CIWARINGIN, fajarsatu – Kelompok Wanita Tani (KWT) Sumber Rejeki Desa Budur, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten menerima kunjungan kerja anggota DPRD Kota Pekalongan beserta jajaran dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Pekalongan, Rabu (17/2/2021).
Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan (Distanpang) Kabupaten Cirebon Eka Yunilistianingsih, mewakili Kepala Distanpang Kabupaten Cirebon mengatakan, KWT) Sumber Rejeki ini dibentuk sejak 2015 hingga saat ini masih tetap berusaha produktif meski terbatas oleh kondisi ekonomi dan sosial di tengah pandemi Covid-19.
“Berbekal bantuan dari Kementan, mereka menanam sayuran berupa kangkung, bayam, sawi, seledri, terong, kembang kol, cabai dan kucai. Selain sayur mereka juga menanam buah-buahan dan rempah seperti lengkuas, jahe dan kencur. Bukan hanya itu, budidaya ikan lele juga tak luput mereka lakoni,” terang Eka.
Lanjutnya, memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam, KWT Sumber Rejeki menggunakan irigasi kapiler yaitu model budidaya tanaman dalam polybag atau wadah berisi akses air terus menerus melalui kapiler berbahan kain flanel.
“Sistem kapiler ini juga diintegrasikan dengan budidaya ikan, sehingga selain memproduksi sayuran, pada saat yang sama juga kebutuhan protein hewani terpenuhi,” kata Eka.
Disebutkannya, kapiler ini banyak macamnya, seperti ada kapiler yang sederhana dari ember, terus ada kapiler dari paralon, dikasih sumbu dari kain flanel untuk nyedot air jadi tidak perlu sering nyiram.
Sementara, bendahara sekaligus penggagas KWT Sumber Rejeki, Aan menjelaskan, kapiler ini lebih hemat kalau dibanding sistem hidroponik.
Dikatakannya, inovasi ini mengantarkan KWT Sumber Rejeki sebagai juara II tingkat Nasional pada peringatan Hari Tani pada 24 September 2020 lalu yang diselenggarakan Kementerian Pertanian (Kementan) bidang Ketahanan Pangan KRPL di Lembang.
Lebih jauh Aan memparkan, ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19 menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Dalam hal ini KWT Sumber Rejeki sadar betul bahwa apa yang mereka lakukan bisa jadi upaya menjaga produksi pangan secara mandiri.
“Sejauh ini dengan pekarangan yang terbatas terasa banget manfaatnya, bisa menuhin kebutuhan sayur sendiri, kita juga punya rempah-rempah sendiri dan ada buah juga jadi bisa lebih hemat dan ngurangin pergi ke pasar,” jelas Aan.
Kegiatan yang dilakukan KWT tak hanya menanam dan budidaya, mereka juga menyelenggarakan pelatihan membuat kue, membuat serbuk jahe dari hasil panen hingga membuat pupuk kompos sendiri.
“Kegiatan lain selain nanem, kita juga ada buat kue, buat serbuk wedang jahe dari hasil panen sendiri. Terus kemarin kita juga baru ngadain kegiatan bareng remaja masjid bikin pupuk kompos sendiri, manfaatin limbah rumah tangga kaya sampah sayuran sama air cucian beras,” kata Aan. (syam)