil namun juga non materil.
“Kalau dihitung, dari bulan Maret, saya rugi sudah ratusan juta rupiah, ini dari pembatalan panggungan saja lebih dari 50 panggungan yang dibatalkan,” jelasnya.
Sulama juga berharap pemangku kepentingan hendaknya memperhatikan seniman tradisional ini, agar para seniman ini bisa bertahan ditengah pendemi yang belum ada kepastian berakhirnya ini.
“Seniman tradisional ini juga menanggung anak dan istri, jadi kalau tidak diberi bantuan mau dari mana mereka makanan dan melanjutkan hidup, pemerintah harus peka dalam hal ini,” tambahnya. (dkn)