BANDUNG, fajarsatu – Lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Cirebon sudah pada tingkat mengkhawatirkan. Salah satu desa yang mengalami lonjakan wabah pandemi Covid-19 adalah Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.
Desa ini terkenal karena adanya Pasar Tegalgubug yang merupakan pasar tradisional bahan tekstil terbesar se-Asia Tenggara.
Saat dimintai komentarnya, anggota DPRD Jabar dari Fraksi Gerindra, H. Daddy Rohanady mengatakan, Desa Tegalgubug lagi pagebluk (dilanda pandemi penyakit menular).
“Desa Tegalgubug lagi pagebluk,” kata anggota Komisi IV DPRD Jabar ini kepada fajarsatu.com melalui sambungan telepon selular, Senin (12/7/021).
Daddy menjelaskan, yang dimaksudnya pagebluk adalah kondisi yang dilanda wabah pandemi Covid-19. Ditambahkannya, wilayah administrasi Kecamatan Arjawinangun terdiri dari 11 desa, yakni Sende, Jungjang Wetan, Jungjang, Arjawinangun, Tegalgubug, Rawagatel, Tegalgubug Lor, Karangsambung, Bulak, Geyongan, dan Kebonturi.
“Wilayah desa terluas adalah Desa Arjawinangun, sedangkan desa dengan luas terkecil adalah Desa Rawagatel. Jumlah penduduk Kecamatan Arjawinangun secara keseluruhan adalah 69.352 jiwa,” terang Daddy.
Khusus Desa Tegalgubug, lanjutnya, jumlah penduduknya 12.675 jiwa dan selama pandemi Covid-19 jumlah yang terpapar 11 orang.
“Tidak ada warga yang meninggal akibat Covid-19. Jumlah yang sembuh tujuh orang, sedangkan yang masih dirawat di rumah sakit dua orang dan yang sedang melakukan isolasi mandiri dua orang,” jelas wakil rakyat dari Dapil Jabar XII (Kab/Kota Cirebon-Indramayu) ini.
Masih kata Daddy, dalam kondisi PPKM Darurat sekarang ini, masyarakat mengalami kesulitan untuk mengisi tabung oksigen karena sering kehabisan di tempat pengisian.
Selain itu, masih banyak anggota masyarakat yang tidak menaati protokol kesehatan, sementara banyak pasien isolasi mandiri yang tidak taat, masih keluyuran sehingga menambah penularan. “Dengan bertumpuknya warga terpapar, Puskesmas setempat pun menjadi sibuk,” katnya.
Di sisi lain, tambah Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jabar ini, merujuk ke rumah sakit menjadi sulit karena rumah sakit pun sudah penuh. “Kasihan jika yang terpapar adalah ibu hamil yang akan melahirkan dan membutuhkan bantuan khusus. Padahal, hasil tes antigen mereka reaktif atau PCR-nya positif,” ucapnya.
Jelas Daddy,pPandemi Covid-19 memang sudah setahun lebih. Banyak tenaga kesehatan terpapar sehingga di puskesmas atau rumah sakit kekurangan tenaga. Pekerjaan yang harus mereka selesaikan pun kian tambah menumpuk.
“Oleh karena itu, mari kita taati protokol kesehatan. Kita semua pasti berharap agar pandemi cepat terhenti sehingga Ibu Pertiwi, Desa Tegalgubug, bisa tersenyum kembali,” pungkas Daddy. (irgun)