GEGESIK, fajarsatu – Seperti biasa setiap tahun Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon melaksanakan muludan dengan melakukan karnaval keliling wilayah tersebut, melibatkan semua kesenian di wilayah itu. Namun di masa pendemi semua karnaval Covid-19 ini di kegiatan muludan ditiadakan.
Hal itu berdasarkan musyawarah Muspika Gegesik dan Forum Komunikasi Kuwu Cirebon (FKKC) kecamatan setempat serta mengacu kepada surat edaran Bupati Cirebon, semua kegiatan karnaval serta mengarak pusaka pada acara muludan di Kecamatan Gegesik ditiadakan.
Saat dikonfirmasi. Camat Gegesik, Udin Syafrudin membenarkan hal itu. Ia menyampaikan, hasil evaluasi Muspika dan FKKC Kecamatan Gegesik, sepakat metiadakan kegiatan karnaval dan semua keramaian hiburan pada muludan tahun ini.
Mengingat, lanut Udin, wilayah Kecamatan Gegesik masih berada pada zona merah atau zona risiko tinggi penularan Covid-19.
“Akibat kecamatan kita masih zona merah, sehingga semua kegiatan karnaval dan arak-arakan pusaka yang mengakibatkan kerumunan massa, pada tahun sekarang di tiadakan,” kata Udin Syafrudin kepada media di ruang kerjanya, Jumat (9/10/2020).
Meski demikian, kata dia, upacara adat memandikan dan membawa benda pusaka Gruda dengan berkeliling tetap dilakukan. Dua benda pusaka tersebut hanya akan dibawa keliling di sekitat wilayah desa masing-masing saja, tempat benda pusaka itu disimpan.
“Ya diarak juga, tapi di internal desa masing-masing dan pesertanya juga akan terbatas,” kata Camat.
Selain itu, lanjut Syafrudin, kegiatan doa bersama yang dilakukan di Masjid setempat juga tetap dilakukan. Namun, pelaksanaannya tetap mengacu pada protokol kesehatan dan dengan peserta yang terbatas juga.
Ia menegaskan, pada pelaksanaannya nanti tim Satgas Penanganan Covid-19 tingkat kecamatan dipastikan bakal memantau penerapan protokol kesehatann, jika terjadi pelanggaran pihaknya tak segan-segan memberi tindakan tegas kepada pelanggar.
“Untuk pelaksanaannya masih dirumuskan, biasanya pelaksanaan karnaval sebelum hari H. Ya, sebelum muludan di Keraton Kasepuhan,” terangnya.
Sementara itu, Kuwu Desa Gegesik Lor, sekaligus Ketua Forum Kuwu Kecamatan Gegesik, H. Suradi mengatakan, upacara memandikan dan membawa keliling Gruda sudah menjadi tradisi turun temurun.
Tradisi tersebut dilakukan satu tahun sekali bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi atau muludan.
“Namun, mengingat tahun ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19, maka tradisi memandikan dan mengarak Gruda hanya dilakukan di sekitar desa saja,” ungkap Suradi.
Biasanya, lanjutnya, Gruda dikeluarkan ke depan balai desa untuk dimandikan lalu dibawa keliling dengan cara diarak.
“Sekarang setelah diarak sebentar kemudian langsung dibawa masuk lagi. Biar tidak ada warga yang mencuci muka dengan air Gruda itu, nanti malah menimbulkan kerumunan. Tapi untuk tahun ini ketua panitianya Kuwu Gegesik Kulon,” katanya. (dan)