Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Buku “Lubang Politik”)
PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi dalam sekian tahun terakhir semakin menggeliat. Semua kalangan pun sangat akrab bahkan memanfaatkan kondisi semacam ini untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan.
Bila sekian tahun sebelumnya masyarakat masih susah mendapatkan informasi dan kesulitan berkomunikasi, maka kini semuanya serba mudah. Bahkan setiap orang bisa menjadi sumber informasi dengan media tertentu, baik yang dimiliki oleh koorporasi media maupun milik individu.
Perkembangan media informasi dan komunikasi yang terus menggeliat tidak bisa dipisahkan dengan pesta politik, terutama pemilu 2024. Bila ditelisik di berbagai pemberitaan kita dapat memperoleh informasi betapa hiruk pikuk persiapan pemilu sudah mulai terasa. Selain penyelenggara pemilu seperti KPU dan KPUD juga penyelenggara di bawahnya, partai politik juga sudah mulai menggerakkan mesin internalnya, termasuk melakukan konsolidasi secara rutin.
Salah satu yang cukup menarik untuk diperbincangkan terkait hal tersebut adalah menulis, dalam hal ini politisi yang menulis di media online. Disadari bahwa menulis di media online sepertinya belum menjadi konsen para politisi. Mungkin ada tapi tak banyak. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai strategi dan aksi yang sia-sia. Ada juga yang mengatakan menulis sekadar bicara kosong tanpa aksi nyata. Atau ada lagi yang mengatakan menulis di media online tidak menarik dan tidak berdampak apa-apa.
Berpendapat boleh saja dan itu terserah masing-masing orang. Sebab diantara ciri masyarakat modern adalah terbukanya ruang bagi perbedaan pendapat. Tapi bila ditilik dari perspektif publikasi dan komunikasi di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat saat ini, menulis di media online memiliki dampak atau manfaat yang tidak bisa dianggap remeh.
Bila ditelisik lebih mendalam maka paling tidak ada beberapa dampak sekaligus manfaat politisi menulis di media online, pertama, dengan menulis di media online akan memudahkan politisi dikenal oleh masyarakat yang susah dijangkau oleh silaturahim, blusukan dan pola konvensional lainnya. Apalah lagi masyarakat rerata sudah bisa mengakses berbagai berita dan informasi lewat internet atau handphone sepertinya politisi menulis di media online sudah menjadi keniscayaan.
Kedua, dengan menulis di media online maka ide dan pemikiran politisi bisa dibaca masyarakat lintas latar belakang. Sebab dengan begitu masyarakat bisa mengenal sosok politisi, dari nama hingga ide atau gagasannya. Tanpa biaya yang besar, karena hanya mengandalkan tulisan, politisi bisa berbagi perspektif tentang banyak hal kepada masyarakat luas.
Ketiga, dengan menulis di media online juga dapat memudahkan politisi untuk melakukan pendidikan politik pada masyarakat. Dengan begitu, setiap konten yang dipublikasi bisa dijadikan sebagai tema obrolan masyarakat di berbagai forum. Sebab di era ini masyarakat tidak membincang nama, tapi yang punya nama punya apa terutama ide dan pemikirannya. Singkatnya, menulis di media online juga bisa menjadi brand bagi politisi.
Keempat, dengan menulis di media online dapat menjadi dokumen paling akurat yang bisa diakses kapan dan di mana pun oleh masyarakat luas. Bahkan bisa jadi lakon sang politisi yang dipublikasi di media semacam itu bakal menginspirasi bagi siapapun untuk mengikuti jejak dan peran-peran sosialnya. Sangat mungkin publikasi dalam bentuk tulisan menjadi referensi bagi masyarakat tentang peran dan kontribusi terbaik untuk memajukan bangsa dan negara.
Selain menulis di media online, bila memungkinkan, ada baiknya juga politisi memiliki media online sendiri. Atau paling tidak aktif mengisi akun media sosialnya dengan konten-konten yang positif dan menarik. Misalnya, mengelola website atau blog pribadi. Media semacam itu bisa menjadi tempat paling mudah untuk mempublikasi banyak hal. Dari ide atau gagasan hingga aktivitas harian, termasuk kegiatan sosial yang bisa jadi menginspirasi bagi masyarakat luas.
Mungkin saja ada sebagian politisi yang sudah gandrung pada media online, termasuk dengan menjadi kontributor tulisan paling aktif untuk berbagai media online. Namun jumlahnya masih jauh presentasenya bila dibandingkan dengan politisi yang belum menulis di media online. Padahal ini era teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Bila saja dimanfaatkan dengan baik dan produktif maka akan memberi keuntungan dan manfaat yang tak sedikit.
Kita sangat berharap agar kontestasi politik ke depan terwarnai oleh ide-ide, bukan emosi. Masyarakat jangan lagi diperdaya oleh berbagai diksi yang meresahkan atau malah meruntuhkan semangat kolektivisme kita sebagai sebuah bangsa yang kokoh dan bersatu. Kuncinya adalah para politisi yang dalam banyak urusan publik ada pada pundak mereka. Mereka mesti menciptakan ide-ide dan menyebarkannya melalui berbagai media yang tersedia terutama media online, juga media sosial. (*)